PART.6

1.2K 43 0
                                    

Aku mulai memikirkan kata kata vika 'ngaji dipesantren'. Aku memberanikan diri bertanya pada papa. Namun papa menentang semua keputusanku. Dengan alasan "mengaji tidak membuatmu kaya seperti sekarang". Rasanya wajahku seperti mendapat tamparan keras ketika papa mengatakan itu. Ya rab, begitu butakah keluargaku terhadap agama.

Namun aku tak perduli. Jika memang aku tidak mampu membangunkan istana untuk orangtuaku disurga. Setidaknya aku tidak membangunkan mereka istana dineraka. Mungkin suatu saat aku mampu membawa mereka kesurga atas ridho Allah. Bahkan nabi Ibrahim berani menentang ayahnya untuk mempertahankan keimanannya. Mungkin itu cerita yang aku pernah dengar saat masih kecil dulu. Lantas kenapa aku harus takut. Aku memutuskan untuk tetap belajar dipesantren, namun secara DIAM DIAM.
Vika menyarankan aku untuk bersekolah dipesantren saat pagi dan sorenya aku pulang. Tidak harus menginap dipesantren. Aku memutuskan pindah sekolah keMadrasah Aliyah dipesantren. Lagipula ijasahnya juga sama dengan sekolah lainnya. Hanya saja disini lebih banyak diajarkan tentang agama. Hari hariku dipesantren sungguh mengubah warna dalam hidupku. Hidupku yang dulunya monoton saat ini sudah lebih berwarna. Aku mulai memakai hijab. Walaupun awalnya sangat ribet dan gerah namun karena dukungan vika dan seiring berjalannya waktu aku merasa nyaman. Bahkan ketika aku tak mengenakan hijab serasa ada yang hilang dari diriku.

***
"Ar,kamu lihat bawahan mukenahku gak?" Tanya vika sembari mengobrak abrik almari kecilnya. "Lah tadi habis sholat dhuhur kamu taruh mana vik?". Gaya bicaraku kini sudah berbeda. Aku mulai sedikit sedikit memperbaiki diri. Dimulai dari penampilan, ucapan, dan semoga saja akhlakku akan menjadi lebih baik lagi. "Ya Allah. Pasti tadi jatuh dimasjid ar, aduh aku belum selesai ngerjain tugas dari ustadzah arin lagi".
"Ya udah. Aku cariin deh" kataku malas. "Ah terimakasih arthaku sayang. Kamu emang temenku yang paling buaik" timpalnya dengan nada yang dibuat buat. "Kamu gitu kalau ada maunya" timpalku sembari meninggalkan vika.

Aku berjalan menuju masjid sendirian. Sambil menikmati suasana dipesantren. Aku sangat nyaman berada dipesantren ini. Suasananya sungguh menyejukkan hati.

Sampai dimasjid aku mencari bawahan mukenah vika. "Tuh kan bener jatuh. Dasar vika ceroboh" akhirnya ketemu bawahan mukenah milik vika. Aku langsung melangkah keluar masjid dan beregas menuju kamar vika. Karena memang sudah mau memasuki waktu ashar. Dan aku harus segera pulang.
"Bugh..." tiba tiba ada sesuatu yang menabrakku. Dan membuatku jatuh terduduk diatas tanah. "Innalillahi. Maaf saya gak sengaja" kataku keoada seseorang yang tadi menabrakku. Ah tidak bukan dia yang menabrak tapi aku. "Iya. Maafkan saya juga, saya tadi terburu buru" katanya sangat lembut. Aku langsung berdiri. Tak berani menatap wajahnya. Suaranya terdengar sangat menyejukkan hati, astaghfirullah. Mikir apa kamu artha. Niatmu kesini mencari ilmu bukan malah main cinta cintaan.
Aku langsung beregas meninggalkannya. "Saya permisi dulu. Assalammuallaikum." Kataku singkat. "Walaikumsalam."

Aku mempercepat langkahku. Entah kenapa jantungku berpacu lebih cepat seperti selesai lari marathon. Baru saja mendengar suaranya belum melihat wajahnya. Perasaan apa ini ya Allah, baru saja aku belajar mencintai-Mu. Sudah ada yang mengganggu perasaanku.

"Vik,nih mukenah kamu. Jatuh dimasjid" terangku. "Loh, kok kotor ar?" Tanya vika. "Oh, tadi sempat jatuh. Maaf ya vik" kataku memohon pada vika. Benar saja memang mjkenahnya kotor karena terjatuh saat aku menabrak pria tadi. Astaghfirullah, kenapa aku jadi memikirkannya lagi. "Iya deh gapapa. Kamu gak pulang?" Tanya vika sekali lagi. "Oh jadi kamu ngusir aku vik?" Tanyaku menggoda vika. "Ya gak gitu ar, nanti keburu papa kamu pulang".
"Iyadeh aku pulang. Aku pamit ustadzah dulu ya".

Selesai berpamitan dengan ustadzah dan sholat ashar dimasjid. Aku langsung bergegas pulang.
Aku tidak lagi membawa mobil, aku tidak lagi bermewah mewah saat ini. Aku ingin hidup sederhana. Seperti kehidupan Rasulullah dulu.
Aku naik becak setiap saat pulang kerumah. Dan akan jalan kaki kira kira 5m untuk sampai kerumah.
Setiap aku pulang. Aku akan melewati tongkrongan abizard dan teman temannya. Namun mereka tidak tau jika aku sudah masuk dipesantren. Saat aku pulang aku akan melepas jilbabku dan menggunakan topi untuk menutupi rambutku. Dengan rambut yang aku lipat didalam topi.
"Woy ar" teriak lelaki yang suaranya sudah tidak asing lagi ditelingaku. "Assalammuallaikum zard,". Kataku sopan
"Eh iya ar. Loe apa kabar? Dan ada apa sama penampilan loe?" Tanya abizard heran dengan penampilanku yang mengenakan kemeja dan rok panjang. Memang tidak biasanya aku berpenampilan seperti ini. Ditambah lagi aku yang sudah tidak bertemu abizard selama 3minggu ini karena aku dipesantren. "Alhamdulillah baik, emang kenapa sama penampilanku?" Tanyaku pura pura tidak tahu dengan keheranan abizard. "Ah enggak sih. Loe kenapa gak pernah masuk sekolah. Udah pinter?"
"Aku udah gak sekolah diSMA SANTA MARIA" jawabku seadanya dan sukses membuat abizard melongo "what happen? Beneran loe" tanya abizard menyelidik. "Iya zard. Aku balik dulu ya" Jawabku singkat.
"Loe gak pengen nongkrong bareng kita. Udah lama gak nongkrong bareng". Tawar abizard kepadaku. "Ah enggak. Gak baik kan anak perempuan nongkrong ditempat anak laki laki kayak gini. Lagian udah mau maghrib" terangku "aku pulang dulu ya. Assalammuallaikum" lanjutku sembari meninggalkan abizard yang terpaku karena jawabanku.
"Selama gue temenan sama loe. Baru kali ini loe ngucap salam. Loe beda banget ar" gumam abizard yang masih terdengar samar olehku.

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang