PART.22

738 39 3
                                    

Pagi ini terasa berbeda.
Tak ada melodi alam yang mengiringi tetesan embun.
Tak biasa. Burung burung hanya berlalu lalang tanpa membuka paruhnya.
Angin pun enggan untuk membuat keributan.

Sreekkkkk
Terdengar suara korden disibakkan.
Kemudian muncul gadis cantik bergamis tosca dengan kerudung yang hanya disampirkan dikepala. Menutup sekedarnya.
Gadis itu mengambil napas.
Menghirup udara pagi yang menyejukkan.

Matanya memandang kebawah dari atas balkon semua yang dibawah nampak begitu jelas.
Terlihat mobil jip tengah memasuki pelantaran rumah.
Gadis itu sedikit keheranan.
Pasalnya tidak ada salah seorang temannya yang menggunakan mobil sejenis itu.

Gadis itu kembali masuk kedalam kamarnya.
Membenarkan kerudungnya yang tadi tidak begitu beraturan.
Kemudian turun kebawah.
Penasaran. Siapa yang barusan datang.

Teng tong teng tong.
Bunyi bel rumah menggema dipenjuru ruangan.
Membuat gadis itu mempercepat langkahnya menuruni tangga.

Tangannya menarik knop pintu pelan.
Matanya memicing. Sedikit keheranan. Namun dihatinya terselip rasa senang. Bukan senang, namun bahagia.

"Assalammuallaikum ar". Gadis yang datang sebagai tamu itu mengucap salam.
"Waalaikumsalam" artha menjawab. Kemudian menghambur dalam pelukan gadis itu.

"Tumben barengan sama mas atthar, ehm maksudnya gus atthar" artha membuka suara. Sambil menggiring tamunya masuk.
"Hanya kebetulan" jawab pria bernama atthar itu. Spontan. Seakan tidak ingin artha berprasangka melebihi itu.

"Silahkan duduk vik. Aku buat minuman dulu ya" pamit artha sembari mempersilahkan mereka duduk.
***

"Kamu yakin?" Tanya vika pada atthar. Menyelidik. Meminta kepastian.
"In sha allah" jawab atthar singkat.
"Aku ikut apa yang menurutmu baik mas" kata vika. Kemudian membenarkan posisi duduknya.
Atthar mengangguk. Kemudian tersenyum. Meyakinkan bahwa ini yang terbaik.

"Hai.. ngobrol apa kelihatannya asik banget." artha berjalan dari arah dapur, membawa nampan dengan 3 gelas cangkir diatasnya. Membuat kedua orang yang tengan terduduk itu menoleh.
Kemudian artha menaruh cangkir berisi teh itu diatas meja.
"Silahkan diminum tehnya" artha mempersilahkan.

Hening tercipta. Hanya suara dentingan cangkir dan sendok yang terdengar.

"Ar" vika memecah keheningan.
"Iya". Jawab artha singkat.
"Maksud kedatanga kami kemari ingin memberikan ini" vika menyodorkan kertas berwarna biru laut dengan pita kecil yang menghias disamping kiri atas.
Membuat jantung artha berdebar.

Sungguh rencana Allah. MakhlukNya tidak pernah menduga.

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang