Sembilan belas : Rean dan Rido

579 22 0
                                    


Aku merapikan beberapa buku yang tergeletak asal di meja perpustakaan. Termasuk dua buah novel yang tadi kubaca. Biasanya di perpus Rido selalu muncul, tapi kini tidak ada.

Aku jadi kangen dia. Padahal baru kemarin penolakan itu terjadi. Rasanya aneh kalau tidak lihat dia sehari aja.

"Dress, gawat Rido berantem sama Rean dibelakang sekolah," ucap Ratna dengan nada panik. Tanpa babibu lagi Ratna kemudian mengajakku ke tempat kejadian.

Dan benar saja dibelakang sekolah, Rido dan Rean tengah saling baku hantam. Dan anehnya ada beberapa siswa yang justru menonton perkelahian mereka, tidak adak yang berniat menghentikan apalagi melerai. Aku ingin melerai keduanya, tapi Ratna mencegahku karena khawatir akan terjadi apa-apa denganku.

"Tapi ini gak bisa dibiarin, Na," Tanpa menghiraukan ucapan Ratna aku mencoba menengahi perkelahian antara Rido dan Rean. "Udah stop, Rido, Rean!!" Mereka berdua tak menggubris.

"Dressila,, lo mending pergi ini urusan gue sama adik kurang ajar ini," ucap Rean kemudian. Rido tidak terima dikatakan seperti itu kemudian dengan amarahnya dia melancarkan pukulan ke Rean, tetapi aku halangi dan aku yang terkena pukulan itu. Bumm!!

Aku tersungkur dan meringis kesakitan. Semua orang terlihat panik termasuk Rido, Rean dan juga Ratna yang kini berteriak histeris melihat keadaanku. Celah bibirku berdarah dan meninggalkan luka lebam.

"Dressila,.." suara panik Rean.

"Dress, gue..," suara khawatir dan perasaan bersalah dari Rido nampak jelas, cowok itu bahkan meminta maaf berkali-kali.

"Ini semua gara-gara kalian berdua tau, dressila kayak gini tuh gara-gara kalian berdua yang berantem gak jelas. Sudah sana pergi," omel Ratna pada Rean dan juga Rido. Tak lama berselang Ratna membawaku ke UKS untuk mendapat perawatan.

"Kak lo gak papa kan?" Ucap Doni ketika tiba di UKS. Wajahnya jelas sekali menampakkan kecemasan.

"Si Rido yang udah buat lo kayak gini, sampe lebam gini," ucap Doni lagi.

"Udahlah dia gak sengaja. Lagian ini juga kan salah gue,.."

"Gue nyesel udah bantuin dia kemarin, waktu dia ingin ngungkapin perasaanya ke lo,"

"Apa sih Doni lo kok gitu sih? Kok lo sekarang jadi kesel gitu sama Rido,"

"Ya iyalah, dia itu udah bikin lo kayak gini, ya gue gak terimalah dan..."

"Dan apa?"

"Dan gue udah tahu sekarang cowok yang disukain sama Dira itu adalah Rido,"

"Gue pikir Rido itu temen gue, taunya... gara-gara dia, gue putus sama Dira," sambungnya.

Wajah kecewa Doni terlihat jelas. Selain kecewa aku juga menangkap kesedihan dibalik wajahnya.

"Bukannya bagus lo putus sama Dira, itu artinya lo gak bakalan disakitin lagi kan sama dia," ujarku. Doni menatapku dengan tatapan sendu bercampur kecewa. "Justru gue bakalan sakit kalo jauh dari Dira. Gue peduli apapun yang dia lakuin ke gue, karena gue yakin Dira akan berubah dan suatu saat bisa cinta sama gue."

"Don, udahlah lo lupain Dira, lagian dia juga gak peduli kan sama lo,"

"Gak semudah itu buat ngelupain dia Kak,...."

Pintu uks dibuka. Ada Rido yang tengah berdiri mematung disana. Cowok itu perlahan mendekati tempat yang kududuki sekarang ini.

Wajahnya sendu menyiratkan rasa bersalah yang luar biasa. Aku menunduk, tak berani kutatap wajahnya.

Doni lain halnya, dia marah mendapati Rido masuk ke dalam ruang uks.

"Mau nyakitin kakak gue lagi lo...?" Emosi Doni. Aku hanya menahan lengan adikku agar tidak mengenai wajah tampan Rido. Rido masih diam, ditatapnya pelan wajahku.

Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang