PART15

722 40 2
                                    

Semburat jingga nampak dari langit pesantren. Suara murattal al qur'an terdengar disetiap penghujung pesantren.
Angin membelai dedaunan yang rimbun. Membuatnya nampak meliuk liuk oleh terpaan angin.
Terlihat gadis sedang duduk didepan masjid bergaya klasik namun terkesan menarik dan indah.
Sesekali gadis itu membenarkan krudungnya yang tertiup angin.

DORR
Teriakan keras memekakan telinganya. Membuatnya sedikit terlonjak kaget.
"Apa sih vik?, sudah selesai?"
Tanya gadis itu. Mencoba setenang mungkin menetralkan detak jantung yang berdegup secepat pelari estafet. Karena kaget.
"Sudah ar, ayo cuss balik kekamar". Ajak gadis satunya. Memakai sandalnya dengan cepat. Menggandeng tangan temannya yang tengah duduk dan enggan untuk berdiri.
"Iya sabar ah" keluh gadis yang tengah beranjak berdiri.
Mereka adalah artha dan vika yang sedari tadi disibukkan dengan kegiatan keagamaan dimasjid pesantren .

"Akhirnya..." vika langsung merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Merenggangkan otot ototnya yang tengah kaku karena bergerak seharian. Mencoba membuatnya rileks sejenak.
Vika bangkit. Menatap heran artha yang sedang terduduk ditepi ranjang. Memandang nanar kearah lantai.
Tak biasanya batin vika.
"Kamu kenapa ar?". Satu langkah. Dua langkah vika mendekati artha. Terduduk didekatnya. Menepuk bahu arta pelan.
Memecah lamunan sahabatnya tersebut.
"E eh apa vik?". Ucap artha terbata bata. Heran. Kaget. Tak paham dengan keberadaan vika yang sudah disampingnya.
"Ngelamunin atthar ya?" Tanya vika menggoda. Namun yang digoda tidak sedikitpun tergoda.
"Enggak". Artha bangkit. Menaruh al qur'an diatas nakas. Membereskan buku buku yang tertata kurang rapi diatas nakasnya.
"Terus?" Cicit vika sekali lagi. Membuntuti artha berharap mendapat jawaban yang melegakan hatinya.
"Aku gak papa". Singkat. Seakan artha tak ingin seorangpun yang mengetahui kegundahannya.
"Ceritalah kepadaku" nada suara vika sedikit berbeda. Lebih lembut. Membisik ditelinga. Mempesona telak membuat siapapun yang mendengarnya akan iba.
Artha hanya membalasnya dengan senyuman. Tulus, mencoba menutupi segala kegundahnnya.
Dia hanya ingin menceritakannya pada Allah. Rabb yang maha membolak balikkan hati.
Saat ini. Dia hanya ingin membuat papanya bahagia.
Dan berharap dapat meluoakan seseorang yang selalu dia sebut dalam do'anya.

Hay kak. Gimana.
Lanjut ga
Komentar dan votenya dong.

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang