Dua puluh dua : Nikah?

581 19 0
                                    

Beberapa jam sebelumnya....

Di ruang tengah aku dan bang Arjun sedang asyik menonton tv. Sambil sesekali tertawa dengan lelucon yang di tayangkan tv itu.

"Bang, lo kok bisa jadian lagi sama bu cinta, bukannya bu cinta itu udah punya tunangan ya? Kan lo bilang sendiri waktu itu?"

Bang Arjun kemudian memainkan remot, sesekali mencemil snack yang tadi disiapkan mama.

"Pertunangan cinta sama tunangannya itu dibatalin. Emang ya jodoh itu gak bakalan kemana," jawabnya dan meminum coklat panas yang manisnya menggoyang lidah.

"Ya, bener juga sih. Jodoh mah gak kemana...,"ucapku pelan. Aku tersenyum sendiri. Membayangkan andaikata, perjodohanku dengan Rean dibatalin, dan yang ada hanyalah perjodohanku dengan Rido.
Lagi, aku bingung, yang anaknya Pak Syailendra itu siapa sih? Rean atau Rido? Kok Pak Syailendra itu malah lebih sayang sama Rean dari pada Rido yang anak kandungnya sendiri.

"Dress...," panggil Bang Arjun

Aku menoleh.

"Lo gak usah khawatir, kalo Rido emang jodoh lo, lo pasti bisa bersatu dengan dia. Gak peduli ada Rean atau siapapun yang menghalangi hubungan kalian berdua,"

"Tumben lo bijak kayak gini, haha. Kesambet apaan lo bang. Haha...,"

Bang arjun manyun, yang justru membuatnya kelihatan lucu. Dan sedetik kemudian hp ku bergetar, ada telpon masuk. Dari nomer yang tak dikenal.

Rido dalam bahaya. Lo ke lapangan kota sekarang juga.

Telpon dari siapa ini? Lapangan kota? Malam-malam gini? Apa iya Rido dalam bahaya?

Nomer yang tidak dikenal itu kemudian mengirim pesan, masih dengan isi yang sama, Rido dalam bahaya.

Aku kemudian bergegas keluar rumah dan menuju ke lapangan kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumahku.

"Dress, lo mana kemana?"

Pertanyaan bang arjun tak ku jawab, saking panik dan khawatirnya aku.

Akhirnya dengan perasaan khawatir aku beranikan diri kelapangab kota malam-malam tanpa di temani siapapun. Bahkan tanpa minta izin terlebih dahulu.

Sampai di lapangan tak kudapati siapapun ,hanya tiba-tiba kepalaku pusing karena kena obat bius dari orang yang tak ku kenal. Semuanya berputar dan gelap. Aku tak sadarkan diri.

***
Angin kencang menerobos memaksa masuk lewat jendela tempat aneh ini. Tempat aneh,ya. Sebuah tempat yang sama sekali tak kunal. Asing.

Aku terbangun dari pingsan, dan terbangun di tempat ini. Sebuah pondokan lusuh, mirip tempat penyekapan. Astaga apa?? Tempat penyekapan?? Jadi aku di sekap?

Tubuhku lunglai, sendi-sendi kaki ku masih lemas sekali. Aku tersadar dan menyadari kaki dan tanganku diikat. Siapa sih yang berani ngelakuin ini semua??

Kepalaku masih pusing, masih terasa pening, dan aku terus berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tali ini tetapi kemudian ku dapati seseorang masuk ke ruangan ini.

"Ree..an..," lirihku.

Cowok putih itu perlahan mendekat, mendekati sebuah kursi yang kini aku duduki. Ia Mendekati ku dengan langkah santainya. Jadi seseorang di balik kejadian ini adalah Rean.

"Hai kesayangan, akhirnya kamu sadar juga,"

"Rean..Lo?!"

"Iya, gue,..kenapa? Lo heran kenapa lo gue bawa ke sini?" Tatapannya berfokus pada mataku, yang sekarang juga menatap tajam kearahnya. Ia tertawa kecil.

Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang