Satu : Kesan pertama

2.5K 62 0
                                    

Dedaunan, pepohonan , dan ratusan spesies tanaman di sekolah masih berselimutkan embun pagi, embun itu perlahan menguap menjadi gas yang menyatu diangkasa.

Hari ini aku berangkat sekolah agak pagi, aku tak ingin terlambat karena tak ingin mendapat hukuman.

Aku bergegas memasuki gerbang sekolah, tapi langkah ku terhenti ketika melihat sebuah buku tulis tergeletak di depan gerbang. Aku memungut buku itu, dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.

Aku membuka halaman pertama buku tulis itu dan tertulis sebuah biodata mini pemiliknya. Lantas aku bergerak memuju kelas pemilik buku, mungkin buku itu tak sengaja terjatuh dari tas sang pemilik.

"Kelas X IPA 5, atas nama... Rido Rain Syailendra, nah ini ni kelasnya," ucapku begitu sampai di depan kelas X IPA 5, ruang kelas itu masih sepi tak ada orang, hanya embusan angin pelan yang memaksa menerobos sela-sela jendela.

" nyari siapa?," terdengar suara dari belakangku, aku berbalik dan kulihat seorang siswa laki-laki tengah berdiri di depan pintu, sepertinya ia salah satu murid dari kelas ini.

"Ini gue lagi mau cari pemilik buku ini namanya Rido Rai...." ucapanku terpotong saat ia mengambil buku di tanganku.

"Gue Rido dan ini buku gue, setelah lama gue cari ternyata ada di lo, jangan jangan lo yang ngambil ya,"
"Enak aja lo, gue gak ngambil tapi gue nemu tadi di depan gerbang, untung gue kembaliin, kalo enggak tau rasa lo," jawabku karena tak terima dengan tuduhannya,

"Bodo," jawabnya dengan ketus.

"Eh lo itu ya, bukannya terima kasih bukunya udah gue temuin dan kembaiin lo malah nyolot, terima kasih kek gitu sama gue,"

"Terima kasih buat apa? Siapa tau lo sengaja ngambil buku gue, terus berusaha jadi pahlawan di depan gue, supaya gue bisa kagum sama lo, karena lo mau carper di depan gue. Iya kan? Ngaku lo?"

"Astaga naga buat apa carper sama lo, gak guna tau gak, jangan kegeeran deh lo, sok kegantengan,"

"Emang gue ganteng dari lahir,"

"Idiih kepedean banget lo,"

Perdebatan itu berlangsung cukup lama, hingga beberapa pasang mata yang memasuki kelas itu mengernyitkan dahi merasa bingung melihat peryikaian antara aku dan cowok yang ternyata bernama Rido itu.
Sebelumnya aku tak menyadari akan kehadiran mereka, hingga seseorang menarik tanganku, menjauhkan ku dari makin runyamnya adu mulut ini.

"Dressi, udah lah malu diliatin sama orang, lagian lo kenapa sih berantem sama dia," ucap Ratna dengan menarik tanganku.

"Eh, lo, urusan kita belum selesai ya"ucapku sebelum meninggalkan kelas X IPA 5.

Cowok itu hanya tersenyum puas karena telah berhasil membuat ku kesal padanya hari ini. Awas aja ya dia, ihhh kesel, batinku.

***

Aku Dressila Samudra biasa dipanggil Dre, Dressi, atau Sila. Dan saat ini suasana hatiku sedang tidak baik, alias badmood.

Dan aku sedang berjalan menuju kelasku XII IPA 3 di temani Ratna Azalea, sahabatku.

Sampai di depan kelas aku mengeluarkan segala uneg-uneg ku pada Ratna perihal pertengkaran tadi.

Tentang si adek kelas songong bin nyolot itu. Tentang aku yang berniat mengembalikan buku si adek kelas malah dituduh mengambil buku itu.

"Oh, berarti si adek kelas ganteng itu salah paham dong ya sama lo, di kira lo yang ngambil bukunya, padahal lo yang nemuin," ujar Ratna berkomentar

"Ya udah deh ya gak usah pake embe-embel kata ganteng juga kalee, emang tuh cowok ganteng apa. Huhh, menurut gue sih biasa-biasa aja," ucapku sekenanya, aku masih kesal dengan sikap cowok itu padaku.

"Ya iyalah ganteng banget, coba deh lo liat dia tadi, aduh ganteng banget, bikin klepek-klepek tau, coba aja gue jadi lo, gue pasti rela deh berantem sama dia asal bisa puas melihat kegantengannya itu," Ratna memuji cowok itu tanpa ketulungan, katanya juga dia ingin mencubit pipi cowok itu yang dia bilang bikin gemas. Masa sih?

"Udah deh, Na, gak usah deh muji si cowok songong itu lagi, emang si Permen udah gak manis buat lo," ujarky mengalihkan pembicaraan karena bosan mendengar Ratna memuji si Rido itu.

"Hah permen?, oh permen yang biasa di beli di Bi Ani itu," ucapnya belagak lupa, padahal 'permen' adalah panggilan kesayangan Ratna buat pacarnya, yang bernama Wira. Wira adalah siswa kelas XII IPS 3, mantan waketos dan sekarang jadi anggota band SMA HARAPAN KITA bagian bass.

"Ih, bukan permen yang itu, itu tuh cowok yang kata lo manis kayak permen, yang lagi jalan ke arah kita. Lo mendingan liat deh arah jam sembilan," ucapku

"Kalo dia mah gak bakalan ilang manisnya," ujar Rayna begitu melihat Wira

Dan dalam hitungan detik Wira sudah ada disamping Ratna. "Lagi ngomongin apa sih, kayaknya serius banget deh?" Tanya Wira kepo.

"Itu kita lagi ngomongin si Ri...,"

sebelum aku menyelesaikan ucapan, Ratna udah nyentil duluan, "Oh mm, kita lagi ngomongin kamu, soalnya aku bilang ke Dressi kalo kamu itu manis kayak permen."

"He he memang bener sih aku manis, ganteng lagi," ucap Wira dengan pedenya.
"Kamu pede banget sih," ucap Ratna sambil memukul pelan tangan Wira.

"Tapi biar pede gini kamu suka kan," ucap Wira lagi. "Iya dong, suka banget," dan mereka tertawa bersama. Sebuah keromantisan sederhana tapi menyenangkan.

Dalam hati aku bergumam, kayaknya seru ya kalo punya pacar, bisa ketawa bareng, sedih bareng. Intinya selalu bersama, apapun keadaannya.

semoga aja aku bisa cepat punya pacar, pacar yang baik, sopan, pinter, gak neko-neko, pokoknya ideal deh buat jadi pasangan. Tapi kalo pacarnya kaya si Rido sih, mendingan gak usah deh, nanti bikin naik darah terus. Eeh..Kok jadi mikirin Rido sih?
                        
😒😒😒

Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang