Malam ini malam purnama, liat aja bulan bundar nan terang. Disaat seperti ini aku teringat pada suatu malam tepatnyaa saat aku masih kelas 3 SMP, malam dimana aku mempersiapkan untuk menyatakan perasaanku pada seseorang. Aku Dressila, ingin menyatakan cinta pada cowok yang bernama Rean Natanio.
"oke, gue yakin," aku melangkah mantap mendekati Rean yang tengah duduk santai bersama teman-temannya.
Aku Dressila, saat itu masih pakai kaca mata tebal nan bundar, berpenampilan cupu nan culun. Aku Dressila, yang saat itu masih mengikat kuncir dua rambutku.
"Bunga ini buat kamu Rean," aku menatap Rean berbicara agak gugup.
Rean mengambil bunga itu, aku lega mungkin itu artinya dia menerimaku.Tapi ternyata tidak, bunga itu dia buang ke tong sampah. Sambil mengucapkan segala kata-kata kasar, cowok putih tinggi itu mengambil air bekas pel dan menyiramkannya padaku.
"Rean, kamu..."
"Rasain lo, enak aja lo mau jadi pacar gue. Emang lo kira gue bakalan suka sama lo, mimpi lo.," Rean tertawa jahat, begitu juga temannya, sepertinya mereka puas menyiksa ku seperti ini. Ini pembulian namanya.
***
Aku Dressila, kini tak lagi cupu."Dressi lo nonton sinetronnya serius banget," Ratna mendekatiku yang tengah duduk menonton sinetron favoritku. Dan kebetulan sinetron itu menayangkan kisah seperti kisahku yang diperlakukan Rean beberapa tahun lalu.
"Sampai segitunya ya si cowok nolak cewek itu, kisah ini seperti kisah gue dan..."aku berujar sembari mengingat masa lalu,,
"Maksud lo Rean? Udah lo gak usah pikirin dia dah, buat apa. Cowok jahat kayak dia mah di buang aja ke laut,"
"Setuju, kalo udah dilaut, buang lagi aja di kutub utara, biar gak balik lagi," aku tertawa, Ratna juga. Malam ini Ratna menginap dirumahku, karena mama papaku tengah ada di luar kota.
Ratna melangkah ke arah jendela menyikap gorden yang menyelimuti jendela besar itu.
"Dressi, itu siapa sih yang ada di depan gerbang rumah lo,?"
"Apa? Hantu?" Jangn bicarakan hantu didepanku, karena sumpah aku takut banget.
"Bukan hantu, itu manusia. Cowok. Tapi dari postur tubuhnya kayaknya gue kenal deh....oh ya itu kan Rido,"
"Halu lo,"
"Gue gak halu, liat deh sini," aku meliahat keluar jendela. Ya, terlihat jelas itu Rido. Sedang apa dia.
"Ciyee, jangan jangan dia datang buat ngapelin lo lagi."
"Apaan sih Ratna, gak usah ngaco deh,"
"Samperin gih sana,"
Dengan langkah agak malas, aku menemui Rido. "Ngapain lo disini?,"
"Gue mau ketemu sama lo,"
"Buat apa?,"
"Dalam sebulan lo pasti bisa suka sama gue," Rido berujar sambil menampilkan wajah pedenya. Aku sekali lagi berpikir cowok ini sedang bercanda.
"Lo kesini cuma mau kasi tau gue hal yang gak penting? Gak guna tau!,"
"Apanya yang gak penting, ini menyakut hubungan kita berdua,"
"Udahlah lo makin ngaco aja, mending sekarang lo pulang. Lo sikat gigi, terus tidur. Oh ya jangan lupa belajar dulu, biar pinter,"
"Gue bukan anak kecil lagi, enak aja lo suruh suruh gue kayak gitu," ucap Rido sambil memampakkan wajah kesalnya. Itu memang yang aku inginkan. Anak kecil ini memang harus di buat kesel sekali-kali.
Sesaat aku dan Rido hanya terdiam, saling menatap dengan sinis. Tapi ini bukan tatapan kebencian. Ini tatapan lain, dia menatapku dengan lembut walau saat dia sedang marah sekalipun.
***
Hari ini Ratna heboh, memberikan berita gembira kepada para pwnggemar band sekolah. Band yang digawangi oleh Wira dan kawan-kawannya. Band sekolah itu namanya The Coker. Singkatan dari Cowok keren.
Berita gembira kali ini adalah The Coker bakalan ada personel baru. Masih fresh, karena konon katanya personel yang ternyata vokalis band diambil dari siswa kelas sepuluh. Siapa ya dia?
Tentu kabar ini membuat heboh para siswi perempuan dan khususnya pecinta The Coker yang sudah lama menantikan adanya personil baru. Vokalis lama the coker yaitu Andrew diganti karena andrew sudah pindah sekolah.
Kabar bagus lainnya adalah The Coker akan mengumumkan siapa vokalis barunya malam ini, di acara puncak Ulang Tahun Sekolah.
"Gue bener-bener gak sabar nunggu, gue pengen liat deh vokalis baru the coker. Pasti ganteng dan unyu banget deh.," itu hanya satu dari ribuan suara yang menantikan vokalis baru the coker.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala, tak berminat untuk ikut nimbrung membicarakan The Coker. Tidak tertarik, bukan berarti aku tak memdukung band sekolah, juga bukan berarti aku tak suka musik, tapi karena The Coker bisa besar bahkan tanpa dukunganku sekalipun.
"Pasti lo bakalan kaget deh kalo lo tau vokalis baru the coker," ujar Ratna pada suatu siang yang terik di kantin.
"Ah tahu ah, males gue ngomongin the coker," aku melahap mie ayam yang tadi ku pesan. Dan tak tertarik membicarakan apapun tentang the coker.
"Gue yakin kalo lo tau siapa vokalis baru the coker, lo pasti akan tertarik dan langsung bergabung sebagai member CL atau Coker Lovers."
"Kalo vokalis baru itu gantengnya kayak pemain badminton idola gue sih, gue bakalan tertarik jadi CL,"
"Justru itu sih vokalis baru ini, sebelas dua belas ama tuh idola lo,"
"Maksud lo arsen?"
"Ya kali arsen, orang dia aja bukan anak kelas sepuluh, gak sekolah disini pula."
"So, maksud lo,?"
"Lo liat aja nanti,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Novela JuvenilRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...