30

47 20 6
                                    

Nara tak menyangka jika kejadian dua minggu yang lalu mampu membuat Nata berubah. Cowok itu kini kembali menjauhi dirinya. Persis sama, seperti saat mereka kelas sepuluh dulu.

Nara tak tau apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Disatu sisi ia masih merasa marah bahkan kecewa dengan Nata. Tapi tak dapat dipungkiri, disisi lain Nara juga merasa rindu akan kehadiran cowok itu. Rindu akan kejahilan dan bahkan perhatian kecil dari Nata.

Ini gila. Bagaimana bisa ia merasakan  rindu kepada Nata, sedangkan ia sendiri masih marah dengan cowok itu.

Mencoba untuk tak memikirkannya. Nara kembali melanjutkan acara makannya yang tadi sempat terhenti. Gadis itu sudah terlihat lahap memakan baksonya.

Ya, saat ini Nara dan ketiga sahabatnya sedang berada dikantin. Tepatnya di meja kantin paling pojok. Entahlah mereka berempat seakan suka sekali dengan letak meja tersebut. Mungkin karna suasananya yang sedikit tenang dari meja-meja yang lain.

"Lo sama Nata masih belum baikan juga, Nar? Ini udah dua minggu loh, kalian saling diam-diaman. Apa ngak sebaiknya lo maafin aja Nata."

Astrid sebenarnya tak ingin ikut campur soal masalah Nara dan Nata. Hanya saja ia tak ingin melihat keduanya kembali bermusuhan seperti dulu. Ia juga merasa tak enak karna sudah menyingung soal Nata. Apalagi saat melihat raut wajah Nara seketika berubah, saat ia menanyakan hal tersebut.

"Maaf. Gue sebenarnya ngak bermaksud buat ikut campur masalah lo sama Nata. Tapi Nar, apa ngak sebaiknya lo tanya baik-baik sama Nata. Apa alasan Nata ngelakuin itu semua. Gue yakin kok, Nata pasti memiliki alasan kenapa ia ngelakuin itu semua."

"Gue ngak bisa semudah itu buat maafin Nata, Trid. Gue udah terlanjur kecewa sama dia."

Seketika Nara kehilangan nafsu makannya. Gadis itu hanya mengaduk-aduk mangkuk baksonya saja.

"Gue tau lo kecewa banget sama Nata. Tapi apa lo ngak mau cari tau dulu apa alasan Nata ngelakuin itu semua." Astrid kembali membujuk Nara. "Ayo lah Nar, lo ngak seegois itu buat ngak dengerin penjelasan dari Nata."

Naya dan Melody setuju dengan ucapan Astrid. Setidaknya Nara harus mendengarkan dulu alasan kenapa Nata melakukan itu semua.

Apalagi semenjak mereka lebih mengenal Nata. Mereka dapat merasakan jika cowok itu sebenarnya memiliki perasaan terhadap Nara. Jadi mereka bertiga bisa memaklumi kenapa waktu itu Nata melakukan kesalahan.

"Benar yang dibilang Astrid barusan, Nar. Lo ngak boleh egois." Timbal Melody. "Ngak semua yang ada dipikiran lo adalah bener. Ada kalanya lo salah menilai sesuatu."

Naya juga tak ketinggalan. Gadis itu juga mencoba untuk membujuk Nara agar segera berbaikan dengan Nata.
"Iya Nar. Gue sama yang lain ngak mau liat lo sama Nata jadi musuhan lagi. Apalagi kita bentar lagi bakal lulus SMA. Jadi, lo mau kan buat baikan sama Nata?"

Benar apa yang dikatakan ketiga sahabatnya. Seharusnya ia lebih berusaha lagi, buat meminta penjelasan atas tingkah Nata waktu itu. Bukan malah menjauh seperti ini. Apalagi Mengingat ia juga salah karna sudah menampar wajah Nata saat itu.

"Kalian benar, ngak seharusnya gue egois. Ya udah, ntar pulang sekolah gue bakal minta penjelasan lagi sama Nata soal kejadian waktu itu. Biar gue sama dia bisa baikan lagi."

"Nah gitu donk. Itu baru Nara yang gue kenal." Ucap Astrid senang. Tak menyangka jika Nara mau mendengarkan ucapan mereka.

*****

Ketika bel pulang berbunyi. Cepat-cepat Nara memasukan buku dan alat tulis kedalam tasnya. Ia ingin segera menyusul Nata yang sudah lebih dulu keluar dari dalam kelas.

Langkah kakinya dengan cepat menuju area parkir sekolah. Nara yakin, jika Nata saat ini sudah berada di parkiran sekolah.

Sesuai dugaan Nara. Cowok itu memang ada disana. Berdiri tepat disamping motor sport merahnya. Dengan senyum manisnya, Nara mulai melangkah mendekati tempat Nata berdiri sekarang.

Tapi langkah Nara terhenti saat melihat ada orang lain yang sudah lebih dulu menghampiri Nata.
Nara merasa tak asing dengan wajah cewek itu. Ahh. Nara ingat sekarang. Bukankan itu Ana, adik kelas mereka.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Nara mulai mendekati keduanya. Gadis itu memilih bersembunyi dibalik pohon yang tak jauh dari tempat Nata dan Ana berada. Guna ingin mendengar percakapan keduanya. Nara hanya ingin tau sedekat apa hubungan keduanya.

"Hikss.. hikss... Kak Nata kenapa terus-terusan menghindar dari aku. Salah aku apa kak?" Ana menangis. Ia tak mengerti kenapa Nata jadi menghindari dirinya seperti ini.

Apa karna pernyataan cintanya waktu itu. Yang membuat Nata jadi menjauhi dirinya seperti ini. Jika memang benar karna itu, Ana jadi menyesal. Seharusnya ia memendam saja tanpa harus mengungkapkan perasaannya. Mungkin dengan begitu, ia masih bisa dekat dengan Nata, orang yang dicintainya.

"Apa karna pernyataan cinta aku waktu itu. Makanya kak Nata jadi ngejahuin aku kayak gini. Hikss.. hikss.." Ana masih saja menangis.

Nata jadi tak tega melihat Ana menangis seperti ini. Ia juga tak bermasud menyakiti hati Ana. Dia hanya ingin menjaga jarak dengan Ana. Supaya gadis itu bisa melupakan dirinya. Karna sejujurnya hati Nata hanya untuk Nara bukan untuk Ana.

"Sttt.. berhenti ya nangisnya." Ucap Nata pelan. Tubuh Ana juga sudah ia peluk.

Di tempat persembunyiannya. Nara mematung. Gadis itu terlihat syok, mengetahui jika Ana menyukai Nata.
Rasanya dada Nara menjadi sesak. Apalagi saat melihat Nata dengan mudahnya memeluk tubuh Ana. Mampu membuat Nara menangis. Ada apa ini? Kenapa hatinya terasa sakit seperti ini.

Menghampus kasar air mata yang mengalir dipipinya. Nara memilih pergi dari tempat persembunyiannya. Meninggalkan keduanya yang masih terlibat percakapan. Ia tak perduli lagi apa yang mereka bicarakan. Yang jelas hatinya sudah hancur.

Sedangkan Nata sendiri masih mencoba untuk menenangkan Ana. Ia tak suka melihat perempuan menangis seperti ini. Apalagi karna dirinya. Rasanya ia menjadi cowok paling brengsek di dunia ini.
Setelah merasa Ana sudah cukup tenang. Nata melepaskan pelukannya.

"Maaf Na. Bukan maksud gue buat nyakitin hati lo. Gue hanya ngak mau lo makin suka sama gue. Dan pada akhirnya lo sendiri yang bakal terluka." Nata mencoba untuk memberi pengertian kepada Ana. Agar cewek itu segera melupakan dirinya. Karna sejujurnya ia tidak bisa mencintai gadis itu.

"Karna seperti yang lo tau, Na. Kalau gue cinta banget sama Nara. Ya walaupun gue sering terluka karna hal itu. Tapi gue ngak bisa menutupi, kalau gue tetap bakalan cinta sama Nara. Jadi Na, gue harap lo bisa lupain perasaan lo terhadap gue. Lo cewek yang cantik dan baik. Gue yakin, lo pasti bisa mendapatkan cowok yang lebih baik lagi dari gue."

Cowok itu menepuk pelan bahu Ana, mencoba memberi kekuatan kepada gadis itu. Dan setelahnya Nata berpamitan untuk pulang terlebih dahulu. Meninggalkan Ana yang masih mematung di tempatnya.

Ana sadar, tak seharusnya ia memaksa Nata untuk mencintai dirinya. Karna pada dasarnya, cinta itu harus dilandasi ketulusan bukan karna pemaksaan. Jadi walau berat, Ana akan mencoba untuk melupakan rasa cintanya kepada Nata.




Jangan lupa
Vote dan komen














Secret Love You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang