PART13

878 45 0
                                    

"Vik, aku keluar sebentar ya"
Pamit artha kepada vika yang tengah asik membaca novel.
"Mau kemana ar?" Tanya vika menyelidik.
"Bentar aja. Aku gak bis tidur nih" artha pergi meninggalkan vika.
Berjalan dan mengakhiri langkahnya dibawah pohon dekat masjid pesantren.
Duduk dikursi yang terbuat dari kayu dengan ukiran dikaki kursinya.
Memberi kesan mewah yang tidak berlebihan.
Artha menikmati angin yang menerpa tubuhnya.
Pikirannya sedang tidak kalut. Rasa rindu yang akhir akhir ini membuatnya resah kini telah sedikit terobati.
"Ehm" deheman itu membuyarkan lamunan artha. Sontak kepalanya menengok kearah sumber suara.
"Eh mas atthar" kata artha sopan.
"Assalammuallaikum" senyumannya selalu membuat jantung artha berpacu lebih kencang.
"Wa'alaikumsalam" jawab artha sembari menepuk nepuk bangku yang didudukinya.
Atthar duduk disamping artha. Pandangannya lurus tanpa sedikitpun melihat kearah artha. Padahal perempuan disampingnya ini sudah mati matian menahan jantungnya agar tidak berpacu melebihi batas normal.
Suasana hening meyelimuti mereka. Sampai akhirnya atthar membuka suara.
"Ngapain malam malam disini. Gak tidur?".
"Eum saya masih belum bisa tidur" jawab artha sembari menetralkan detak jantungnya yang semakin tidak karuan.
Suasana kembali hening dan dingin.
Sampai artha mulai mencairkan suasana supaya tidak terlihat salah tingkah.
"Oh iya. Mas atthar katanya mau melanjutkan kuliah ke khairo. Jadi kapan berangkat?".
Atthar sedikit menggeser tempat duduknya sedikit lebih jauh dengan artha.
"Saya belum benar benar memutuskannya ar, karena umi juga belum mengizinkan. Katanya tidak tega jika jauh jauh dengan saya".
Artha terkekeh pelan. Rupanya atthar sedikit manja dengan uminya dulu. Sampai sampai uminya belum mengizinkan.
"Jadi gitu ya mas. Padahal enak kalau udah disana. Bisa sekalian cari istri".
Astaghfirullah. Ngomong apa ini barusan. Dasar mulut.
Batin artha merutuki kebodohannya.
Atthar terkekeh pelan. Mendengar artha berbicara seperti itu menurutnya sangat menggemaskan.
"Ngapain sih ar jauh jauh kesana cari istri. Kalau disini udah ada yang idaman"
Jantung artha ingin mencolos keluar dari rongga dadanya.
Mendengar perkataan atthar yang membuatnya senang sekaligus bertanya tanya.
Sebenarnya yang dimaksud idaman itu siapa. Aku yang berada ditempat ini atau orang lain yang berada dinegara ini. Hilangkan rasa pedemu ar.  Batin artha.
"Kenapa pipi kamu jadi bersemu seperti itu ar?"
Tanya atthar membuyarkan lamunan artha.
Artha langsung menangkup pipinya dengan kedua tangannya.
"Masa'sih mas. Perasaan biasa aja deh" kata artha dengan nada yang dibuat lebih tenang. Agar tidak terlihat bahwa dia saat ini sedang salah tingkah.
"Kan aku yang lihat ar, tuh pipi kamu merah seperti tomat".
Goda atthar pada artha yang jelas saja membuat pipi artha semakin menampakkan semburat merah.
Terlihat semakin cantik dengan pipinya yang merona. Batin atthar semakin tidak karuan melihat pipi artha yang bersemu.
"Jangan melihatku seperti itu. Bukannya menatap yang bukan mahromnya berarti dosa".
Ucap artha yang membuyarkan lamunan atthar.
"Ya sudah akan saya halalkan kamu. Supaya menjadi mahrom saya. Dan saya bisa puas lihatin kamu setiap pagi".
Ucapan atthar membuat artha langsung menoleh kearahnya. Membulatkan matanya sempurna karena mendengar kalimat panjang tersebut.
"Saya kembali kekamar dulu asalammuallaikum". Pamit atthar dan langsung bangkit meninggalkan artha.
Kenapa saya bisa berbicara seperti tadi. Batin atthar merutuki perkataannya tadi.

***
Artha langsung masuk dan merebahkan tubuhnya diatas ranjang.
Vika langsung bangkit dari tidurnya karena mendengar pergerakan artha. Pikirannya heran melihat artha yang masuk dan senyum senyum sendiri.
"Kamu kenapa ar, senyum senyum gitu? Jangan jangan kamu kesambet ya?".
"Astaghfirullah. Ngomong apa sih vik?" Ucap artha dan langsung menegakkan tubuhnya yang semula berbaring.
"Aku tadi ditemenin mas atthar. Jadi seneng aja" lanjut artha dan kembali merebahkan tubuhnya.
"Hah.. serius?" Tanya vika memastikan ucapan artha.
"Iyalah" jawab artha santai.

***
"Assalammuallaikum" ucap seseorang dibalik pintu kamar artha dan vika. Dan sesekali dia mengetuk pintu tersebut.
"Wa'alaikusalam" jawab sang empu kamar sembari membuka kenop pintu tersebut.
"Dipanggil ustadzah rumi ar". Kata amira menyampaikan pesan dari ustadzah rumi.
"Iya mir, sebentar lagi saya keruangan ustadzah. Terima kasih ya" jawab artha sopan.
"Iya ar, wasalammualaikum" kata amira berlalu meninggalkan artha.
"Wa'alaikusalam".

***
Artha mengetuk pintu didepannya dengan beberapa ketukan. Sampai pintu itu terbuka dan memunculkan sosok cantik berbalut gamis biru.
"Assalammuallaikum ustadzah, ustadzah memanggil saya" sapa artha sopan kepada sipemilik ruangan.
"Wa'alaikumsalam. Mari silahkan masuk artha" kata ustadzah rumi mempersilahkan gadis didepannya masuk.
"Silahkan duduk" pinta ustadzah rumi dengan nada yang sangat halus.
"Terima kasih"
Artha menampilkan senyumannya. Sembari mematuhi ucapan ustadzah rumi.
"Maksud saya memanggil kamu. Hanya ingin memberi tahu. Tadi papa kamu telfon pihak pesantren. Katanya kamu disuruh kembali kerumah hari ini. Dan diluar kamu sudah dijemput ar" jelas ustadzah rumi pada artha.
"Iya ustadzah. Terima kasih, papa saya sekarang dimana?" Tanya artha sopan. Karena sedari tadi dia tidak melihat sosok papanya. Sedangkan ustadzah rumi berbicara bahwa artha sudah dijemput.
"Bukan papa kamu yang jemput. Yang jemput kamu sekarang lagi nunggu dimobil. Tadi kami persilahkan masuk tapi dia menolak". Kata ustadzah rumi kembali menjelaskan.
"Oh iya. Kalau begitu artha permisi dulu. Assalammuallaikum". Artha melangkah meninggalkan ruangan ustadzah rumi.
Ia kini menyusuri koridor oesantren dengab kangkah terburu buru.
Ngapain papa tiba tiba nyuruh aku pulang. Batin artha mulai tak karuan. Wajahnya menyemburatkan raut cemas.
Sesekali ia mengusap lembut dadanya dan mengucapkan istighfar. Dengan harapan mampu membuat perasaannya sedikit tenang.

Artha meraih knop pintu kamar vika. Melangkahkan kakinya masuk tergesa gesa. Ia mengedarkan pandangannya mencari vika. Tapi nihil. Sepertinya vika masih ada kelas.
Kemudian artha meraih secarik kertas. Mulai menggoreskan penannya diatas kertas tersebut.
Assalammuallaikum vik, aku ada sedikit keperluan yang mengharuskan aku pulang. Maaf pamit lewat note seperti ini. Insha allah aku segera kembali. Wasalammuallaikum.
Artha ramaniya.
Artha menaruh note itu diatas nakas samping ranjang vika.
Kemudian artha beregas melangkah keluar menemui orang yang telah menjemputnya. Tangannya menjinjing tas hitam berukuran sedang yang berisi baju dan kerudung miliknya. Matanya mengedarkan pandangan mencari sosok yang telah menjemputnya.
"Artha" suara itu membuat artha menoleh. Kemudian ia berjalan mendekat kearah sumber suara. "Iya ustadzah, ada apa"
Tanya artha sembari meraih tangan ustadzah rumi dan menciumnya sejenak.
Ustadzah menunjuk kerah seseorang yang tengah berdiri memunggungi mereka.
"Itu yang jemput kamu".
Pandangan artha mengikuti arah telunjuk ustadzah rumi.
Ia memicingkan sebelah matanya.
Tumben. Batin artha

Gimana nih kak. Dilanjutin gak ceritanya.
Jangan lupa komen dan vote ya😊

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang