"Lo kenapa gak ngejauhin Rido, malah asik berduaan di bukit.Lo gak takut sama ancaman gue?" Dira menghampiriku saat akan menuju ruangan kelas ku. Hari masih pagi, masih sepi hanya segelintir siswa yang baru datang. "Gue butuh waktu," ucapku aku melangkah lagi, tapi tak dibiarkan Dira.
"Munafik banget lo, lo bilang lo gak suka sama Rido, terus kenapa sekarang lo masih butuh waktu? Udah mulai naksir lo sama dia,"
Aku menatap tajam adik kelas ini, ia juga sama menatapku tak kalah tajam. "Urusan lo apa? Emang kenapa kalo gue suka sama Rido?"
Dira tersenyum licik, meremehkan. Aku benci senyuman itu. Ia mengitariku, seperti sedang menginterogasi. Dres, lo cemen banget sih di depan adek kelas ini, ayo dong beraniin diri lo, batinku.
"Kenapa?"
"Gue masih bingung kenapa Rido itu suka sama lo. Oke,, gue setuju lo cantik, tapi gue dua kali samudra lebih cantik dari lo. Lo gak populer, sedang gue gak usah ditanya, bahkan banyak yang naksir gue. Tapi heran Rido itu kenapa bisa suka sama lo?" Dira menunjukku dengan jari telunjukknya. "Lo si cewek biasa gak pantes buat Rido yang kepopulerannya udah nyebar kemana-mana. Rido itu cocoknya sama gue, ngerti lo!?"
"Siapa bilang lo cocok sama gue, pede banget lo," Rido datang tiba-tiba dengan muka dinginnya yang ditampakkan pada Dira. Aku tersenyum.
"Yang cocok sama gue itu Dressila," ucapnya sambil memegang tanganku. Dan itu seketika membuat Dira kebakar hati. Dira cemburu berat. "Ya kan Dress?" Dia menatapku kemudian. Aku mengangguk.
"Do, buka dong mata lo. Gue itu lebih oke dari Dressila, lalu kenapa lo malah milih dia?"
"Wait..wait..wait. Miss Dira yang pedenya tingkat kabupaten, siapa bilang lo lebih oke dari cewek gue. Ngaca dong lo,"
"Rido..lo..?!" Dira hampir menangis. Nada suaranya berbeda,
"Rido, lo emangnya gak pernah tau gimana besarnya rasa cinta gue ke lo. Gue cinta mati ke lo, plis lo ngertiin perasaan gue?"
"Gak usah drama lo. ayo Dress tinggalin aja dia," Rido menarik tanganku, mengarahkanku untuk pergi.
"Rido tunggu!!,"
"Kalian bisa aja bahagia sekarang tapi,...liat aja gue akan buat hubungan kalian bermasalah. Dan lo Do, lo bakalan tau gimana rasanya sakit hati kayak gue," setelah itu dira pergi bersama dengan air matanya yang sudah mengalir dari tadi. Sebenarnya kasian juga Dira, tapi entahlah, aku juga tidak benar-benar tau kenapa Rido sebegitu bencinya dengan Dira.
Waktu bergulir begitu cepat tak terasa senja di langit akan hadir satu jam lagi. Aku dan Rido masih dibukit, menikmati keindahan ciptaan Tuhan dari atas sini.
"Do kenapa sih, kok lo gitu banget sama Dira. Ya maksud gue, kenapa lo nolak di sebegitu kerasnya? Emang lo gak pernah cinta sama dia? Ya maksud gue lo gak ada sedikit rasa gitu sama dia?"
"Kan gue udah punya lo. Kenapa juga harus ada orang lain," jawabnya sekenanya. Aku menatap cowok tinggi agak sipit ini. "Lo punya masa lalu sama Dira?" Rido menjauh ditatapnya awan senja yang beberapa menit lagi akan berwarna oranye.
" benar kan gue,? Lo ada masa lalu sama Dira "
"Ah gak usah mikirin Dira, pikirin aja hubungan kita," kata-kata gombal yang awalnya membuat telinga jadi keliengan sekarang malah buat hati bergetaran. Plis Rido jangan gombalin gue lagi, nah loh baperan lagi kan gue,
"Kok diem Dress?"
"Ah..ngg..nggak diem kok, nih gue lagi...,"
"Lagi merhatiin gue kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...