"Lo mau kemanain tu surat," ucapku pada Julian yang kini tersenyum puas melihat surat oranye yang isinya puisi tadi.
"Bego," ucapnya santai sambil melangkah keluar ruangan dengan menjinjing tasnya. "Sial, gue nanya baik-baik lo malah bilang bego," aku menatap cowok itu dengan raut wajah kekesalan.
"Bodo," ucapnya singkat. Aku bertambah kesal. Aku menghentikan langkah sekitar satu meter dari Julian. Setelah tadi mengikuti langkahnya keluar ruang D4.
"Kenapa brenti?" Julian menghadapku. "Lo kembali ke barisan lo, cepet sebelum gue berubah pikiran,"
"Gak mau," ucapku ketus, tapi sejujurnya aku agak senang dengan ucapannya paling tidak itu sudah meringankan hukumanku. Dan dia menyerahkan kertas yang sudah berisi tanda tangannya. " Yakin gak mau?"Aku tersenyum simpul.
"Makasi deh, lo udah...," ucapanku terhenti kala cowok itu menyela begitu saja.
"Udah deh, gak usah banyak cincong, pergi ke barisan lo, sebelum gue berubah pikiran. Oh ya dan ingat masih tersisa 29 hari." Aku menatap cowok itu dengan tatapan kesal. Julian juga tau itu. Tapi ia berlagak sok cuek. Sok cool. Sok gak peduli.
Kemudian aku bergegas pergi meninggalkan Julian yang justru sekilas tadi kulihat tersenyum. Secara refleks aku juga ikut tersenyum.
"Dasar cowok aneh," desisku
***
"Rido," Rido menghentikan laju motornya tepat didepanku. Cowok ganteng itu kini tersenyum.
"Tapi kenapa lo ada disini, lo kan sekolah Do,"
"Udah pulang my kesayangan, abis dari sekolah langsung kesini. Buat jemput lo. Hehe," padahal jarak kampus dengan sekolah tuh cukup jauh, tapi Rido nih masih saja menyempatkan diri. Aku tersenyum semanis mungkin di depannya.
"Jangan senyum Dress, ntar malem takutnya gue gak bisa tidur mikirin senyum lo mulu,"
"Eh, lo mah,ihh," ucapku seraya ketawa kecil dengan mencubit pelan lengannya. "Bisa aja my kesayangan gombal," ucapku kemudian. Kami tertawa bersama. Dan kuharap kebahagiaan ini selalu ada bersama kami.
Aku hendak menaiki motor Rido. Tapi sebelum itu sebuah pesan singkat masuk dari nomor yang tidak dikenal
Pacar lo?
Siapa sih? Aku tak menggubris pesan itu. Dan pulang dengan tenang bersama Rido. Satu hal untuk kali ini. Aku tidak ingin diganggu siapapun untuk saat ini. Aku hanya ingin bersama Rido, my kesayangan.
***
Malamnya aku senang bercerita dan bersenda gurau bersama Rido. Sambil sesekali menceritakan pengalamanku bertemu dengan kating galak yang ternyata adalah Julian."Gue penasaran deh sama Julian itu, siapa sih dia, kenapa namanya sama kayak nama kakak gue," komentar Rido
"Kakak lo kali do, hehe," ucapku terkekeh. Suara disebrang sana juga ikut tertawa. Ya, aku dan Rido berbicara via telpon.
Tapi tentu saja aku tidak menceritakan pada Rido tentang perhanjianku dengan Julian, yaitu menjadi pembokat atau asistennya selama sebulan. Takutnya nanti kalau Rido tahu akan jadi masalah.
"Love you Dressi. Jangan pernah tinggalin gue,"
"Siapa yang mau ninggalin lo juga Rido. Love you too Rido."
"Lo tau Dress, gue gak akan bisa hidup tanpa lo. Lo segalanya buat gue, lo gak boleh ninggalin gue,"
"Apaan sih, Rido. Gue gak bakal ninggalin lo kok. Hati gue cuma buat lo. Cielah. Gombal banget dah. Haha,"
Entahlah. Tapi obrolan malam itu dengan Rido membuat ku agak khawatir. Bagaimana tidak disepanjang obrolan kami, Rido menyiratkan bahwa ia akan pergi.
"Kalau gue pergi lo harus nyari gue, kalau gue lupa lo harus ingetin gue, kalau gue sakit, lo harus nyembhbin gue."
"Do apasih maksud ucapan lo?"
"Selamat tidur Dressi, gue suka sama lo selamanya."
Aku bingung ada apa dengan Rido. Dia seperti memberi pesan tapi apa. Aku bingung.
Ditengah kebingunganku, deringan telpon berbunyi. Aku cepat-cepat mengangkatnya, ku kira Rido. Tapii...
"Hallo Rido..,"
"Gue bukan Rido," suara di telpon seperti membentak. Dan aku kenal suara itu. Astaga... si galak
"Julian?" Ucapku Ragu.
"Iya gue,"
"Lo tau dari mana No Hp gue?"
"Bego,"
Sial. Si galak bilang gue bego lagi, desisku. Apa iya aku sedungu itu tapi... Oh iya dia itu kating senior panitia ospek juga, jadi pas isi biodata kertas formulir biodata itu kan dikasi ke dia. Jadi bisa jadi dia tau dari situ.
"Ngapain lo nelpon gue?"
"Suka-suka gue lah, lo pembokat gue kan, jadi sekarang lo denger perintah gue. Lo harus buatin gue nasi goreng besok pagi dan anterin gue di ruangan yang kemarin, kelas gue disana, gue tunggu!!"
"Julian tapi kan..." Tut tut tut telpon diputus sepihak. Tanpa salam atau basa basi apapun. Ini yang namanya kating menyebalkan.
Nasi goreng, si galak mau dibuatin nasi goreng? Dikira gue istrinya apa? Hadeh😑.
Aku mengesave no julian tadi dengan nama kontak Si Galak.***
Hening dan nyamannya malam membuat ku ingin segera tertidur, kurebahkan tubuhku diatas kasur motif bunga biru tua. Aku menarik selimut dan bersiap untuk menutup mata. Jam juga sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi deringan pesan masuk membuat ku agak kaget.
Mimpi indah
Yang membuat ku kaget bukan isi pesan "Mimpi Indah" itu tapi yang mengirimkan pesan. Si Galak.
***
Labih manis mana Dressi sama Rido atau si Galak. Rido juga mau kemana lagi??
Yeay udh update lageee.
See you di part selanjutnya.
💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Novela JuvenilRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...