PART.5

1.2K 55 0
                                    

Aku melajukan mobilku menuju makam mama. Setelah memparkirkan mobilku. Aku langsung berjalan menuju tempat mama disemayamkan.
Air mata yang sedari jatuh dari pelupukku membuat mataku sembab. Aku duduk disamping makam mama. Menceritakan segala keluh kesahku selama mama meninggalkanku.
Menceritakan bagaimana aku selalu telat kesekolah. Hal apa saja yang aku lakukan. Perubahan sikap papa. Sampai perkataan abizard yang selalu terngiang dipikiranku.
Selesai dari tempat mama. Aku memutuskan untuk langsung kerumah. Jarak makam dengan rumahku tidak begitu jauh. Hanya 10 menit waktu tempuh dengan kecepatan sedang lamborginiku.
Aku terlonjak kaget ketika melihat wanita bertubuh mungil dengan gamis berwarna dusty pink yang membalut tubuhnya tiba tiba ada dihadapanku. Decitan ban mobil dengan aspal memperdengarkan melody yang sangat tidak ingin aku dengar. Bahkan moncong lamborginiku tinggal seinchi lagi akan menghantam tubuh mungil tersebut. Aku langsung turun dan rasanya ingin mencabik cabik wajah wanita itu. " woy punya mata dipake dong. Gak lihat ada mobil? Main nyebrang aja. Mau mati" cerocos ku kepada wanita itu. "Innalillahi" suaranya lirih bergetar. Menunujukkan bahwa saat ini dia sedang ketakutan. Lalu dia mengangkat kepalanya meberanikan diri menatapku. "Assalammuallaikum" lanjutnya. Sontak saja aku semakin kaget karena melihat wajahnya. "Vik vika?". Tanyaku terbata bata "loe vika sahabat gue dismp" lanjutku. Dia pun mematung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. " iya gue artha gak usah melongo gitu. Gue tau gue cantik". Tanpa ba bi bu dia langsung memeluk tubuhku. Karena aku susah napas akhirnya dia melepaskan pelukannya dan aku ajak masuk kemobilku. "Kamu apa kabar ar?, aku panggling lihat kamu" terang vika kepadaku. Vika adalah salah satu sahabatku saat smp. Dia yang paling dekat denganku. Namun saat SMA dia memilih bersekolah di pesantren. "Gue baik kok vik. Gue kangen banget sama loe. Btw, loe mau kemana dan darimana. Loe gak nyantri" tanyaku kepada vika. "Ya allah ar, kalau nanya satu satu. Jangan berentet kayak gerbong kereta gitu" balasnya dengan suara yang sangat lembut. Vika benar benar berbeda, batinku. "Aku tadi dari beli kerudung. Aku lagi liburan, jadi seminggu ini aku dirumah. Kamu dari mana? Masih aja suka kebut kebutan." Lanjut vika dengan santainya. "Ya loe sih. Nyebrang gak lihat lihat. Untung gak gue tabrak. Gue dari makam mama gue" terangku santai, kini aku sudah mulai menerima kepergian mama. Benar kata abizard aku hanya perlu mendo'akan mama. Karena mama memang hanya butuh itu.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun, kapan mama kamu meninggal?" Tanya vika menyelidik. "Tujuh hari yang lalu." Balasku seadanya. "Kamu yang sabar ya, Sesungguhnya allah mengambil suatu hal dalam hidup kita, agar kita mau mencari dan mendekatkan diri pada allah ar, kamu yang sabar ya". "Maksudnya vik, gue gagal paham". Tanyaku " astaghfirullah ar, kamu ngerusak momen sih. Maksudnya allah ngambil sesuatu dalam hidup kita, itulah salah satu cara agar kita menemukan Allah. Biar kita tidak hentinya bertawakkal dan berserah diri padanya ar. Bermunajat hanya kepada Allah". Aku mulai mencerna setiap perkataan vika. "Oh gitu. Hidup gue serasa hampa vik tanpa ada mama. Hidup gue semakin berantakan. Gue sayang gue cinta sama mama gue melebihi apapun ." Tak terasa cairan bening telah lolos dari pelupuk mataku. Entahlah aku kembali merindukan mama saat ini. "Mungkin ini teguran dari allah. Gak ada yang pantas kita cintai melebihi apapun selain Allah ar, sekalipun itu ibu kita. Mungkin Allah ngambil mama kamu agar kamu bisa mulai mencintai Allah". Tutur vika kepadaku. "Tapi gue bener bener sulit tanpa mama vik. Loe tau kan gimana gue kalau sama mama. Mungkin ini fase tersulit dalam hidup gue. Awalnya gue mau nyusul mama aja. Tapi gue kasihan lihat papa." Vika tersenyum kepadaku. "Sesungguhnya fase paling sulit itu ketika kita sudah melewati kesulitan kita." Balas vika dengan santai. "Maksud loe?"tanyaku pada vika, karena jujur saja aku tidak mengerti dengan perkataannya. "Ya, karena pada fase sulit itu kita pasti akan mengingat allah. Ya kayak kamu sekarang ini. Tapi saat fase sulitmu telah berlalu kamu pasti akan terbuai dengan kenikmatan yang allah berikan. Dan akhirnya kamu akan semakin jauh dan melupakan allah. Sebenarnya inilah fase tersulit dalam hidup kita." Jelas vika dengan melengkungkan sudut bibirnya. "Tapi allah itu gak adil sama gue, dia ambil mama gue vik. Mama gue. Yang gue tahu selama ini yang selalu sayang sama gue itu mama gue bukan allah. Yang gue kenal selama ini mama gue dengan segala kasih sayang dan perhatiannya. Bukan allah". Tangisku pecah seketika, vikapun mencoba menenangkanku. "Hush.. kamu ini bicara apa sih ar. Gimana kamu mau kenal sama Allah. Lah kamu aja gak pernah memperkenalkan dirimu kepada Allah. Percayalah ar, Allah itu maha pengasih lagi maha penyayang melebihi apapun. Maha benar Allah dengan segala firmannya. Maha besar Allah dengan segala ciptaannya. Apapun bisa terjadi jika Allah telah berkehendak. Yang harus kita lakukan hanya ikhlas dan selalu tawakkal kepada Allah". Dia berhenti sejenak "Allah bakal ngasih kita surga asal kita mau menjauhi larangan dan menjalankan perintahnya. Rizki mati jodoh Allah yang ngatur ar. Segala kekayaan kamu hanya titipan Allah. Lapangkan dadamu. Allah selalu menjagamu tapi kamu tidak pernah menyadarinya." Terang vika panjang lebar. Entah ada angin apa mendengar perkataan vika, hatiku terenyuh. Seakan ada gejolak dalam hatiku yang membuatku ingin mengenal Allah. "Gue kok jadi pengen belajar agama ya vik". Pernyataan itu tiba tiba saja lolos dari bibirku. Entah ada dorongan darimana yang membuatku menginginkan hal ini. "Alhamdulillah, gimana kalau kita belajar agama bareng dipesantren". Pertanyaan itu sungguh membuatku kaget. Mana mungkin seorang anak pembisnis club nyantri dipesantren.

RINDU ALLAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang