31

45 16 5
                                    

Tak terasa dua bulan lagi mereka akan menghadapi ujian kelulusan. Dan setelah itu, mereka akan meninggalkan sekolah ini. Menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi.

Seharusnya Nara merasa senang. Sebentar lagi ia akan melepaskan seragam putih abu-abunya. Tapi gadis itu malah terlihat sedih.

Hubungannya dengan Nata pun masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Tidak saling tegur sapa. Baik di sekolah maupun saat mereka tanpa sengaja bertemu di luar sekolah.

Soal masalah Bara yang menyatakan perasaannya sebulan yang lalu. Gadis itu sudah memberikan jawaban. Nara memutuskan untuk menolak cinta Bara. Lucu bukan. Padahal dulu Nara mengatakan jika gadis itu menyukai Bara. Tapi saat Bara menyatakan perasaannya. Gadis itu malah menolak cinta Bara.

Walau ia sudah menolak cinta Bara. Tapi cowok itu masih saja baik dengan dirinya. Hubungan keduanya juga kini hanya sebatas teman. Tanpa ada yang mau mengungkit-ungkit masalah perasaan lagi.

Nara tau jika ia jahat karna sudah menolak cinta Bara. Padahal Bara sendiri sudah terlalu baik dengan dirinya. Tapi mau bagaimana lagi. Nara sadar jika perasaannya selama ini terhadap Bara hanyalah bentuk kagum semata. Bukan perasaan cinta seperti yang Nara pikirkan selama ini.

Karna sejujurnya Nara mencintai Nata. Ya. Nara sadar. Jika cintanya hanya untuk Nata. Apalagi saat kejadian dimana ia melihat Nata memeluk tubuh Ana. Gadis itu merasa cemburu dan tidak merasa rela jika Nata bersama dengan Ana.

Tapi Nara juga tidak tau harus berbuat apa. Sedangkan hubungan ia dan Nata saja masih seperti ini. Saling mendiamkan. Terpikir untuk mendekati Nata terlebih dulu. Tapi Nara merasa malu. Takut jika cowok itu ternyata tidak memiliki perasaan yang sama dengan dirinya.

Seperti saat mereka berada di kantin siang ini. Nara rasanya ingin mendekat kearah meja Nata. Ia ingin menyelesaikan masalah yang terjadi diantara mereka. Tapi Nara harus mengurungkan niatnya itu. Disana, tepatnya disamping Nata sudah ada Ana.

Mereka terlihat saling terlibat percakapan. Senyum hangat terlihat di wajah Nata. Ana seolah bisa membuat Nata tersenyum. Jika di lihat-lihat keduanya tampak sangat serasi. Yang satunya ganteng dan yang satunya lagi cantik, perpaduan yang sangat cocok, bukan.

Jika di bandingkan dengan dirinya yang terlihat biasa ini. Pastilah Nata akan lebih memilih Ana dari pada dirinya. Apalagi mereka terlihat sangat akrab banget. Beda dengan hubungan mereka yang malah sering tidak akur.

Nara penasaran sudah sejauh mana hubungan keduanya. Apa hanya sebatas adik kelas saja atau keduanya sudah berpacaran. Jika memang mereka sudah berpacaran. Nara harus siap menyiapkan hatinya. Jika sewaktu-waktu harus patah hati.

Di tempatnya. Nata juga merasakan hal yang sama. Cowok itu juga ingin sekali mendekati Nara. Tapi saat melihat Bara ada di sebelah Nara. Ia jadi mikir kembali, apa keduanya sudah jadian. Apalagi saat itu Bara menyatakan cintanya kepada Nara.

Tanpa keduanya sadari jika mereka sebenarnya mempunyai keiginan yang sama. Keinginan untuk medekati satu sama lain. Hanya saja ego dan pikiran mereka sendiri yang mehalangi itu semua.

"Kak Nata lagi mikirin kak Nara ya?" Seakan gadis itu tau apa yang ada dipikiran Nata saat ini.

"Ngak kok. Kata siapa gue mikirin Nara." Nata mencoba mengelak atas tuduhan Ana barusan. Ia hanya ingin menjaga perasaan Ana. Ia tidak tau apa gadis itu masih menyukai dirinya atau tidak. Takut jika ia berkata jujur, Ana akan kembali terluka.

"Udah. Ngak usah bohong kali kak, sama aku. Aku tau kok. Kalau saat ini kak Nata lagi mikirin kak Nara, kan?" Nata boleh saja mengelak. Tapi Ana tau, jika cowok itu sedang berbohong. Mungkin Nata hanya ingin menjaga perasaannya. Hingga Nata harus berbohong seperti itu.

"Lagian aku udah bisa nerima, kak. Kalau kak Nata itu cintanya sama kak Nara. Bukan sama aku. Jadi, kak Nata ngak perlu merasa ngak enak hati begitu. Dan seiring berjalannya waktu, aku pasti bisa kok, buat lupain kak Nata." Ana mencoba untuk meyakinkan Nata. Biar cowok itu tak perlu merasa tidak enak hati lagi terhadap dirinya.

"Jadi aku harap kak Nata jangan pernah putus semangat, buat ngejar cinta kak Nara. Karna apa? Karna aku yakin. Sebenarnya kalian berdua itu saling mencintai." Lanjutnya.

Melirik kearah tempat duduk Nara dan teman-temannya. Ana kembali memberi Nata semangat. "Kak Nata harus janji sama aku. Kalau kak Nata ngak bakal kalah dari kak Bara."

"Makasih Na. Lo emang cewek yang baik." Nata ikut melirik kearah Nara.

Ah, andai saja ia tak mencintai Nara. Sudah pasti Nata menerima cinta Ana. Gadis itu terlihat tulus mencintai dirinya. Bahkan gadis itu rela mengorbankan hatinya demi melihat dia bahagia. Tapi mau bagaimana lagi, hatinya hanya mencintai Nara seorang.

"Ngak nyangka gue, lo bisa merelakan Nata bersama orang lain. Padahal jelas-jelas, lo cinta banget sama Nata." Gery jadi salut sendiri dengan Ana. Gadis itu dengan besar hati. Mau merelakan cintanya. Demi melihat orang yang dicintainya bahagia.

Gery dan Juna juga sudah mengetahui, pasal Ana yang menyatakan perasaannya terhadap sahabat mereka. Nata sendiri yang memberitahu keduanya. Cowok itu merasa harus memberitahu keduanya. Ia tak ingin menyimpan rahasia lagi dari kedua sahabatnya. Termasuk juga soal perasaan cintanya terhadap Nara.

"Kak Gery pikir aku kayak gimana? Aku akuin, kalau aku cinta banget sama kak Nata. Tapi aku ngak sejahat itu buat maksa kak Nata biar bisa cinta sama aku. Lagian aku pengen liat kak Nata bahagia. Cuma itu doank kok."

"Ya maaf aja nih. Gue kira lo bakal jadi cewek yang egois gitu."

Ana tak terima jika dirinya dinilai seperti itu oleh Gery. "Enak aja. Aku ngak seegois itu ya, jadi cewek."

"Tapi gue ikut salut sama lo Na. Lo cewek yang baik." Juna ikut salut dengan gadis itu. Tak di pungkiri jika ia senang melihat Ana tidak menjadi orang yang egois.

"Iya donk. Aku kan emang baik. Kak Nata aja tuh, yang udah buta. Masak cewek secantik dan sebaik aku malah di sia-sia kan." Rambutnya yang panjang sudah Ana kibaskan ke arah Nata.

Nata dan keduanya tau jika ucapan Ana barusan hanyalah candaan gadis itu semata. Buktinya mereka malah kompak tertawa.

Nara harus kembali menahan rasa cemburunya. Saat melihat Nata dengan lepasnya tertawa akibat ucapan Ana. Entah apa yang gadis itu ucapkan, hingga bisa membuat Nata tertawa lepas seperti itu.

Di tempat duduknya Nara melirih. "Hati gue sakit Nat."













Jangan lupa
Vote dan komen




















Secret Love You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang