HAPPY READING....
Aku mencintaimu serupa air laut. Kadang pasang kadang surut. Namun bagaimana pun itu air laut tak akan berubah rasa.
****
Vika masih sesenggukan didepan artha. Air matanya sedari tadi mengucur deras dari pelupuk matanya.
"Aku menyerah ar". Kalimat yang lolos dari bibir vika membuat artha sedikit tercengang."Maksudmu" tanya artha pelan.
"Ya, aku sudah tidak sanggup. Kalaupun dipertahankan sepertinya perasaan mas atthar tidak akan berubah. Dia akan tetap mencintaimu. Sepertinya perceraian jalan yang harus diambil". Tutur vika. Raut wajahnya tidak dapat berbohong. Meskipun dia mengatakannya dengan sangat yakin. Tetap saja, cintanya menolak keputusan untuk bercerai.
Artha mengusap pelan punggung tangan vika.
"Vik, percayalah. Perceraian bukan keputusan yang baik. Meskipun tidak dilarang, tapi bercerai sangat dibenci Allah.
Allah mempertemukan kalian bahkan sampai merestui kalian menikah pasti untuk satu alasan. Apapun alasan itu tetaplah menjadi terbaik diwaktu tersebut. Lakukan dengan tulus dan ikhlas. Meski tidak menjadi seperti yang kamu inginkan. Percayalah. Tidak ada yang sia sia karena Allah yang mempertemukan" artha mengakhiri petuahnya.Vika mengangguk pelan. Mencoba mengeyahkan pikiran pikiran buruknya.
Benar kata artha. Allah mempertemukan pasti untuk satu alasan. Dan pasti alasan itu cukup baik. Karena Allah tidak akan pernah menjerumuskan hambanya dalam keburukan."Vik, percaya saja. Allah pasti akan menganugrahkan cinta pada rumah tangga kalian. Kamu cukup bersabar. Semua hanya masalah waktu" artha menyambung petuahnya. Kemudian melirik jam yang melingkar ditangannya. Artha sedikit membelalakkan mata. Bahkan telinganya tak mendegar suara adzan.
sudah hampir lewat waktu dhuhur. Tak terasa."Astaghfirullah, sudah jam setengah dua siang vik. Kita belum sholat" kata artha sambil menepuk dahinya.
Dia merutuki kebodohannya. Melalaikan sholat sungguh bukan perihal yang baik."Ya udah. Ayo sholat dulu. Ada masjid didepan. Biar aku aja yang bayar makanannya" kata vika sedikit tergopoh gopoh.
Berdiri. Kemudian berjalan menuju meja kasir.Artha langsung menuju pintu masuk cafe tersebut. Sedikit mempercepat langkahnya.
Meraih gagang pintu kaca.
Namun langkahnya terhenti saat tubuhnya hampir saja bersentuhan dengan seorang pria yang lebih besar darinya.
Kaget. Artha langsung mendongakkan kepalanya.
"Mas.atthar"Terima kasih sudah membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALLAH
SpiritualAkulah pendosa. Lalu pantaskah manusia pendosa ini merindukan tuhan? Disaat aku masih terus melakukan kesalahan kesalahan itu. Pantaskah aku menyandang gelar sebagai hamba. Setelah banyak dosa yang kuperbuat selama ini. Aku selalu berpikir. Dapatk...