Rido mengirim sebuah pesan singkatKetemu yuk.
Aku tersenyun membaca pesan singkat dua kata itu. Rido itu, si adek kelas itu, sudah jadi pacarku sekarang. Aneh. Rasanya gimana gitu.
"Mau kemana Dress?" Ucap Bang Arjun ketika melihatku hendak pergi. Terlihat raut khawatir dari wajahnya, mungkin karena kejadian yang menimpa diriku beberapa hari yang lalu.
Aku tersenyum,"Mau pergi sama Rido, Kak, Boleh gak?" Bang Arjun mendekatiku. Diliriknya aku dengan tatapan penuh selidik.
"Mau kencan yaa?" Aku tersipu malu, mungkin wajahku sudah memerah dari tadi. Aku kemudian meninggalkan bang arjun yang tengah sibuk meledekku.
Rido sudah menunggu di luar. Dengan motor kesayangannya.
"Mau kemana?" Tanyaku. "Naik aja," balas Rido. Aku menuruti ucapannya. Dan kemudian motor itu berlalu.
***
Bukit. Tempat yang kami tuju. Salah satu tempat yang menjadi favorit pacarku ini.
Rido tersenyum puas begitu melihat hamparan senja yang menawan diatas langit. Sore itu, senja memang indah, apalagi ada si dia disini.
"Senja itu indah, gue suka. Tapi yang gue cinta itu cuma satu, Lo," ucapnya sambil melirik kearahku.
"Gombal lagi nih?" Balasku santai. Rido tertawa, tawanya itu manis sekali. Ia mengahadap senja. Memberikan beberapa kejapan matanya untuk senja. Aku tersenyum.
"Senja....," lirihnya.
Aku menghirup udara segar nan teduh yang mengikuti senja. Membiarkan setiap terpaan angin mengenai wajah dan rambutku.
Di tengah senja seperti ini aku teringat Julian, Julian Senja Syailendra. Juga penyuka Senja. Yang karakter nya agak mirip dengan Rido."Dress, lo gak boleh pergi ninggalin gue lagi. Lo gak boleh kayak Kak senja yang tiba-tiba pergi entah kemana," ujar Rido yang tiba-tiba murung.
"Gue gak akan pergi." Ucapku sambil menatap cowok bermata indah itu. Ia tersenyum, manis sekali.
"Do, gue pernah ketemu sama cowok yang suka senja sama kayak lo," aku memulai ceritaku. Rido menoleh, ia seperti tertarik mendengar apa yang akan kukatakan selanjutnya. "Jadi waktu gue di culik, ada orang yang nolongin gue, dan orang itu suka senja, sama kayak lo,"
"Namanya....," ucapanku tertahan, ketika Rido tiba-tiba bertanya,"Yang berani nyulik lo itu siapa? Biar gue selesein sekarang," kemudian Aku mencoba menenangkan cowok itu.
"Udahlah, gak penting, lagian juga gue gak papa kan? Gak papa Do, gue juga gak mau terlalu mikirin hal itu," ujarku karena aku benar-benar tak ingin mengingat peristiwa itu lagi. Untung aja waktu itu ada Julian.
"Tapi Dress....," ujar Rido
"Eh liat, mataharinya udah mau terbenam tuh," ucapku untuk mengalihkan pembicaraan. Dan seperti biasa setiap kali senja akan berakhir Rido menikmatinya dengan menutup mata dan menghirup aroma senja yang menggoda.
Aku memerhatikan wajah cowok ini dengan seksama. Mengingat ketika saat pertama kali bertemu dengan dia, saat pertama kali terlibat salah paham dengan dia, saat pertama kali melihat dia tersenyum, saat pertama kali melihat dia marah. Dan ternyata sekarang dia pacarku.
***
"Pulang yuk, senja udah habis," ucap Rido kemudian. Benar, warna oranye itu sudah perlahan berganti menjadi warna hitam malam.
"Kok pulang, jadi kencan kita cuma sampai disini?" Protesku.
"Kencan? Perasaan kita gak pernah kencan deh, gue ngajak lo kesini cuma buat liat senja doang," Aku kaget mendengar ucapan Rido tadi. Ih jadi ini bukan kencan ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...