"Ciyee yang jadian, PJ nya mana?" Itu celotehan Ratna yang pagi-pagi udah minta pj. Pajak jadian.
"Ih, apaan sih," aku menepis tangan Ratna yang sedari tadi menerorku. "Ciyee, wajahnya sampai bersemu gitu,"
Aku tersenyum gak jelas dan memang benar wajahku memerah. Apalagi disaat itu sosok Rido tiba-tiba muncul dan aku salting.
"Ciyee pangerannya udah dateng tuh, long last ya say," ujar Ratna sembari berlalu meninggalkan aku berdua di depan ruang kelasku dengan Rido.
"Dress, mau gak jadi pacar ku?"ucap Rido dengan senyum menawannya, ia juga berlutut dan memegang setangkai bunga mawar merah.
"Kan kita udah jadian? Kok nembak lagi sih?"
"Biar lebih formal, sayangku. Gimana mau gak?" Ujarnya seraya berdiri dan menyerahkan bunga mawar segar itu padaku. Aku tersenyum, tersipu malu juga, jadian kok pake acara formal segala.
"Kok gue geli ya ,lo pake kata sayangku, Do. Hehe tapi seneng juga sih." Aku dan Rido tertawa bersama. Adek kelas yang menjengkelkan dan suka bikin kesel ini ternyata juga menyenangkan. I love u Rido.
***
Aku pulang diantar sama pacar. Maklum, hubungannya lagi anget-angetnya. Di sepanjang jalan, aku mencium mesra setangkai bunga mawar yang di kasi Rido. Aku bahagia sekali.
Dan sampai rumah aku masih mencium aroma bunga itu. Aku melangkah memasuki rumah sendirian, karena tadi Rido bilang di gak mampir karena ada urusan penting.
Di dalam sudah kudapati Rean yang duduk menjengkelkan di atas sofa.
"Itu bunga dari siapa? Jangan bilang itu Rido atau emang bener lo jadian sama dia," cercos Rean, ia sangat kesal dan merampas bunga itu dan menginjakknya
"Rean, jahat banget sih lo. Keterlaluan," ucapku sambil memngut remahan bunga yang sudah tak berbentuk itu. Rean ini. Gak tau apa bunga ini dari kesayangan gue.
Aku berdiri menantang rean dengan mata elangku. "Ya ini dari Rido, dan emang bener gue sama dia udah pacaran sekarang, kenapa emang? Masalah buag lo?"
Telinga Rean panas, dengab keras ia membentakku. "Lo tau kan kita berdua bentar lagi akan tunangan, kenapa lo malah jadian sama orang lain hah?"
"Siapa yang mau tunangan sama lo, gue gak pernah sama sekali mau tunangan sama orang kasar dan egois kayak lo,"
"Diem," teriaknya."sekarang ayo ikut," Rean menarik tanganku kasar. Ia membawaku dengan mobilnya entah kemana.
***
Ternyata Rean membawaku ke rumah Rido. Pintu rumah besar itu di ketuk keras oleh Rean. Kemarahan Rean sepertinya memuncak.
Dan kebetulan sekali yang membuka pintu adalah Rido. Saat itu juga Rean dengan kasarnya melepaskan sebuah pukulan ke wajah Rido. Rido yang belum siap dengan pukulan itu akhirnya jatuh tersengkur.
"Ridoooo!!!!," teriakku histeris.
Kedua cowok itu saling baku hantam. Aku tak bisa merelai kali ini.
Situasi rumahnya Rido hari itu terbilang sepi, beruntung beberapa menit kemudian bu Cinta dan Bang Arjun dateng. Tapi pertanyaanya kenapa bu cinta bareng sama bang arjun? Ah udahlah...
Kedua cowok ganteng itu akhirnya bisa direlai setelah masing-masing mendapati mukanya berdarah dan agak biru-biru.
Dengan segera aku menghampiri Rido yang lukanya agak lebih berat dari Rean. Sedangkan Rean hanya pergi dengan raut wajah kecewa dan marah. "Sial!!!, liat aja nanti,"umpatnya
Kotak obat itu ku ambil dari kamarnya Rido. Kamar besar dengan warna putih krim mendominasi. Kamar yang ada lukisan diriku. Aku tersenyum melihat lukisan itu, lukisan yang dibuat oleh kesayangan.
"Do, lukisan yang di dalam kamar lo bagus banget. Cantik pula, mirip aslinya," ujarku seraya mengobati luka Rido satu persatu. "Itu tuh lukisan dari si ganteng ini," jawabnya.
"Kepedean banget sih," ucapku dan tak sengaja menekan lukanya Rido "Aduh sakit tau sayang," protes Rido
"Do, plis deh gak usah bilang sayang, ada Bang Arjun sama bu cinta tuh, malu tau,"
"Iya sayangku," aku sekali lagi memukul pelan tangan Rido yang gak bisa di bilangin.
Bang Arjun dan Bu Cinta tersenyum melihat tingkah laku kami. Eh tapi tunggu dulu, kenapa bang arjun bisa kenal sama bu cinta?
"Dressi, masih inget gak waktu kakak cerita ke kamu tentang kakak yang pernah naksir kakak kelas kakak?" Ucap Bang Arjun
Aku mengangguk dan tak sabar mendengar perkataan kakakku selanjutnya.
"Kamu mau tau kakak kelas kakak itu?"
Aku sekali lagi mengangguk,
"Ini dia,"jawab Bang Arjun sambil menoleh ke Bu cinta.
"Bu Cinta? "
Bang Arjun mengangguk. Bu Cinta tersenyum.
"Loh kok bisa ya?" Aku masih kebingungan dan juga belum ngerti kenapa Bang Arjun bisa kenal dan dekat dengan Bu Cinta dan juga kenal dengan Rido.
"Kalo sama Cinta kakak kenal udah dari dulu, udah dari jaman kakak kelas 1 SMA dan waktu itu Cinta kelas 3 SMA, Ya kayak kamu sama Rido. Dan karena kakak udah pernah pacaran sama cinta yaitu kakaknya Rido jadi kakak juga berteman dan kenal baik dengan Rido...,"
"Dan Bang Arjun ini yang kasi tahu aku semua hal tentang kamu, apa yang kamu suka dan apa yang gak kamu suka..," cerocos Rido menyambung ucapan Bang Arjun.
"Iya nggak Bang..,?"sambung Rido dan dibalas dengan anggukan oleh Bang Arjun.
"Terus sekarang kalian udah balikan kan?" Tanyaku pada Bu cinta dan bang Arjun.
Mereka berdua mengangguk. "Iya??! Oh my God, syukurlah akhirnya Bang Lo gak jomblo juga," godaku pada Bang Arjun. "CLBK ceritanya nih, hehe,"
***
Malam harinya aku menerima telpon entah dari siapa, suara dari balik telpon itu memintaku untuk datang kelapangan karena katanya sesuatu telah terjadi pada Rido.
Akhirnya dengan perasaan khawatir aku beranikan diri kelapangab kota malam-malam tanpa di temani siapapun. Bahkan tanpa minta izin terlebih dahulu.
Sampai di lapangan tak kudapati siapapun ,hanya tiba-tiba kepalaku pusing karena kena obat bius dari orang yanh tak ku kenal. Semuanya berputar dan gelap. Aku tak sadarkan diri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...