Aaron POV
Dia masih seperti itu, menatap kosong seraya merapatkan jas putih yang kusampirkan padanya,ia diam, namun matanya tak berhenti mengeluarkan air mata.
"Ini minumlah." Kataku sambil menyodorkan segelas air padanya. Ia meraihnya, masih dalam diam. Ia tidak meminumnya.
"Hey dengar, aku tahu posisimu, namun aku akan sarankan satu hal. Jangan terlalu percaya pada orang yang baru dikenal." Kataku lagi. Ia menoleh padaku. "Apa maksudmu?" Sahutnya dengan nada bergetar.
"Hmm.. sudahlah, ayo ikut aku. Sudah waktuku untuk pulang." Ucapku kemudian.
"Kenapa aku harus percaya padamu?" Sahutnya sambil menoleh padaku.
"Karena kau berhutang padaku." Jawabku singkat.Christine POV
Berhutang? Apa maksudnya?. "Apa maksudmu berhutang?" Aku benar-benar bingung dengan dokter brengsek ini.
"Yah, aku yang melunasi biaya rumah sakit ayahmu, setelah kau mengabaikan solusiku. Dan aku sudah mengurus proses pemakaman ayahmu. So, kau berhutang padaku." Jawabnya panjang lebar.
Aku melongo. "Aku tidak memintamu melakukan itu semua. Dan aku tidak butuh bantuanmu." Ucapku sambil mengacungkan tanganku tepat didepan dadanya.
Dia mendengus. "Jadi kau berencana akan melakukan apa untuk mendapatkan 12 ribu dollar. Kecuali kau akan menjual dirimu seperti tadi siang." Ucapnya dengan sarkastik.
Aku diam. Dia benar, dari mana aku mendapatkan uang secepat itu. "Lalu apa yang harus aku lakukan untuk melunasi hutangku padamu?" Tanyaku akhirnya mengalah.
"Kau harus tinggal dirumahku dan menjadi pembantu dirumahku." Jawabnya tanpa menoleh.Aaron POV
Aku menoleh ketika dia berhenti berjalan, matanya sembab dan keningnya berkerut. "Kenapa aku harus tinggal di rumahmu? Aku bisa cari apartment sementara." Jawabnya tanda tak setuju. Ah mengesalkan.
"Aku menyuruhmu tinggal di rumahku karena pertama, jika kita tinggal terpisah, kau akan sering terlambat. Kedua, aku tidak punya jaminan kau tak akan kabur dariku sebelum melunasi hutangmu. Ketiga, aku ingin kau melayani kebutuhanku 24 jam non stop, tidak peduli pagi buta atau larut malam." Jawabku. Dia diam, lama namun kemudian mengangguk lemah. Kami masuk kemobil dan selama perjalanan kami dikurung oleh keheningan. Tak ada yang berani memecahnya.Christine POV
Kami telah sampai dirumah Aaron, well tidak bisa dikatakan sebagai rumah, karena tempat ini lebih mirip mansion. Kami disambut oleh 1 orang pria, kuduga sebagai petugas keamanan dan 1 orang wanita paruh baya. "Selamat malam tuan Aaron." Sapa keduanya. Aaron tersenyum singkat dan melenggang masuk. Aku diam tidak tahu harus melakukan apa.
"Hey, kemari. Apa kau mau tidur diluar." Ucapnya dari dalam. Aku tersadar dan segera menggeret koperku.
"Biarkan saja kopermu, serahkan saja pada Jack dan May yang mengurusnya." Ucapnya sambil menoleh padaku. Aku melihat pada Jack dan May dengan tatapan tidak enak. Namun mereka membalasnya dengan senyuman ramah.
Aku mengikuti dokter Aaron menaiki tangga menuju lorong, aku melihat 2 buah pintu yang berseberangan. "Kau tidur dikamar ini, ini adalah kamar tamu. Dan yang ini adalah kamarku." Katanya sambil menunjuk 2 pintu itu bergantian. Aku mengangguk. "Dokter.. terima kasih banyak atas kebaikanmu. Aku akan membalas kebaikanmu, sungguh." Kataku tulus.
"Yang harus kau lakukan hanya melayaniku kebutuhanku dengan baik tanpa cela. Dan satu lagi, cukup Aaron saja. Agak aneh jika mendengarnya dirumah." Ujarnya sambil memasuki kamarnya.
Aku memasuki kamar baruku, kamarnya nyaman dan bersih, cukup luas, sangat luas. Kuperkirakan kamar ini seluas 1 apartmentku yang dulu. Aku duduk diatas ranjangnya ketika pintu terketuk dari luar. Aku beranjak dan membuka pintu. Aku melihat May dengan dua koperku. "Ini koper anda nona, selamat beristirahat." Ucap May ramah dan kemudian beranjak pergi. Baru saja aku ingin masuk ketika pintu diseberangku terbuka setengah, lalu menampakkan Aaron yang menyembul dan mengulurkan sebuah handphone padaku. "Bawa ini, harus selalu aktif, agar aku tak repot menggedor pintu kamarmu." Ucapnya seraya menutup pintu setelah aku menerima handphone itu.
Aku membuka koper dan mulai menata barang-barangku. Aku mengeluarkan beberapa potong pakaian ayahku dan juga beberapa fotoku bersama orangtuaku. Menaruhnya di nakas sembari menghela nafas. "Ayah, ibu, aku rindu kalian, semoga kalian tenang dialam sana bersama Tuhan." Bisikku sambil menahan diri agar air mataku tidak jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...