Aku bosan harus menepikan sepi didada. Sedangkan riuh tentangmu seperi tangisan anak anak dikepala.
****
"Undangan pernikahan kalian?". Tanya artha. Basa basi . Sembari menetralkan degup jantung dan pikirannya yang tidak tenang.
"Iya. Itu hanya contohnya saja." vika menjelaskan.
Artha membenarkan posisi tubuhnya. Entah kenapa, peluh tiba tiba menetes didahinya.
Tiba tiba merasa gerah dan dadanya sesak."Vika bersi keras mau nunjukin itu kekamu dulu.". Tutur atthar menambahi.
Artha mengangguk. Bersikap seakan baik baik saja.
Hatinya berkecamuk. Kenapa harus vika? Kenapa tidak yang lain saja."Ar, kamu masih ingat mimpi kita dulu?". Vika bersemangat menanyakan hal tersebut. Mencoba menggali ulang ingatan masa lalunya.
Artha hanya tersenyum simpul.
Dia ingat jika dirinya dan vika memiliki keinginan untuk menikah bersama. Mendengarkan calon suami mereka mengucap akad dihari yang sama.Namun tidak untuk kondisi yang seperti ini. Hati artha memberontak.
Seakan memiliki keinginan yang menggebu untuk menolak. Tidak untuk kondisi seperti ini.
Mimpi artha dulu tidak diperuntukkan untuk kondisi semacam ini."Vik, apakah tidak terburu buru untuk kalian. Ah maksudku, untuk menikah masih butuh persiapan. Sedangkan pernikahanku tinggal seminggu lagi. Apakah kalian tidak kewalahan?" Tanya artha panjang lebar.
"Tidak apa ar, bisa diurus sama WOnya. Yang penting kita bisa nikah bareng". Kata vika semangat. Berhambur memeluk artha.
Artha menghela nafas. Tersenyum. Lebih tepatnya memaksa untuk tersenyum.
Dia tak pernah menduga. Impian kecil yang dulu diucap tanpa berfikir apapun. Kini membawa bencana besar dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU ALLAH
SpiritualAkulah pendosa. Lalu pantaskah manusia pendosa ini merindukan tuhan? Disaat aku masih terus melakukan kesalahan kesalahan itu. Pantaskah aku menyandang gelar sebagai hamba. Setelah banyak dosa yang kuperbuat selama ini. Aku selalu berpikir. Dapatk...