Gue sukanya sama Rido bukan sama Rean
Jeritanku yang tak terdengar dan sangat melelahkan. Melihat semua dekorasi pertunangan yang telah siap sempurna. Tinggal tunggu besok. Hari yang paling tidak kuharapkan.
Aku memegang hp ku penuh harap Rido akan menelpon. Menghubungiku untuk menyusun rencana guna menggagalkan acara pertunangan besok. Aku menunggu dengan cemas, namun tak ada panggilan juga.
Aku memutuskan untuk menghubungi Rido duluan, siapa tahu dia tidak menghubungiku karena tertekan dengan pertunanganku dengan Rean.
Nomornya tidak dapat dihubungi, setidaknya itu yang terdengar.
Rido lo dimana??
"Dressila," Mama memanggil dan aku kemudiam menghampiri Mama yang berada di ruang tamu bersama Papa Om Syailendra, Tante Maria dan Rean.
Mama menyuruhku untuk ikut berkumpul guna membicarakan acara besok pagi. Aku menurut dan duduk walau hatiku resah, sangat.
Aku melihat wajah Rean tak bersemangat seperti biasanya. Biasanya cowok itu sangat sumringah sekali kalo membicarakan tentang perunangan kami. Tapi kali ini agak beda. Selesai kumpul keluarga sebelun pamit, cowok itu mengajakku untuk mengobrol dengannya sebentar.
"Dress, gue cuma mau lo bahagia, walau bukan sama gue,"
Wajahku yang semula kupalingkan, kini menatap cowok itu dengan lekat, seakan mempertanyakan apa maksud perkataan dari cowok itu.
"Maksud lo?"
***
"Waah anak mama cantik sekali," puji Mama saat melihat diriku sudah siap dengan balutan gaun warna biru muda. Aku tersenyum walau hatiku sakit. Beberapa jam lagi, acara yang tak pernah ku inginkan akan terjadi.
"Rean pasti terpesona melihat kamu yang cantik banget hari ini," aku hanya tersenyum merespon ucapan Mama. Aku benar-benar tak ingin bicara apapun hari. Bahkan sedih pun percuma.
Satu per satu tamu mendatangi tempat gedung pertunangan. Makin lama makin banyak. Aku makin resah. Sejak tadi ku hubungi nomornya Rido tak juga ada balasan. Masih tidak dapat dihubungi.
Mama kemudian mengambil handphone yang sejak tadi ku pegang, karena beliau bilang ini acara penting, jadi aku tidak boleh sibuk dengan urusanku sendiri.
Satu jam berlalu. Sebenarnya acara sudah harus dimulai semenjak tiga puluh menit yang lalu, namun acara tak kunjung di laksanakan karena Rean si mempelai pria belum juga datang. Jujur aku tak memperhatikan dengan ketidakhadiran Rean, namun aku justru memikirkan Rido yang entah berada dimana sekarang.
Tapi bukankah bagus jika Rean tidak datang? Bukankah acara pertunangan ini akan batal?
Ada sedikit rasa senang yang masuk dalam hatiku.
Raut kecemasan jelas sekali terlihat dari wajah Tante Maria dan Om Syailendra selaku orangtuanya Rean. Om dan Tante bilang Rean akan menyusul setelah Rean bersiap pagi sekali. Tapi sampai sekarang cowok itu belum muncul juga.
Aku berinisiatif untuk menghubungi Rean, siapa tahu cowok itu akan merespon kalau aku yang menghubunginya. Sejak tadi telpon dari Mamanya tidak diangkatnya sama sekali.
Aku meraih handphone yang di sodorkan Mama kepadaku. Dan mulai menekan tombol tombol yang berjejer disitu.
"Hallo, Rean lo dimana?" Tanyaku langsung sesaat setelah orang yang disebrang mengangkat telpon.
"Hallo Dress, Rean..Rean lagi ada di Rumah sakit sekarang," jawabnya, tapi suara itu bukan suara Rean tapi suara...
suaranya Rido. Aku heran kenapa justru Rido yang mengangkat telponnya Rean. Dan kenapa Rean ada di rumah sakit?"Rido, ini Rido kan? Kenapa lo yang ada angkat telponnya Rean?Do kenapa lo sama Rean ada di rumah sakit?"
Rido tak langsung menjawab. Ia bergeming di tempat. Aku sempat berfikir yang bukan-bukan. Apa karena pertunangan ini terjadi pertarungan antara Rean dan Rido yang menyebabkan salah satu diantara mereka tumbang?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas
Teen FictionRido si kelas sepuluh, selalu merasa risih bila dipanggil sebagai Adik oleh Dressila kakak kelasnya. Dressila sendiri sekarang sudah kelas dua belas. Entah apa yang membuat Rido enggan dipanggil sebagai adik. Setiap pertemuan mereka berdua selalu be...