Detik demi detik aku terkenang.
Mengharap mentari masih terbit di ufuk timur.
Tak masalah walau sebatas untuk menghangatkan.
Menghangatkan jiwa ini dari kebekuan akan rindu.
Dan wahai pemilik rindu.
Sungguh tak ku harap rindu ini hanya sebatas angan.
Jangan biarkan tanah ku di gali hanya untuk mengubur kenang.Rinduku bukan rindu biasa.
Aku ingin kau percaya.Percayalah,,
Detik - detik menjelma detak.
Sedang detak - detak menghantam gendang telinga.
Membunuh jiwa dengan alunan kerinduan.
Alunan yang mendarat secara perlahan.
Membenamkanku dalam - dalam.
Hingga yang tersisa hanya rindu.Dengarlah,,
Rin - du..
Rin - du..
Rin - du..
Ah,,,
Aku memang sudah gila,
Gila, hingga degub jantungku pun ikut merindu.
Menjelma rindu.
Menyuburkan bibit kerinduan.
Hingga pada akhirnya mungkin aku akan terbunuh.Oleh siapa?
Bukan oleh siapa.
Namun rasa.
Rasa akan kerinduan yang mungkin hanya sebuah angan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Ke-Peka-an (SELESAI)
PuisiGoresan - goresan yang tak berbicara inilah yang akan menjadi saksi bisu dalam alur yang bernama kehidupan. Percayalah bahwa setiap yang punya rasa pasti bisa peka, hanya saja pada kadarnya masing - masing.