Aku kecewa karena dia
Aku luka karena dia
Tapi aku juga...
Cinta karena dia...
"Tumben lo tulis puisi Dress, lagi galau ya,"ucap Ratna saat menghampiriku yang sedang sendirian di kelas. Aku benar-benar sendiri.
"Udah ah gue cuma mau ambil buku," Ratna berlalu begitu saja begitu menenteng sebuah kamus inggris tebal dengan tergesa-tergesa. Ia pun menutup pintu kelas itu. "Ya elah, kenpa ditutup sih pintunya," omelku.
Aku kembali fokus pada puisi gaje yang ku buat asal-asalan.
Kalau saja cinta bisa reda...
Ku ingin sekarang juga...
Kalau saja cinta bisa pergi...
Ku ingin saat ini...
Tapi..
Aku menyerah
Aku pasrah
Karena aku benar-benar cinta...
"Rido!!!....gue nyerah, ternyata gue cinta sama lo. Rido..," aku setengah berteriak, ingin menumpahkan perasaan ku sekarang. Lagi pula aku kan sendirian. Gak kan ada yang dengar kan?
"Dressila," aku cepat menoleh ke arah suara yang memanggilku. Padahal waktu itu ku pikir sendang sendirian. Mataku membulat mendapati Rido yang tengah berdiri di pojokan kelas dekat lemari. Dari tadi dia mungkin bersembunyi di sana, atau memang karena aku gak peka akan kedatangannya tadi.
"Lo,..."
"Dress,...gue pikir gak usah nunggu dua belas hari lagi. Kayaknya lebih baik sekarang, toh gue juga tau perasaan lo sama gue. Dress lo mau gak jadi pacar gue?"
"Sorry, gue gak bisa...,"
Rido bukan tipe cowok yang mudah menyerah. Sekali ditolak, seribu kali dia bakalan nembak.
"Gue,..."
"Kenapa?"
"Pokoknya ya gue gak bisa dan gak akan pernah bisa, sorry gue mau pergi,.." baru akan melangkah Rido malah langsung menarik tanganku.
"Dress, kenapa? Kenapa lo giniin gue? Apa salah gue sama lo?"
"Karena gue gak punya perasaan apapun ke lo, Rido. Gue cuma anggap lo adek kelas gak lebih..,"
"Bohong,.." Rido menatapku tajam, dan tangannya makin erat memegang tanganku. Suasana makin mencekam, aku dan Rido hanya berdua di dalam kelas. Aku mencoba melepaskan tarikan tangannya. Namun susah.
"Kalo lo gak suka sama gue, kenapa tadi lo bilang suka? "
Aku mengedipkan mataku pelan, aku harus jujur, "Ya, tapi buat apa cinta kita menyatu, kalo akhirnya akan membuat luka,..." Rido perlahan tapi pasti melepaskan tanganku.
"Lagi pula,, ada orang yang lebih cinta sama lo dari pada gue, lo lebih cocok sama dia,.."
"Gak,...gue cocoknya cuma sama lo, Dressila...pliss,,.." Rido memohon. Tubuhku kaku, lidahku kelu. Ruang kelas ini jadi saksi kebingunganku.
Aku merogoh hp di saku ku. Ada sebuah pesan masuk, Dira.
Kalo lo terima Rido, adek lo celaka.
Aku melihat sekeliling, mungkin ada Dira, tapi tidak. Lalu kenapa dia tiba-tiba mengirim pesan singkat seperti itu. Pesan singkat yang bernada ancaman.
Adek lo dalam bahaya,..dia disekap. cuma keputusan lo yg bisa nolong dia. Tolak Rido, maka adek lo selamat.
Pesan ancaman itu mengalir satu demi satu. Yang intinya aku harus menolak Rido dan menyelamatkan Doni. Awalnya aku tidak percaya akan pesan ancaman dari Dira, tapi setelah dia mengirimkan beberapa foto tentang Doni yang memang disekap, aku mulai goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...