Tiga Puluh Tujuh

741 29 8
                                    

Hari ini aku bangun pagi sekali, lantas pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng buat Julian. Suara deringan telpon dari tadi tak ku hiraukan, karena keasyikan memasak. Ah, entahlah itu telpon dari siapa, kalo penting mungkin dia akan menelpon lagi,pikirku.

Setelah memasak aku bersiap menuju kampus, langsung memasukan buku yang diperlukan dan memasukan hp ku tanpa melihat dulu siapa yang menelpon. Huh. Aku terburu-buru sekali.

Sampai di kampus aku langsung menuju ruang yang dimaksud Julian. Aku harus cepat. Ada jadwal kuliah ku juga pagi ini.

"Nih nasi goreng lo, udah gue buatin," ucapku dengan nada sok ketus pada si galak yang kini menatapku tajam. Ia lantas mendekat dan mengambil kotak nasi dari tanganku. Ia seorang diri di ruangan ini. Rupanya ia telah menunggu ku sedari tadi.
" Lo ga ikhlas?" Ucapnya singkat. Wajahnya masih saja datar tanpa ekspresi, cukup menakutkan, tapi ku akui dia ganteng juga. "Ikhlas kok, makanya gue bela-belain bangun pagi, supaya bisa buatin lo nasi goreng,"jelasku.

"Oh." Jawabnya pendek.

Cowok itu kemudian duduk di salah satu kursi, sambil menyuruhku untuk duduk di dekatnya, aku sempat mengelak, namun sekali lagi ia memaksa, dan ingat posisi ku masih sebagai pembokatnya. Entah kapan ini bisa berakhir. Hmm....

Suasana dalam ruangan D4 itu masih sepi. Hanya ada aku dan Julian.
"Kalo lo ikhlas, lo suapin gue, cepet!" Perintahnya. Aku tercengang. Sok cool sok cuek. Tapi nih cowok banyak maunya.

"Gak mau," tolakku cepat. "Emang lo siapanya gue coba, mau disuapin segala. Gak ah males,"

"Ya udah," ucapnya lagi-lagi singkat.

"Ya udah makan aja sendiri. Mau di suapin kayak anak kecil aja," omelku kecil padanya.

"Ya udah kalo gak suapin gue gak mau makan, gak mau minum, biarin gue kelaparan, sakit terus mati."

Aku tersentak kaget mendengar ucapan Julian. Sampai segitunya, ya mungkin itu hanya caranya membujukku supaya mau menyuapinya. Tapi, nanti kalo beneran dia gak mau makan gimana. Dia sakit, terus.. aduh..

Akhirnya dengan terpaksa aku menyuapi Julian, cowok itu menang banyak kali ini. "Awas aja nanti lo," ucapku dalam hati. Sambil melihat senyum meledek Julian, untuk pertama kali cowok itu senyum lama. Hm, dia ganteng.

***
Dress, gue mau ketemu sama lo. -Rido

Sebuah pesan singkat dari Rido. Dan astaga 10 panggilan tak terjawab darinya. Rupanya Rido yang menelponku tadi pagi.

"Kenapa Do?" Ucapku ketika menemui Rido yang kini berada di bukit, duduk di kursi kayu panjang seperti biasanya, dia masih mengenakan baju putih abunya dan aku baru pulang dari kampus.

"Lo selingkuh." Sebuah kalimat yang ia lontarkan dengan santainya, dan itu menyakitiku.

"Selingkuh, maksud lo?"

"Gak usah ngelak Dress, jujur gue kecewa sama lo," ia hendak pergi, namun aku menahan lengannya.

"Apa maksud lo nuduh gue selingkuh. Gue gak pernah selingkuh."

"Gue liat sendiri dengan mata kepala gue kalo lo selingkuh." Aku kaget maksud Rido apa, kemudian ia melanjutkan kalimatnya," Tadi pagi gue telpon lo. Tapi ga lo angkat, gue khawatir gue pikir lo kenapa napa, gue susul ke rumah lo. Kata Mama lo udah berangkat ke kampus. Trus gue susul ke kampus lo dan... gue liat lo mesra sama cowok. Pake acara suap suapan segala. Hebat lo ya. Lo udah selingkuh Dress, dan lo tau cowok itu. Selingkuhan lo itu kakak gue. Julian. Lo tega ya selingkuh sama kakak gue sendiri. Gue kecewa." Rido membentak terdengar kasar sekali. Aku menunduk, percuma aku beri penjelasan apapun Rido tidak akan mampu menerimanya, ia sedang emosi. Ia sedang marah.

Aku hanya bisa menangis.

"Do... itu ga seperti yang lo pikirin..gue...," aku masih terisak, suaraku parau, tersendat sendat.

"Cukup Dress, gue gak butuh penjelasan apapun. Gue kecewa." Cowok itu kemudian pergi. Dengan amarahnya, dengan kesalahpahaman yang mungkin berat sekali untuknya. Aku mengejar dan berteriak memanggil nama itu. Namun ia tak mengubris. Ia tetap melangkah tanpa berniat sedikit pun untuk menoleh. Dia benar-benar kecewa.

Dalam hati aku selalu berharap tidak ada hal buruk yang terjadi pada adek kelas itu. Karena biasanya kalo marah dan emosi ia bisa saja bertindak nekat. Rido gue khwatir. Maafin gue. Ini gak sepertinl yang lo bayangin.

Dan ternyata ada satu fakta lagi yang terungkap yaitu Julian Senja Syailendra adalah kakak kandung dari Rido Rain Syailendra. Seorang saudara yang selalu dicari oleh Rido yang selalu di rindukan Rido. Namun setelah bertemu mengapa harus ada kesalahpahaman ini, yang mungkin bisa merusak.persaudaraan mereka. Apa.mungkin ini salahku?

Adek KelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang