Aku memasuki kelas dengan langkah malas, entahlah, mungkin karena dikelas nanti aku akan bertemu dengan seseorang yang menyebalkan, Rean.
Tapi kelas pagi itu masih sepi, padahal udah hampir bel berbunyi. Ku sapu pandanganku mengelilingi kelas, hanya kulihat Cessa,teman kelasku, yang duduk serius dengan beberapa lembaran warna-warni didekatnya. Ia seperti sedang menulis sesuatu. Aku memperhatikan gadis itu dari jauh, takut mengganggunya, gadis itu memang gadis yang paling pendiam dikelas, atau bahkan di sekolah. Ia seperti tak memiliki teman. Cessa Aldeira. Entahlah, dia itu teman kelasku, tapi super tertutup.
Gadis berkaca mata bundar, dengan perawakan kurus itu terus saja menggoreskan tinta penanya di setiap carikan kertas, entah apa yang ditulis gadis itu. Terhitung sudah sekitar sebulan terakhir, kulihat Cessa seperti itu. Menulis sesuatu yang entah apa.
Aku hendak mendekati Cessa, yang duduk di pojokan paling belakang, tenpat duduk yang pas buat tiduran. Tapi sepertinya, Cessa memilih bangku pojokan itu bukan untuk bermalasan atau apa, tapi untuk menghindari teman, atau dia anti keramaian. Intinya Cessa ini aneh, menurutku.
Baru beberapa langkah, gadis itu melihatku dengan mata tajamnya, seakan memberi tahu bahwa ia sedang tidak ingin diganggu, walau memang tidak ada yang pernah ingin mengganggu kehidupannya.
"Cess, lo lagi tulis apa sih, kepo tau," ujarku sesaat kemudian. Aku kembali duduk dibangku ku semula. Cessa tak segera menjawab.
Sudah ku duga, Cessa ini memang tertutup sekali. Tak mungkin ia mau berbagi cerita begitu saja, apalagi kepadaku, seorang teman kelas yang mungkin tak dianggapnya sebagai teman.
Cessa masih diam, ia melirikku sebentar dan kembali menulis. "Cess,.."
"Emang peduli apa sih lo," Gadis itu langsung pergi begitu saja dan berlalu sambil membawa kertas-kertas tadi didalam bukunya.
Aku mengernyitkan dahi, emang ada yang salah dengan pertanyaanku?
Namun mungkin saking terburu-burunya keluar, Cessa tak sengaja menjatuhkan secarik kertas warna biru muda yang telah di penuhi tulisan. Ku ambil kertas itu dan hendak ku kembalikan. Tapi Cessa tak menghiraukan sedikit pun. Aku menaruh carikan kertas itu didalam tas.
***
Pelajaran hari ini adalah biologi, tapi kata ketua kelas tadi kalo guru gak masuk karena ada rapat. Wah ini mah angin surga buat anak-anak IPA 3. Teman-teman kelasku memang rindu saat ada rapat guru. Dengan begitu mereka bebas berkeliaran ke kantin, nongkrong di warung, atau pun nyambangin kelas sebelah yang juga kebetulan kosong. Atau juga bejigaran didalam kelas sambil buat band dadakan.
Geprak-geprok meja sana sini, bersenandung gak, jelas suara pas-pasan dan bikin telinga meriang.
"Oke-oke harap tenang semuanya, lagunya di stop dulu. Gue mau kasi tau kalian pengumuman penting dulu ya...ini penting, penting banget..," suara Rean yang berlagak seperti ketua disini. Bahkan si Dani, ketua kelas itu malah diam saja kalau udah Rean yang buka suara.
Anak-anak IPA 3 itu serius memerhatikan Rean. Menunggu pemgumuman apa yang hendaj disampaikan cowok itu. Sedang aku hanya memandang malas ke arah cowok yang kini tengah sok-sokan berkuasa itu.
"Gue mau umumin kalo....," cowok itu menghentikan suaranya. Ia mendekatiku dan kemudian tanpa permisi meraih tanganku dan bilang,"Gue sama Dressila bakalan tunangan secepatnya,".aku kaget dan spechless. Gak nyangka rean akan kasi pengumuman kayak gitu.
Pandangan seisi kelas tertuju pada kami. Aku berusaha melepaskan tanganku dari Rean.
Sorak sorai memenuhi ruangan ini. Ada yang mengucapkan selamat, tapi ada juga yang menampakkan wajah kecewa, secara juga kan Rean tuh banyak fans nya dikelas, atau pun disekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Novela JuvenilRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...