PART33

780 34 0
                                    

Happy reading

Mengendap endap rasa itu masuk
Menggeser puing masa lalu
Menyekap rasa yang telah mati
Dan pergi sebelum aku benar benar mencintai
*****

"Abizard" pekik artha tak tertahan.
Setelah melihat tubuh suaminya dihantam sebuah mobil besar  yang melintas dengan kecepatan tinggi.

Tubuhnya terpental jauh, kemudian menggulung dibadan jalan.

Artha hanya terpaku. Tubuhnya limbung. Tiba tiba kepalanya pening.
Namun sepersekian detik berikutnya kesadarannya kembali.
Artha berlari kearah kerumunan orang. Mengabaikan seorang wanita yang tadi sempat menahan beban tubuhnya.

Tangannya gesit menyibak beberapa badan besar yang menghalangi langkahnya.

Matanya membulat ketika tidak ada lagi badan badan besar yang menghalangi.
Bau anyir darah menelusup penciuman artha.

Artha memeluk tubuh yang kini tak berdaya itu.
"Hey. Kenapa kalian diam saja. Cepat telphone ambulance" pintah artha tegas.

"Iya, ambulance sedang perjalanan kesini". Jawab salah seorang dari mereka.

Suara sirine ambulance membubarkan gerombolan itu.
Laki laki berseragam putih bersih terburu buru membawa badan berlumur darah kedalam mobil.
Artha panik. Langsung ikut masuk kedalam ambulance.

Cairan bening tidak kunjung berhenti menetes.
Seakan berdemo untuk ditumpahkan.

*****
Artha ikut berlari mendorkng ranjang besi berwarnq putih beroda tersebut.
Isakannya tak pernah berhenti.
Pandangannya tak pernah lepas dari wajah abizard yang seakan sedang tertidur dengan damai.
Tidak ada rintih kesakitan atau apapun. Lelaki itu telah hilang kesadaran.

"Maaf, anda tunggu saja disini". Cegah seorang suster kepada artha.

Raut wajahnya mengguratkan kecemasan. Bibirnya tak pernah berhenti bergerak mengucapkan dzikir. Yang mungkin hanya itu yang bisa menenangkan hatinya.

Pintu bercat putih itu terbuka.
Seorang dokter wanita dengan rambut yang diikat rapi mendekat kearah artha.
"Apa anda keluarga dari pasien yang tertabrak tadi?" Tanya dokter tersebut.
"Iya. Bagaimana keadaan suami saya dok? Tanya artha tak kalah cemas.

"Pasien harus segera kami operasi. Dan pihak rumah sakit membutuhkan persetujuan keluarga"

"Lakukan apa saja yang terbaik" titah artha.

"Baiklah. Anda yang tegar. Selalu panjatkan do'a pada Tuhan".

Artha hanya mengangguk.
Dokter itu kembali masuk.
Tidak sampai satu menit. Ranjang besi itu kembali didorong keluar.
Menyusuri lorong rumah sakit yang dingin.
Masih sama. Abizard masih terkulai lemas diatasnya. Bahkan lengkap dengan belalai plastik yang menjuntai. Terpasang rapi dihidungnya.
Bahkan beberapa ada yang menancap ditangannya.

****

Artha terduduk lemas di kursi rumah sakit.
Sedangkan dua orang lelaki didepannya masih mondar mandir.

Ya, p.sudiro (papa artha) dan papa abizard telah berada disini sejak operasi berlangsung.
Mereka hanya mondar mandir. Sambil sesekali menenangkan artha.

Pintu operasi terbuka.
Wanita berbaju hijau tosca itu keluar. Dengan slontong tangan putih yang terkena bercak darah.

Artha bangkit. Mendekat kearah wanita itu.

"Maaf, pasien kehilangan banyak darah"

Hay hay.. gaje lagi ya..
Maaf ya. Imajinasi pasaran

Terima kasih sudah membaca😊

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang