07

328 237 75
                                    

Saat berjalan kearah kantin Nara baru teringat jika ia belum mengerjakan tugas kelompoknya. Maka dari itu Nara memutuskan untuk memutar balik arah menuju perpustakaan, ia akan mencari bahan tugasnya disana.

Sedangkan ketiga sahabatnya itu malah lebih memilih untuk pergi ke kantin dari pada menemaninya ke perpustakaan.

"Dasar para sahabat ngak setia kawan." gerutunya.
"Masak lebih milih ke kantin dari pada nemenin gue ke perpustakaan sih. Awas aja tuh mereka bertiga."

Sialnya lagi Nara harus satu kelompok dengan Nata.
Nara sangat yakin seratus persen jika Nata tak akan membantu dirinya untuk mengerjakan tugas mereka.

Ya walaupun otak Nata yang bisa dibilang cerdas tapi Nara tau jika cowok itu tak akan mau membantu dirinya, lebih baik Nara mengerjakan tugas mereka sendiri sajalah. Dari pada harus menunggu Nata yang mengerjakan tugasnya dan malah nantinya tugas mereka ngak kelar kelar. Yang ada nanti mereka malah kena hukum lagi sama Bu Mayang. Jadi Nara saja lah yang akan mengerjakannya, tanpa harus minta bantuan dari Nata.

Lagi pula jika Nata memang benar mau membantu dirinya untuk mengerjakan tugas. Malah gadis itu yang tidak akan mau jika harus berdekatan dengan lelaki itu. Secara mereka berdua seperti kucing dan tikus jika sudah berdekatan, tapi entah kenapa takdir seolah selalu saja mempertemukan keduanya.

"Kenapa juga Bu Mayang kasih tugas segala sih. Ngak tau apa gue lagi sibuk kayak gini." Masih saja mengerutu sambil mengelintir kedua tangannya.

"Ini lagi kenapa juga gue harus satu kelompok sama Nata. Kayak ngak ada orang lain aja." Gerutunya lagi.

Sepanjang perjalanan menuju perpustakaan hanya gadis itu isi dengan menggerutu saja, yang akhir akhirnya malah menjelek jelekan Nata.

Sampai di  perpustakaan pun Nara masih saja menggerutu tidak jelas. Gadis itu sudah berdiri tepat di depan rak rak buku yang cukup terlihat tinggi. Mata Nara mulai menjelajahi setiap buku yang ada.

Butuh beberapa menit untuk Nara menemukan buku yang tepat untuk mengerjakan tugasnya. Buku paket tebal bersampul biru itulah yang menjadi target Nara saat ini.

Tapi gadis itu harus kembali berdecak kesal ketika buku yang menjadi incarannya ternyata berada di rak paling atas, sedangkan Nara sendiri tidak bisa mengambil buku tersebut karna tubuhnya yang sedikit mungil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi gadis itu harus kembali berdecak kesal ketika buku yang menjadi incarannya ternyata berada di rak paling atas, sedangkan Nara sendiri tidak bisa mengambil buku tersebut karna tubuhnya yang sedikit mungil.

Jadilah gadis itu harus melompat lompat kecil untuk meraih buku tersebut. Dan sialnya lagi buku-buku yang berada di rak tersebut malah berjatuhan menimpa kepala Nara.

"Auuu.." ringisnya sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit akibat dijatuhi buku buku tersebut.

Para siswa yang melihat kejadian itu juga ikut meringis. Mereka cukup merasa kasihan melihat Nara yang dijatuhi banyak buku, termasuk juga dengan orang yang tidak jauh dari tempat Nara berada. Orang tersebut juga menatap kasihan kearah Nara yang sedang berjongkok itu. Untuk memungguti buku buku yang sudah gadis itu jatuhkan.

Apalagi sebentar lagi pastilah gadis itu akan mendapat omelan dari penjaga perpustakaan.

Secara gadis itu sudah menjatuhkan hampir semua buku yang ada di rak tersebut. Buku-buku yang menimpa kepala Nara tadi kini sudah berserakan dilantai.

"Ini semua gara gara Nata. Coba aja kalau gue ngak satu kelompok sama tuh cowok nyebelin. Ngak akan mungkin kan gue ngerjain tugas ini sendirian kayak gini." Gerutunya sambil memungguti buku.

Karna terlalu asyik mengerutu sampai sampai gadis itu tidak menyadari jika seorang penjaga perpustakaan sudah berdiri di dekatnya.

"Ya ampun ini kenapa bukunya bisa berantakan semua kayak gini." Omel Bu Wiwid melihat buku buku yang sudah berserakan dilantai.

"Kamu!!" Tunjuknya kearah Nara yang sudah berjongkok untuk memungguti buku buku yang sudah berserakan dilantai."Pasti ini ulah kamu kan, ayo ngaku!" Tuduh Bu Wiwid langsung.

"Iya Buk maaf tadi saya ngak sengaja jatuhin semua buku buku ini." Aku Nara.

"Tapi saya janji bakal rapiin bukunya lagi kok Buk." Ucapnya serius.

Melihat binar mata Nara yang menunjukan jika perkataan gadis itu serius saat ini, membuat Bu Wiwid sedikit melembut.

"Ya udah kali ini Ibu maafin tapi lain kali kamu harus lebih hati hati lagi. Udah cepet beresin sana bukunya ntar keburu bel masuk lagi."

"Iya buk, sekali lagi saya minta maaf." Sambil kembali memungguti buku buku yang ada di lantai.

"Iya."

Sepeningalan Bu Wiwid, Nara mulai menyusun kembali buku buku yang tadi sempat ia jatuhkan. Cukup banyak juga buku yang Nara jatuhkan tadi sehingga membuat gadis itu merasa kelelahan.

Saat rasa lelah mendomisi tubuh Nara akibat terlalu banyak buku yang harus ia susun kembali. Entah dari mana tiba-tiba sebotol air mineral sudah ada di depan wajah Nara.

Sontak saja Nara langsung menoleh kearah orang yang menjulurkan botol minuman tersebut. Untuk beberapa detik Nara terpesona melihat wajah orang tersebut. Wajahnya yang tampan, bentuk tubuhnya yang ideal dan kulitnya yang putih membuat Nara tak ingin berkedip sedikitpun.
Apalagi mata berwarna coklat gelap itu semakin membuat Nara terpesona.

"Ayo di minum dulu. Gue tau kok elo pasti haus kan." Kembali menyodorkan botol tersebut kehadapan Nara.

"Eh apa?" Tanya Nara linglung. Gadis itu seakan baru tersadar dari lamunannya. Nara yakin jika wajahnya saat ini pasti terlihat bodoh di hadapan lelaki itu. Iss memalukan.

Bagaimana bisa ia terlihat bodoh dihadapan lelaki itu. Bisa bisa yang ada cowok itu nanti malah ilfeel lagi sama dia, kan sayang kapan lagi Nara bisa bertemu cowok ganteng seperti lelaki yang ada di hadapannya saat ini.

"Minum dulu." Ulang cowok itu.

"Oh iya. Makasih buat minumannya." Ucap Nara malu malu sambil mengambil botol tersebut dari tangan cowok itu.

"Iya sama sama." Lelaki itu tersenyum manis kearahnya yang membuat Nara seakan ingin menghentikan waktu saat ini juga. Sumpah demi apapun Nara ingin sekali menatap wajah tampan itu tersenyum lebih lama lagi.

"Sebaiknya elo duduk dulu deh disana," tunjuknya kearah kursi kosong didekat mereka."Biar sisa bukunya gua aja yang rapiin." Lanjutnya.

Ditempat duduknya Nara tersenyum kecil melihat kearah lelaki yang sedang merapikan buku buku didepannya. Masih asyik memperhatikan lelaki itu tanpa Nara sadari jika lelaki itu juga sudah melihat kearahnya. Yang membuat tatapan keduanya saling bertemu selama beberapa detik.

Senyum manis juga sudah menghiasi wajah lelaki itu, setelahnya lelaki itu memutus tatapan mata keduanya dan kembali sibuk merapikan buku buku yang tersisa.

"Iss bego..bego..bego." sambil memukul kepalanya sendiri."Kok bisa sih gue ketahuan lagi liatin dia, ntar yang ada tuh cowok mikir gue cewek apaan lagi."

Meraba dada sebelah kirinya. Nara bisa merasakan jelas jika jantungnya saat ini berdetak lebih cepat dari sebelumnya.

"Apa ini yang disebut jatuh cinta ya." gumamnya pelan.










Like & coment



Ayo-ayo Nara mulai jatuh cinta nih ye.wkwkwk

Secret Love You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang