PART.3

1.3K 55 0
                                    

"Mama". Suara lirih bergetar berhasil lolos dari bibir mungilnya.
Tubuhnya merosot jatuh kelantai dingin rumah sakit tempat dinas omnya.
Kakinya tak sanggup lagi melangkah.
P.sudiro merengkuh tubuh proposional anaknya. "Mama koma sayang,penyakit jantungnya tiba tiba kambuh". Suara lelaki itu tak lagi terdengar tegas seperti biasa. Bahkan terdengar sangat miris disetiap katanya.
Artha berjalan menuju ranjang besi yang menjadi tempat baring mamanya.
"Mama,kenapa? Mama bangun dong. Siapa yang nanti bangunin artha,siapa yang masakin artha,nanti kalau artha pulang malam siapa yang bukain pintu,siapa yang ngomelin artha". Suaranya bergetar bercampur isak tangis dari mata coklat miliknya.
"Kamu seorang muslim?"tanya dokter bermata sipit berkulit putih yang menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan china. "Iya iya.. kami muslim"kata p.sudiro dengan tegas. "Biasanya keluarga pasien yang muslim akan membacakan surat yasin untuk pasien yang koma. Katanya agar pasien mendapat kemudahan melewati masa komanya"ucap dokter tersebut dengan sangat sopan.
Seketika artha dan papanya kikuk. Karena memang dikeluarganya tidak pernah diajarkan ilmu agama, jangankan mengaji sholat saja tidak pernah dilakukan. Bahkan artha bersekolah di SMA untuk nonmuslim. "Maaf,dokter bisa membacakan surat yasin untuk istri saya?" Tanya p.sudiro sopan.
"Oh maaf. Saya seorang nasrani."balas dokter itu sembari menunjukkan senyum manisnya. "Oh.. begitu ya" balas papa singkat dengan tatapan bingung saat ini siapa lagi yang akan membantunya. "Kalau anda tidak bisa membacakan. Dibelakang rumah sakit ini ada rumah seorang ustadz yang mungkin mampu membimbing membaca surat yasin,karena biasanya pasien disini memanggil beliau untuk membantu membaca surat yasin".balas dokter tersebut dengan sopan."oh baiklah, saya akan memanggilnya".
"Saya tinggal dulu kalau begitu. Semoga pasien diberi kemudahan oleh tuhan"
"Oh iya terima kasih dok. Silahkan" timpal p.sudiro dengan nada semakin lesu

P.sudiro pun berjalan keluar ruang ICU dan meyuruh sopirnya memanggilkan ustadz yang dimaksud dokter tersebut.
Selang beberapa menit supirnya kembali menemui majikannya 
"Permisi tuan, ustadz yang anda maksud sedang tidak ada dirumah" ucap p.joko yang tak lain adalah supir tersebut. "Argh. Kemana dia?" teriakan frustasi dari p.sudiro "kata tetangganya sedang pulang kampung tuan". Timpal p.joko dengan sopan dan kepala sedikit menunduk. Dia tak berani memandang wajah majikannya yang tampak kacau saat ini.
"Sudahlah pa,saat ini mama hanya butuh do'a kita, kita berdo'a sebisa kita."wajah yg biasa ceria sekarang nampak kusut dengan suara yang dipenuhi nada kekhawatiran. 

Tiba tiba terdengar bunyi tiiiittttt..
Dari layar kecil disamping ranjang mamanya 
Seketika mata artha membulat sempurna mulutnya tak mampu lagi berkata. Hal yang tak pernah dia bayangkan Kini terjadi. Kemungkinan terburuk yang tak ingin dia alami. "Mama" teriakan itu lolos dari bibir artha.
Sekejap kemudian tubuhnya direngkuh oleh papanya. Isakan tangis menggema diruangan tersebut. Pihak medis sudah mulai melepaskan semua alat medis yang semula menempel ditubuh mamanya.
"Pa,kenapa mama ninggalin kita? Hiks hiks..". Ucap artha terbata bata karena isakan tangis dan rasa sesak didadanya. Papanya tak mampu lagi berkata kata. Dia hanya mampu merengkuh tubuh anaknya karena sesungguhnya dia sendiri pun tak siap dengan keadaan ini.
Dalam hati artha memberontak. Rasanya dia telah membenci tuhan. Karena tuhan mengambil mamanya darinya. Mengambil kebahagian terbesar dalam hidupnya. Merampas sosok malaikat yang selama ini menemaninya.
Kini tidak akan ada lagi sosok cerewet yg membangunkannya. Tidak ada lagi yg memarahinya jika dia pulang larut malam.
"Kenapa tuhan loe ambil mama dari gue, kenapa loe selalu buat hidup gue runyam. Gue benci sama loe gue BENCI". Batin artha dalam pelukan papanya.

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa vote dan komentarnya ya😊

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang