Kemarin ada yang berbeda
Ingin memaki namun tiada keluar sepatah kata
Amarah dalam diam atau diam dalam amarah apalah beda
Hanya sepucuk cempaka yang digantikan dahliaHari ini biasa saja
Sang surya tersenyum ceria
Apakah ia telah bahagia?
Ataukah ia ingin menghina?
Para pejalan kaki mengeluhkan cucuran keringatnya
Para pendaki melanjutkan perjalanannya
Sedang dahlia masih menari diatasnya
Aku tau karna di ufuk barat gumpalan awan menumpuk tak karuan bentuknyaKepak demi kepak telah melelahkan bagi burung gereja tua
Di sela nafasnya yang tinggal menghitung usia
Awan mendung datang perlahan dengan kepastian
Malam ini akan badai lagi kawan
Ahh... Aku sudah tak peduli lagi dengan badai tak karuan
Aku akan terlelap dengan sarang baru di sudut pelataran
Menanti berlalunya badai dalam kehangatanDatanglah kemari
Sekedar mampir untuk celotehan tiada arti
Aku telah sampai
Mungkin celotehan ini yang akan mengakhiriPergilah kawan
Aku hanya titip salam kepada awan
Datanglah dengan segera
Lalu pergilah secepat engkau tiba
Hingga pada akhirnya semua akan kembali pada suatu masa yang biasa.
.
.
Pelataran senja dirumah tua
3-Desember-2017
Dzil,-
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Ke-Peka-an (SELESAI)
PoezjaGoresan - goresan yang tak berbicara inilah yang akan menjadi saksi bisu dalam alur yang bernama kehidupan. Percayalah bahwa setiap yang punya rasa pasti bisa peka, hanya saja pada kadarnya masing - masing.