Christine POV
Aaron meminta bantuan temannya, Claire untuk menjagaku. Sangat berlebihan, aku tidak tahu kenapa Aaron sampai harus melakukan hal itu.
Tapi Claire orang yang sangat menyenangkan, Ia sangat ramah, jadi suasana tidak begitu canggung. Claire adalah teman Aaron saat Sekolah Menengah Atas, Claire menceritakan pertemuannya dengan Aaron. Mereka bertemu saat berada dikelas bahasa Jerman, saat itu Aaron sedang dimarahi oleh guru karena tidak membawa kamus bahasa Jerman, dan Claire memutuskan untuk meminjamkannya. Saat itulah mereka menjadi teman sampai saat ini.
"Kau tahu, Aaron tidak pernah dekat dengan wanita, Ia selalu terlihat dingin dan misterius. Banyak wanita yang Ia tolak, bahkan saat ada yang nekat mencium Aaron, Aaron sangat marah. Aku tidak akan pernah lupa bagaimana seramnya kemarahan Aaron saat itu." Cerita Claire.
Mendengar itu, hatiku sedikit ngilu, karena mengingat Aaron mencium mesra dua wanita yang berbeda didepanku.
"Benarkah? Saat aku bekerja dirumahnya, Aaron beberapa kali membawa wanita yang berbeda kerumahnya." Ucapku sambil mengalihkan pandanganku.
"Benarkah? Aku tidak percaya dia sebrengsek itu." Ucapnya sambil menggeleng tidak percaya.
"Sudahlah, lagipula itu sudah terjadi." Jawabku sambil menghela napas.
"Aku heran, kenapa Aaron terlalu berlebihan, sampai menyuruh orang untuk menjagaku. Bukan maksudku tidak suka ditemani olehmu, hanya saja aku sudah siuman dan bisa menjaga diriku sendiri." Ucapku sambil menghela napas untuk kesekian kalinya.
"Itu artinya Aaron sangat mencintaimu. Dia seperti itu untuk menjagamu. Jangan pernah ragukan apa yang Ia perbuat untukmu." Jawaban Claire membuatku tertegun.Kami berdua menoleh saat pintu terketuk dan kepala Aaron menyembul dari balik pintu.
"Hey..." katanya sambil mengenggam tanganku dan mencium keningku. Uhh.. aku yakin sekarang wajahku memerah. Aku tidak biasa dengan sentuhan-sentuhan intens.
"Terimakasih sudah menjaganya Claire." Ucap Aaron sambil menoleh kearah Claire.
"Tadi aku sempat mampir untuk membeli makanan. Makanya aku agak lama. Ini" Aaron menyerahkan sebuah bungkusan kepada Claire.
"Terimakasih, ini terlalu berlebihan." Ucap Claire.
"Aku membelikanmu cheesecake. Aku sering melihatmu memakan cheesecake di cafe Du Monde." Aaron beralih kepadaku sambil membuka sebuah box kecil.
Aku tidak tahu harus berkata apa, jantungku berdetak tak karuan.
Ia menyodorkan sesendok cheesecake kemulutku.
"Ayo buka mulutmu, aku suapi." Ucapnya sambil tersenyum manis.
Seketika mengingatkanku saat aku kecil dulu, Leo kecil sering menyuapiku bubur. Walaupun aku benci bubur, Ia selalu berhasil membuatku memakannya sampai habis.
Aku menurutinya. Aku tidak berani melakukan kontak mata dengan Aaron saking gugupnya.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah Claire. Aku melihatnya sedang menatap kami berdua dengan tatapan geli sambil memegang ponselnya. Sial, Ia mengambil foto saat aku disuapi Aaron.
Suapan kedua dan berikutnya terasa semakin sulit, karena setelah Aaron menyuapiku, ia akan melakukan suatu hal yang membuatku salah tingkah, seperti menggenggam tanganku, mengelus pipiku dan mencium keningku. Uh! Jika saja aku bisa berjalan, aku akan lari dari sini.Aaron POV
Aku selesai menyuapi Christine. Entah selama aku menyuapinya, Berbagai ekspresi wajah ditunjukannya. Membuatku jadi merasa geli.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Claire sudah pulang 30 menit yang lalu.
Tinggal kami berdua diruangan rawat Christine.
"Aaron?" Ucapnya memanggilku.
"Ya? Ada apa Christine?" Jawabku langsung mendekat kearah ranjangnya.
"Aku boleh menanyakan sesuatu?" Ucapnya, raut wajahnya kelihatan gelisah.
"Tentu, kau boleh menanyakan apapun." Jawabku sambil menggengam erat tangannya.
"Ngee.. siapa dua wanita yang pernah kau cium saat itu." Tanyanya dan langsung memalingkan wajahnya.
Entah aku harus merasa geli atau bersalah. Melihat tingkahnya membuatku gemas.
"Aku tidak bisa bilang mereka pacarku, mereka hanya teman kencanku jika aku merasa jenuh saja, tapi itu sama sekali tidak membantu dan malah menjadi petaka bagiku." Jawabku langsung.
"Kau pernah tidur bersama salah satu dari mereka?" Tanyanya lagi tanpa mau melihatku.
"Tentu saja tidak, aku tidak ada waktu untuk hal itu."
"Jadi hanya melakukan itu?" Tanyanya hati-hati.
Muncul niatku untuk mengerjainya.
"Melakukan apa?" Tanyaku menggodanya.
"Itu.. saat kau bersama wanita baju merah.." ucapnya gugup.
"Apa?" Tanyaku semakin menggodanya.
"Ah sudahlah.. tidak jadi." Ucapnya dengan wajah sebal.
"Melakukan ini?" Ucapku langsung mencium bibirnya.
Wajahnya langsung memerah saat aku melepaskan ciuman kami.
Aku tidak bisa lagi menahan tawaku.
"Aaron.. kau.." ucapnya sambil memukul-mukul kepalaku dengan sebal.
"Kau ini seperti remaja 15 tahun yang pemalu. Kau dicium oleh pacarmu saja wajahmu langsung memerah." Kataku disela tawaku.Kami bercanda dan tertawa sampai larut malam, kami berhenti sampai seorang perawat datang kekamar kami dan menegur kami karena membuat keributan.
Aku mengelus kepalanya dengan lembut, matanya yang sudah sayu karena mengantuk masih menatap kearahku.
"Tidurlah" ucapku lembut seraya mengecup keningnya.
Ia mengangguk dan menutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...