Siang itu terasa sejuk sekali. Aku mensejajarkan duduku dengan Rido yang kini tengah bersantai di bawah pohon mangga di bukit. Seperti biasa cowok manis itu sedang memetik gitar, bersenandung dengan suara khasnya.
"Do," panggilku. Mata elangnya menoleh.
"Gue seneng akhirnya lo sama keluarga lo sekarang udah akur. Udah baik-baik aja."
Cowok itu tersenyum simpul. Rasanya senang sekali melihat senyuman manis itu. Aku menatapnya lekat.
"Iya, gue juga gak nyangka, akhirnya semuanya baik-baik aja. Tapi yang masih buat gue sedih adalah kak Julian. Entah dimana dia sekarang?" Rido tampak murung.
"Tenang aja, nanti juga kakak lo itu bakal pulang kok," ujarku menenangkan.
Julian Senja Syailendra, kakaknya Rido. Cowok itu, entah dimana keberadaanya sekarang. Dia menghilang bak di telan bumi.
Tapi ngomong-ngomong soal Julian, aku juga pernah bertemu dengan cowok yang bernama Julian. Cowok yang waktu itu menolongku di hutan. Entah itu Julian kakaknya Rido atau bukan.
***
Tes masuk perguruan tinggi sudah ku jalani beberapa waktu yang lalu. Dan hasilnya juga tidak mengecewakan. Aku lulus di salah satu universitas negeri. Dan hari ini aku mempersiapkan segala sesuatu untuk ospek besok. Atribut, name tag, dan makanan serta minuman yang berbau teka-teki. Tapi semua sudah lengkap, aku jadi lega.Telpon ku berdering. Ada telpon masuk. Langsung ku raih handphone, ternyata Rido.
"Waktu cepet banget ya berlalu. Lo sekarang udah kuliah. Gue pasti bakal kangen banget sama lo Dress,"
"Hellow Rido, lo gak usah lebay deh, gue itu kuliah gak jauh-jauh kok, masih dalam kota sendiri, gak keluar kota juga kok,"
"Tapi kan, gue jadi gak bisa liat lo disekolah seperti biasa Dress, gue jadi kangen tau,"
Inilah Rido, entah bagaimana cowok itu bisa menjadi pacarku. Dia yang kelihatan dingin tapi peduli, kelihatan cuek tapi perhatian. Oke. Seharusnya aku sadar cowok yang kadang nyebelin ini adalah pacarku!!.
"Pas ospek kalo ada yang gangguin lo, lo harus cepet hubungin gue, biar gue hajar tuh orang," ujarnya dibalik telpon dengan semangat sekali. Aku hanya ber iya saja.
"Udah malem nih, lo gak mau tidur?" Tanyanya. Memang sekarang sudah pukul 10 malam. Alangkah baiknya hari ini kalo tidur cepat, biar fresh besok.
"Mau nya sih gitu tapi kan, ada pangeran yang nelpon, jadi kepaksa deh tidurnya diundur,"
Cowok itu cengengesan di sebrang. Suara tawanya yang kocak cukup menghibur untuk malam ini. Tapi Rido benar setidaknya nanti aku juga bakal kangen sama dia. Udah gak bisa lagi liat senyum nyelenehnya di sekolah. Udah gak ada lagi cowok nyebelin yang lewat mondar mandir didepan kelas.
Do, gue kangen!!
***
Pagi sekali saat aku sedang menikmati sarapan, suara handphone ku berdering nyaring. Dan sukses membuat ku tersedak.
"Siapa sih yang telpon?" Sungutku. Tak ada namanya, nomor tak dikenal. Aku mengangkat telpon. Ada suara heboh yang menyahut di balik sana.
"OMG, Dressi, gue kangen tau gak sama lo. Gue minta maaf banget karena udah lama gak hubungin lo."
Itu suara cempreng Ratna. Gadis itu ternyata sudah pindah ke Bandung, katanya dia dan keluarganya memutuskan pindah karena papanya Ratna ada kerjaan disana.
"Tau ah, gue ngambek tau gak sama lo," ujarku kesal.
"Adu du Dressi, jangan gitu dong, walaupun sekarang kita udah gak samaan paling gak kita masih sahabatan kan?" Ujar Ratna.
"Gue denger hari ini lo ospek ya. Oke deh semangat ya ospeknya. Sekalian nanti kalo ada cogannya lo hubungi gue ya. Haha," cengir Ratna.
"Ya elah lo, ada-ada aja deh,"
***
"Sial, gue telat,"
Sekarang disinilah aku. Berdiri di dekat tiang bendera karena telat. Aku tidak sendirian, seridaknya ada 11 orang yang juga mengalami nasib sama sepertiku. Ini semua karena jalanan tadi macet, parah, malah hari ini matahari sedang bersemangatnya menyinari bumi. Benar--benar sial.
Kakak tingkat mulai berkoar-koar, ngomel sana sini. Membentak dan memarahi kami yang terlambat. Tapi apa boleh buat. Hukumanlah yang pantas untuk kami saat ini.
Hukuman yang diberikan kepada kami juga berbeda-beda, ada yang disuruh bersihin aula, nyabutin rumput di taman dan ada juga yang disuruh buat minta ttd kakak senior galak. Aku harap aku tak menerima hukuman yang ketiga.
"Sial," umpatku dalam hati. Karena hukuman yang tidak aku inginkan malah itu yang ku dapatkan.
"Lo kenapa ? Tegang gitu mukanya?" Tanya seseorang disebelahku. Aku belum mengenalnya, seorang cewek berkacamata, dengan rambut bergelombang.
"Kenalin gue Widy," ucapnya memperkenalkan diri. Aku meraih tangan gadis itu sambil menyebutkan namaku.
"Lo dapat hukuman apaan? Kok sampai tegang gitu mukanya?" Tanya Widy lagi. Sebelumnya tadi ia mengatakan bahwa ia dapat hukuman nyabutin rumput taman.
"Gue..gue..,"
"Hmm...jangan bilang kalo lo dapet hukuman, minta ttd kakak tingkat. OMG, Dressila, lo harus waspada. Kakak tingkat yang bakalan lo minta tanda tangannya itu dingin plus galak tau." Keningku berkerut mendengar penuturan Widy, ada perasaan agak takut juga.
"Tapi lo tenang aja, sebeku-bekunya ea batu, pasti dia bakal meleleh juga kan? Lo ngerti kan maksud gue?"
Aku mengangguk. Widy lalu pergi melaksanakan hukuman setelah kakak senior berteriak agar mahasiswa yang dihukum segera mengerjakan hukumannya.
Aku mendengus kesal. Kenapa harus gue yang dapat hukuman ini?
***
"Permisi kak, saya kesini buat minta tanda tangan, apa boleh?" Tanyaku ragu dengan menatap punggung kakak tingkat yang kini membelakangiku. Rupanya kakak tingkat yang harus kuburu ttd nya adalah seorang laki-laki. Dengan tinggi kurang lebih 180 cm.Ia masih tak merespon, ku ulangi ucapanku.
"Kak, apa boleh saya....," belum selesai dengan ucapanku kakak tingkat itu malah menjawab.," nggak boleh,"
"Tapi..." ia menggerakkan jari telunjukknya isyarat agar aku pergi dari tempatnya. Rupanya ia tak ingin di ganggu.
"Kak tapi...,"
"Lo budeg, gue bilang pergi ya pergi," omelnya dengan suara keras. Cowok itu kemudian berbalik dan ternyata dia...
"Lo?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...