Artha menghampiri lelaki yang sedang duduk bersandar dikursi kayu kesayangannya.
"Assalammuallaikum".
Lelaki itu menoleh kearah sumber suara. Tersenyum simpul.
"Baru sampai ya?". Tanyanya basa basi.
"Iya pa" jawab artha singkat.
"Abizard mana ar?" Tanya lelaki itu. Mengedarkan pandangannya kesetiap sisi ruangan. Mencari sosok yang dia cari.
"Langsung pulang tadi pa".
Lelaki itu hanya berdehem. Menghela nafas sejenak.
Membenarkan posisi duduknya. Tangannya menutup koran yang sedari tadi menemaninya.
"Duduklah" suaranya berat memerintah artha untuk segera duduk.
Artha duduk didepan lelaki itu. Menatapnya lekat lekat. Guratan tegas disetiap wajahnya membuatnya semakin bertanya tanya memgapa dia tiba tiba disuruh pulang.
Satu detik, dua detik, tiga detik. Hingga satu menit tak ada suara yang memecah keheningan. Sunyi. Suasana canggung mulai menyelimuti.
"Ada yang ingin papa bicarakan". Akhirnya pernyataan itu keluar dari mulut lelaki itu. Matanya menatap lekat artha. Tanpa sedetikpun mengalihkan pandangannya.
Artha hanya mengangguk pelan. Bersiap mendengar apapun yang akan dikatakan lelaki itu.
"Abizard melamarmu. Dan pap sudah menerimanya" dalam sekali helaan napas kalimat itu keluar. Lolos dari mulut lelaki itu.
Membuat mata artha membulat sempurna. Melongo. Pikirannya mulai mencerna setiap kata dari kalimat tadi.
Batinnya berkecamuk. Bagaimana mungkin.
Menerima khitbah dari seseorang yang sama sekali tidak dia cintai,tanpa berunding terlebih dahulu.
Artha bungkam. Tak sedikitpun mulutnya terbuka.
"Maafkan papa. Tidak ada pilihan lain. Dia yang terbaik untukmu". Lelaki itu membenarkan kembali posisi duduknya. Sedikit lebih tegak.
"Apakah papa bahagia" suaranya bergetar. Hatinya masih menolak apa yang selang beberapa menit tadi ia dengar.
Artha menghela napas. Sekali helaan dia melanjutkan kalimatnya "aku akan melakukan apapun asalkan papa bahagia. Jika memang itu keputusan yang terbaik".Hay kak. Maaf updatenya lama😀
Jangan lupa vote dan komentarnya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALLAH
SpiritualAkulah pendosa. Lalu pantaskah manusia pendosa ini merindukan tuhan? Disaat aku masih terus melakukan kesalahan kesalahan itu. Pantaskah aku menyandang gelar sebagai hamba. Setelah banyak dosa yang kuperbuat selama ini. Aku selalu berpikir. Dapatk...