Kabut perlahan turun.
Rasa dingin menusuk hingga ke igaku.
Sedang aku masih terlena.
Di buai oleh boneka hijau dari china.
Entah aku yang gila, atau,,
Ah,, entahlah.
Pagi ini pukul dua lebih setengah maju sedikit.
Yang kulihat masih benda yang sama.
Bertahan bersamaku dalam tiga jam terakhir.
Memandang kota manis yang mulai lembab.
Apakah manisnya akan meleleh?Aku sedang meleleh.
Ya,, meleleh karna kamu.
Kenapa harus kamu?
Aku ragu apakah lelehanku akan tertampung olehmu.
Atau akan kau biarkan meleleh hingga lenyap.
Tak meninggalkan bekas.
Atau aku yang terlebih dahulu menampung lelehanku sendiri.
Meresapi setiap lelehan yang mungkin akan kukantongi.
Hingga mentari terbit dan tenggelam.
Namun tak beranjak lelehan itu dari kantongku.
Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Ke-Peka-an (SELESAI)
PoetryGoresan - goresan yang tak berbicara inilah yang akan menjadi saksi bisu dalam alur yang bernama kehidupan. Percayalah bahwa setiap yang punya rasa pasti bisa peka, hanya saja pada kadarnya masing - masing.