Nata lebih memilih ke taman belakang sekolah. Cowok itu sudah mewanti Gery dan Juna agar tak mengikuti dirinya. Ia hanya ingin sendiri. Tak ingin di ganggu oleh siapa pun. Termasuk kedua sahabatnya.
Disana Nata kembali menumpahkan rasa sesak yang ada dihati. Membayangkan Nara yang menangis karnanya. Membuat Nata memukul pohon yang ada di hadapannya. Cowok itu mengupat kasar.
Seolah tak merasakan sakit di tangannya. Nata kembali memukul pohon tersebut. Luka yang dihasilkan akibat ulahnya itu, tak Nata hiraukan. Cowok itu seakan mati rasa.
AARRGGG SIAL...
Sekali lagi Nata memukul pohon itu. Haruskah ia mulai melupakan Nara. Tapi apa Nata bisa melupakan gadis itu? Sementara hatinya saja sudah terisi penuh oleh Nara.
Tanpa di sadari oleh Nata. Ada seseorang yang sedang mengamati kelakuan Nata barusan. Gadis itu sedang bersembunyi di balik pohon lainnya.
Ana sedikit meringis melihat kondisi Nata saat ini. Gadis itu tak menyangka jika Nata akan sekacau ini. Niat awal Ana hanya ingin mengobati luka yang ada di wajah Nata.
Kotak P3K pun juga sudah gadis itu bawa bersamanya. Tapi siapa sangka, jika ia akan melihat sosok Nata yang hancur seperti ini.
Saat kejadian dilapangan tadi. Ana ada disana. Gadis itu melihat semua yang terjadi. Dari awal sampai akhir.
Ana juga ikut terluka. Sebesar itukah cinta Nata kepada Nara? Apa bisa ia merebut hati cowok itu. sedangkan Nata sendiri terlihat sangat mencintai Nara.Mencoba menegarkan hati. Ana mulai mendekati Nata. Cowok itu seakan belum sadar jika sudah ada Ana di belakang tubuhnya.
"Stop kak..." Ana mencoba untuk menghentikan Nata. Saat melihat cowok itu kembali ingin memukul pohon yang ada di depannya.
Ana mengambil pelan tangan Nata yang tadi cowok itu gunakan untuk memukul pohon. Gadis itu kembali di buat meringis, saat melihat luka memar dan terdapat bercak darah di tangan Nata. Haruskah cowok itu melukai dirinya sendiri.
"Ngak seharusnya kakak nyakitin diri kakak kayak gini." Nata sedikit tersentak saat Ana meniup pelan luka di tangannya.
Cowok itu meringis pelan saat merasakan perih di punggung tangannya. Ia baru menyadari jika tangannya sudah terluka dan terasa perih. Padahal saat ia memukul pohon tadi. Nata tak merasakannya. Seolah tangannya tadi mati rasa.
"Lo ngapain disini!" Nada suara Nata terdengar sedikit ketus. Cowok itu terlihat tidak suka jika Ana berada disini. Tangannya juga sudah ia tarik.
"Aku kesini mau obatin luka di wajah kakak. Ini," Ana menyentuh pelan memar di wajah Nata. Lagi dan lagi Ana meringis saat menyentuh wajah Nata yang penuh luka memar.
Tidak seperti tadi. Menghindar. Kali ini, Nata membiarkan Ana menyentuh wajahnya. Dapat Nata lihat sorot mata Ana yang terlihat khawatir, menatap wajahnya yang mungkin sudah terlihat babak belur.
"Luka memarnya banyak banget. Aku obatin dulu ya, kak." Ana meminta persetujuan dari Nata. Ia takut jika Nata marah. Karna sudah lancang memegang wajah cowok itu.
Nata hanya mengangguk saja. Cowok itu mengizinkan Ana mengobati wajahnya. Lagi pula, wajahnya terasa sakit akibat pukulan dari Bara.
Ana senang, setidaknya Nata tidak menolak untuk ia obatin. "Kalau sakit bilang ya, kak." Dengan pelan Ana membersihkan wajah Nata.
Ana mengamati seluruh luka yang terdapat diwajah Nata. Beberapa bagian dari wajah cowok itu terlihat memar dan sedikit mengeluarkan darah.
Rasanya Ana ingin sekali menyuruh Nata untuk melupakan Nara. Agar cowok itu tidak tersakiti lagi seperti ini. Tapi apa hak Ana. Ia hanyalah adik kelas bagi Nata dan bukan pacar cowok itu. Jadi mana mungkin Ana bisa melarang Nata untuk mendekati Nara.
"Coba deh kakak cerita sama aku. Siapa tau aja dengan kakak cerita. Bisa membuat hati kakak lega." Sedikit membujuk Nata agar mau membagi lukanya.
Entah kenapa saat melihat sorot mata Ana. Nata bisa merasa sedikit tenang. Sorot mata Ana seolah menyiratkan jika cewek itu sangat perduli terhadap dirinya.
Jadi tanpa sadar Nata mulai menceritakan semuanya. Tentang perasaannya terhadap Nara. Yang sudah cowok itu pendam selama tiga tahun belakangan ini. Sampai cara ia mendekati gadis itu pun, Nata ceritakan.
Sedangkan Ana hanya menyimak saja tanpa mau berkomentar. Ana hanya ingin Nata mengeluarkan semua unek-unek yang ada di hati cowok itu. Biar setelahnya Nata bisa merasa lega.
Ajaib. Setelah meceritakan semua kepada Ana. Nata merasa, hatinya sedikit lega. Ia juga tak menyangka, jika ia bisa seluasa itu menceritakan kisah cintanya kepada orang lain. Apalagi kepada Ana. Yang notabennya hanyalah adik kelas dan baru beberapa kali ia temui.
Sedangkan kepada Juna dan Gery saja, Nata tak menceritakannya. Bukan karna Nata tak mempercayai keduanya. Tapi Nata hanya merasa jika ia masih bisa mengatasinya.
"Jadi udah selama tiga tahun ini. Kakak mendam perasaan kakak ke kak Nara, gitu?" Ana tak menyangka jika Nata sudah selama itu memendam perasaan terhadap Nara.
"Iya." Nata hanya bisa mengangguk lemah.
"Kalau kakak udah cinta sama kak Nara selama itu. Kenapa selama ini kak Nata ngak coba untuk nyatain cinta kakak, ke kak Nara?" Ana tak mengerti jalan pikiran Nata. Jika cowok itu sudah lama mencintai Nara. Kenapa tak di ungkapkan saja. Kenapa juga Nata hanya memendamnya saja. Tanpa mau mengungkapkan.
"Dulu gue sempat mau ngungkapin perasaan gue terhadap Nara. Tapi saat gue mau ngungkapin. Gue malah ngeliat Nara sedang di tembak oleh Candra. Dan lo harus tau Na, saat itu gue merasa marah, kecewa dan juga patah hati."
Nata jadi teringat kembali kejadian saat mereka kelas sepuluh dulu. Saat dimana untuk pertama kalinya Nata merasa patah hati. Dan itu semua hanya karna Nara.
"Gue tau kalau itu bukan salah Nara. Tapi saat itu, gue masih merasa patah hati. Hingga gue memutuskan buat menjahui Nara. Dan siapa sangka. Hubungan gue sama Nara malah semakin jauh. Dan lo tau Na, kita jadi keliatan kayak orang musuhan." Ceritanya panjang lebar.
"Apa aku boleh nanya sesuatu sama kak Nata."
"Boleh. Emang lo mau tanya apa?" Nata sedikit penasaran apa yang ingin Ana tanyakan kepada dirinya.
"Apa setelah kejadian ini. Kakak bakalan tetap ngejar kak Nara. Ya, maksud Ana. Apa kakak bakal tetap mempertahanin cinta kakak ke kak Nara, gitu?"
Walau Nata tak tau apa maksud Ana menanyakan itu semua. Tapi ia mencoba untuk memaklumin pertanyaan dari Ana tersebut.
"Gue juga ngak tau Na. Disatu sisi gue pengen banget ngelupain Nara. Tapi dilain sisi, gue udah cinta dan sayang banget sama Nara. Jadi. gue ngak tau, Na. Apa gue bisa buat lupain Nara." Terlihat sekali jika Nata saat ini sedang frustasi dan Ana paham akan hal itu.
"Kalau aku bilang kakak harus lupain kak Nara. Apa kak Nata mau? Ya, bukannya aku mau ikut campur sama masalah kak Nata. Tapi aku hanya ngak ingin liat kak Nata terluka lagi."
Gadis itu mulai membereskan kotak P3K. Ia telah selesai mengobati luka di wajah Nata.
"Tapi Na. Apa mungkin bisa gue buat lupain Nara?"
"Aku yakin. Kak Nata pasti bisa lakuin itu. Dan aku harap, kak Nata mau membuka hati kak Nata untuk cewek lain."
"Maksud lo Na?" Nata jadi tak mengerti apa maksud dari perkataan Ana barusan. Mana bisa ia mencoba membuka hatinya untuk cewek lain, sedangkan nama Nara saja masih tepatri di hatinya.
"Aku suka sama kak Nata." Ucapnya cepat. Gadis itu terlihat malu karna sudah mengungkapkan perasaanya.
"Lo." Nata cukup terkejut atas pernyataan Ana barusan. Jadi benar apa yang di bilang Gery tempo hari. Jika Ana memang memiliki perasaan terhadap dirinya.
"Iya, aku udah lama suka sama kak Nata. Jadi, kak Nata mau ya. Buat buka hati kakak buat aku."
Jika tadi Nata hanya dipusingkan dengan persaaanya terhadap Nara. Tapi sekarang, ia harus dipusingkan lagi dengan perasaan Ana yang menyukai dirinya. Entah jawaban apa yang harus Nata berikan atas pernyataan cinta Ana barusan.
Jangan lupa
Vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Love You (END)
Teen FictionIni kisah Natalio Sasta Winata. Cowok paling populer di SMA PELITA. Yang diam-diam mencintai seorang Anara Amesti. Berbagai cara Nata lakukan demi bisa menarik perhatian gadis itu. Dimulai dari menjahili, hingga membuat Nara kesal. Semua itu Nata la...