20

128 68 13
                                    

Sudah beberapa hari ini sikap Nata mulai berubah. Cowok itu tidak lagi mencoba untuk mengusili Nara atau pun melirik gadis itu. Semua terasa berbeda sejak saat terakhir kali mereka bertemu di bioskop.

Saat keduanya berpapasan di koridor maupun di kelas, Nata juga tak mau  menghiraukan kehadiran gadis itu. Jikalau pun tatapan keduanya bertemu, maka Nata lah yang akan terlebih dahulu membuang muka.

Awalnya Nara tidak menghiraukan akan kelakuan Nata tersebut, bahkan ia cendrung tak peduli. Bagus jika Nata tak menganggu dirinya lagi, itu artinya ia bisa terbebas dari segala keusilan cowok itu.

Nara masih ingat jelas dengan semua yang telah mereka lewati tiga tahun terakhir ini. Keusilan Nata yang selalu sukses membuat ia naik darah, percecokan mereka yang terkadang terjadi karna hal-hal sepele yang seharusnya tak perlu di perdebatkan. Tapi jika itu sudah menyangkut Nata, semua hal yang sepele akan menjadi besar.

Bahkan Nara juga ingat saat mereka masih kelas sepuluh dulu, saat kelas mereka mengambil nilai praktik renang.

Nara yang memang sejak kecil tidak bisa berenang itu merasa takut dan sekaligus malu untuk memberitahukan kepada guru olahraganya kalau ia tidak bisa berenang.

Nara juga tak ingin sampai Nata tau akan kelemahannya yang satu itu, bisa-bisa ia jadi bahan olok-olokan Nata lagi, pikirnya. Maka dari itu Nara bertekad untuk menyimpan rahasiannya itu dari semua orang,  kecuali Astrid yang memang sudah tau rahasianya itu.

Satu persatu murid sudah mulai selesai mengambil nilai praktik renang, termasuk juga dengan Nata. Karna anak murid lelaki lah yang terlebih dahulu di panggil. Setelah para murid lelaki selesai baru lah para murid wanita yang mengambil nilai praktik.

Hingga tiba lah nama Nara di panggil untuk mengambil nilai. Dengan wajah yang sudah pucat pasi Nara mulai melangkah mendekati area kolam.

Bulir keringat dingin sudah mengalir dari dahi putih Nara, tubuh mungilnya juga sudah bergetar hebat sejak tadi. Untuk mengurangi rasa takutnya, gadis itu mengepalkan kedua tangannya.

Jelas sekali jika Nara saat ini merasa takut akan traumanya yang akan kembali kambuh, jika harus berdekatan dengan air yang dalam. Reaksi tubuhnya juga tidak akan bisa di ajak kompromi oleh gadis itu jika sudah berdekatan dengan air yang dalam.

Tapi Nara juga tidak bisa mundur lagi atau Nata akan tau jika ia takut dengan air yang dalam. Nara tidak akan membiarkan jika Nata mengolok-olok dirinya lagi.

Apalagi saat ini Nata yang sedang duduk di bangku di dekat kolam sedang memperhatikan dirinya. Ya, Nara tak boleh membiarkan itu semua terjadi jika ingin mempertahakan harga dirinya di depan Nata.

Mata tajam itu sendari tadi mengawasi terus menerus gerak-gerik Nara. Mulai dari gadis itu yang beranjak dari tempat duduknya dan mulai mendekati area kolam, hingga sampai saat ini ketika mata tajam itu bisa melihat dengan jelas jika tubuh mungil di depan kolam itu sedang bergetar hebat.

Astrid yang memang sudah bersahabat dengan Nara sendari kecil juga tau akan ketakutan yang saat ini di alami oleh sahabatnya itu. Ia juga tau dalang dari semua rasa takut itu.

Sebenarnya sudah sejak pertama mereka menginjakan kaki di ruangan kolam renang, Astrid selalu mengingatkan Nara supaya tidak keras kepala dengan tetap ingin melakukan praktik renang.

Karna Astrid tau jika Nara belum bisa menghilangkan semua trauma di masa kecilnya. Dan jika Nara masih nekat dengan tindakannya itu entah apa yang akan terjadi dengan gadis itu nantinya.

Astrid hanya takut jika Nara akan mengalami hal yang sama seperti waktu mereka masih kecil dulu.
Ia takut sahabatnya itu akan mengalami hal yang sama seperti 10 tahun yang lalu.

Bunyi pluit sudah terdengar tanda jika Nara harus segera melompat ke kolam renang. Tapi sepertinya gadis itu masih tetap berdiri di pingir kolam renang.

Sudah 2 menit berlalu semenjak pak Gatot meniupkan pluit, tapi Nara masih belum juga masuk ke dalam kolam renang, membuat guru yang sudah memasuki kepala empat itu naik darah.

"Nara!! apa kamu hanya akan berdiri di situ terus..Haaa!!" bentaknya marah.
"Jika kamu belum juga masuk ke kolam renang sekarang juga, maka bapak pastikan nilai praktik renang kamu akan bapak kasih nilai nol, apa itu yang kamu mau." lanjutnya.

Semua mata yang ada di sekitar kolam renang mulai memperhatikan Nara. Ada yang merasa kasihan dan ada juga yang merasa tidak peduli akan gadis itu yang kini sedang di marahi oleh guru olahraga mereka.

Nara melihat sekali lagi ke arah Nata, dapat Nara lihat jelas jika Nata sedang menatap tajam ke arahnya. Entah kenapa tatapan itu seolah menyuruh agar dirinya segera menyingkir dari area kolam renang tersebut.

Nara sempat berpikir apa mungkin jika Nata sudah mengetahui salah satu kelemahannya itu. Tapi mana mungkin Nata tau?.
Dan jika memang Nata tau, siapa yang telah berani memberitahukan rahasiannya itu kepada Nata.

Mencoba menguatkan hati, Nara kembali lagi melihat kearah Nata sebelum ia melompat ke dalam kolam.
Terlihat jelas sebelum ia melompat kedalam kolam renang. Nata, lelaki itu segera berdiri dari tempat duduknya.

Entah apa yang terjadi setelahnya, Nara tidak ingat sama sekali. Yang jelas sejak ia masuk kedalam kolam renang, ia merasa nafasnya mulai sesak dan semuanya mulai gelap.

Tapi setelah ia sadar, ia sudah ada di dalam kamarnya. Nara sempat bingung bagaimana ia sudah berada dalam kamarnya, padahal Nara ingat sekali jika tadi ia hampir mati di dalam kolam renang.

Dan dari Astrid lah Nara baru tau bahwa yang telah menolongnya adalah Nata dan lelaki itu juga lah yang telah membawanya pulang kemarin.

Astrid juga sempat menceritakan bagaimana raut wajah khawatirnya Nata saat menolong dirinya kemarin. Cowok nyebelin itu mengkhawatirkannya? Mana mungkin. Itulah yang ada di benak Nara waktu itu.

Mana bisa Nara percaya begitu saja akan perkataan Astrid bahwa Nata sempat mengkhawatirkan dirinya, sedangkan cowok itu lah yang selalu usil dan membuatnya sering naik darah.

Cowok yang akan selamanya membuat Nara naik darah jika sudah berhadapan.
Jadi Nara yakin jika penglihatan Astrid waktu itu adalah salah besar. Dan Nara percaya akan keyakinannya itu.

















Sorry baru bisa up lagi, soalnya aku lagi banyak kerjaan..
Doa.in ya moga cepat up lagi.. hehehe

Jangan lupa vote & coment

See you next part

Mari kita berteman di ig : pitasutria

Secret Love You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang