Paginya di sekolah, aku mencurah kan apa yang terjadi pada ku kemarin pada Ratna. Menceritakan dia tentang Arsen sepupu bu Cinta, Rido yang ternyata adik kandung Bu Cinta dan saat aku diantar pulang sama Rido, oh ya juga tentang Rido yang ku kira maling.
"Gila lo, Dressi, masa iya yang punya rumah lo bilang maling," Ratna tertawa terbahak-bahak.
"Salah sendiri dia ngapain coba masuk rumah pake panjat pintu gerbang segala,"ujarku. Ratna kembali tertawa.
"Oh, ya Dre, Gue lupa tadi sebelum lo dateng ada yang nyariin lo, katanya sih ada yang mau di bicarain,"
"Siapa? Ah nanti aja deh ngurusin tentang orang itu,"
"Tapi Dre, orang yang nyariin lo itu si.."
"Nanti aja deh, mendingan sekarang lo denger cerita gue, di rumah bu Cinta gue ketemu sama cowok ganteng banget, terus dia juga asik kalo diajak ngobrol, keren deh pokoknya, namanya Arsen, dia sepupu Bu Cinta, dia tuh gantengnya gak ketulungan,..."
saat aku bercerita tentang Arsen, Ratna malah menyuruhku melihat ke belakang, tapi tidak secara langsung, melainkan menunjuk dengan dagunya,"itu di belakang,". Aku menoleh ke belakang dan kulihat ternyata Rido.
"Gue masuk kelas dulu," Ratna setengah berlari menuju kelas, hingga mungkin tak dengar suaraku minta di tungguin.
"Gue yang nyari lo, gue cuma mau bilang makasih buat buku gue yang udah lo temuin, dan maaf kalo gue udah salah paham sama lo." Rido berkata tulus, baru kali ini ada perkataan baik yang keluar dari mulutnya.
"Ng ya udah deh, gue maafin, ng sekalian gue juga mau minta maaf sama lo soal gue bilang lo maling kemarin. Sumpah gue gak tau kalo itu rumah lo,..."
"Santai aja kali, udah gue maafin," ucapnya, dia melangkah berlalu.
"Thanks ya Dek, udah maafin gue," aku setengah berteriak, memastikan dia mendengar kata kataku. Dia berbalik menatapku dengan tajam, "Gue bukan adek lo," dan benar benar berlalu.
***
Rido ternyata punya sisi baik juga, dari balik sifat ngeselin bin nyebelinnya dia ternyata punya hati yang tulus. Buktinya dia mau meminta maaf dan memaafkan, ujarku dalam hati.
"Baa, lo lagi mikirin apaan sih, pasti mikirin dedek dedek ganteng Rido ya," ucap Ratna yang membangunanku dari lamunan. Waktu itu aku sedang berada di kantin dan memainkan minuman yang sudah ku pesan.
"Idiih siapa yang lagi mikirin dia, ngaco!" Aku berbohong karena tidak mau di ejek sama Ratna, nanti dia malah mengira aku menyukai Rido.
"Eh, Btw tadi Rido ngomong apa aja sama lo,?" Ratna bertanya dengan senyum penuh selidik
"Dia cuma bilang minta maaf aja sama gue, soal bukunya kemaren,"
"Ciyee, yang awalnya minta maaf nanti si dedek ganteng minta pacaran lagi sama lo," ledeknya, ia tertawa puas.
"Apaan sih Ratna, siapa juga yang mau pacaran sama dia. Lo sih sama aja kayak Arsen, masa kemaren dia bilang entar lama-lama gue sama Rido jadi suka-sukaan, padahal jelas-jelas gue sama Rido itu gak ada cocoknya sama sekali,"
"Dressi, lo gak boleh ngomong gitu, nanti lo jadi kualat dan jadi suka beneran ama Rido." Jelas Ratna
"Sampai kapan pun gue gak bakalan suka sama Rido, buat apa gue suka sama anak kecil. Gue sukanya sama yang tuaan atau gak sepantaran umurnya ama gue, biar pikirannya lebih dewasa dari gue,"
"Siapa bilang banyak kok adek kelas yang justru pemikirannya lebih dewasa dari kakak kelas,"
"Terserah deh lo mau bilang apa, yang penting gue gak akan pernah suka sama Rido dan Rido pun gak akan pernah suka sama gue, orang tiap ketemu aja gue bawaannya tengkar mulu sama dia,"
"Kak Ratna, gue boleh ngomong sama Dressila sebentar," itu suara rido yang entah kapan dia sudah ada di belakangku. Kebiasaan nih anak, tiba-tiba muncul dan ngagetin.
"Eh Rido, boleh silakan.,"ucap Ratna.
"ehem ehem, Dressi dedek ganteng lo udah dateng nih," kali ini Ratna berbisik. "Oke dah gue balik ke kelas dulu ya, bye," Ratna berlalu dan meninggalkanku dengan adik kelas songong ini. Dan bodohnya aku kenapa pula aku mau mengobrol berdua dengannya.
"Mau ngomong apa lo, dek,"
"Gue bukan adek lo,"
"Kalo Ratna tadi lo panggil dia kakak kok gue enggak?,"
"Mau aja. Lagian gue gak akan pernah manggil lo 'kakak',"
"Kenapa?"tanyaku penuh selidik
"Karena gue pengen manggil lo say..." dia menghentikan ucapannya, menggaruk kepalanya. "Udahlah lo gak usah kepo deh itu urusan gue,"
"Ya udah, terus sekarang lo mau ngomong apa?"
"Gue denger obrolan lo tadi sama Kak Ratna,"
"Terus?"
"Gue pasti bisa buat lo jatuh cinta sama gue," Ujarnya, penyakit pedenya mungkin kambuh lagi.
"Jangan ngaco, gue gak akan pernah suka sama lo,"
Dia mendekatkan wajahnya, dan dengan pasti dia berkata, "Kita liat aja nanti," setelah itu di berlalu. Kebiasaanya kalo selesai ngomong langsung pergi gitu aja.
***
Di kelas..."Eh, Dressi Rido bilang apa aja tadi ama lo?," Ratna bertanya antusias, sahabat ku satu ini emang jagonya ngepoin orang.
"Dia bilang, suatu saat nanti dia bisa buat gue jatuh cinta sama dia,"
"Apa? What? Seriusan dia bilang gitu ama lo,? eh tapi kok tiba-tiba di bisa bilang gitu sih, apa tadi dia denger omongan kita berdua ya, yang tadi lo bilang gak akan pernah suka sama dia, makanya dia bilang gitu ke lo,"
Aku mengangguk, "Dia cuma becanda deh kayaknya," ujarku lagi.
"Ya ampun Dressi, masa lo bilang Rido itu becanda sih, itu artinya dia ngasi sinyal cinta ke lo, supaya lo sadar kalo dia sebenarnya naksir sama lo,"
"Sinyal cinta? Apaan tuh emang ada ya ?," tanyaku polos.
"Ini nih nasib jadi joris alias jomblo miris, sinyal cinta aja gak tau. Coba aja deh lo pikir, kalo emang Rido gak suka sama lo ngapain juga dia nyamperin lo tadi ,dan bilang dia bisa buat lo suka sama dia,"
"Udah ah. Tahu ah gelap," aku membuka buku dan membacanya, supaya tidak di kasih pidato lagi sama Ratna.
Sinyal cinta ???
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...