Aku duduk di pelataran belakang rumahku
Saat kulihat jingga perlahan berlari untuk memberikan jingga yang lain
Pada rembulan di malam yang tak terlalu dingin
Hanya saja,
Fikiran ku masih beku,
Atau kakuAku menatap kejora yang hilang di ujung cakrawala
Yang kukira ia masih setia menemani sang rembulan
Hingga akhirnya sang surya mengintip di ujung lain cakrawalaNamun itu hanya khayalan
Yang sengaja ditinggalkan untuk menggoda rembulanMalam ini pukul dua kurang sedikit
Aku bernyanyi tentang kegelisahan
Diiringi alunan perkusi alam dari katak dan jangkrik yang menyamarkan alunan perkusi dari kasur tua yang berdecit
Hingga tanpa kusadari dua jemari ini menari di atas kenanganSedikit kehangatan mulai muncul di dalam selimut tebal ini
Menyisakan cerita tentang waktu yang terlewati
Bukan aku tak sadar akan senang dan sedih hati
Hanya saja, kurasa cukup untuk ratapan malam iniMeninggalkanku dengan rembulan yang tak utuh bentuknya
Menyamarkan kejora yang tak utuh sinarnyaAku sang pejuang waktu
Melangkah menghadapi terpaan badai rindu
Entah akan ku bawa berkelana
Atau akan kutimbun kelak di bawah istana
Dalam dekapan malam dan alunan perkusi tua yang bernama alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Ke-Peka-an (SELESAI)
ПоэзияGoresan - goresan yang tak berbicara inilah yang akan menjadi saksi bisu dalam alur yang bernama kehidupan. Percayalah bahwa setiap yang punya rasa pasti bisa peka, hanya saja pada kadarnya masing - masing.