Engkau bagai angin yang mendayu-dayu.
Bernyanyi dengan seruling jiwa.
Membawa jiwa berkelana ke negeri antah berantah.
Memukaunya hingga tak sadar.
Mengeringkan tubuh ini karna kekosongan jiwa.Seribu panah yang dilepaskan eros.
Tak satupun yang meleset.
Semua menancap rapi dan tertata.
Memekarkan semua bunga di taman qalbu.
Namun satu yang tak mekar.
Saat aku tersadar.
Ternyata panah itu memang belum sampai.
Berputar - putar di nirwana dan meledek-ku.Diamput!!!
Ah.. Kenapa kata itu yang keluar?
Panah itu masih berputar di jalurnya.
Seketika eros datang.
Dan tertawa kecil - kecil sambil berkata,
Jika kau inginkan panah terakhir itu maka "kejarlah, kemudian peluk erat".
Dan setelah itu bisikan padanya "jadilah rusuk-ku yang hilang".
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Ke-Peka-an (SELESAI)
PoetryGoresan - goresan yang tak berbicara inilah yang akan menjadi saksi bisu dalam alur yang bernama kehidupan. Percayalah bahwa setiap yang punya rasa pasti bisa peka, hanya saja pada kadarnya masing - masing.