Worried about you

6.3K 287 1
                                    

Aaron POV
Aku sampai di mansion pukul 9 malam. Aku melihat mansion yang begitu sepi, karena May meneleponku tadi bahwa ia harus pulang ke Portland, karena Ia harus menemani anaknya yang sedang sakit. Namun aku tidak menemukan gadis itu dimana pun. Aku melangkah ke ruang baca dan melihatnya tertidur di sofa dengan tangan yang memegang sebuah buku. Aku baru akan membangunkannya, saat aku merasakan suhu tubuhnya panas ketika aku menyentuk tangannya. Aku menggendongnya ala bridal style tanpa membangunkannya dan membawanya kekamarku. Aku mengambil termometer dan stetoskopku. Aku mengamati suhunya, 38 derajat. Dia demam. Sejak kapan?
Dengan panik aku mencari kotak P3K. Walaupun aku seorang dokter, entah mengapa melihatnya demam membuatku gundah dan khawatir. Aku mengompres dahinya, dan menyiapkan beberapa obat di nakas.
Aku meninggalkannya mandi. Setelah mandi, aku melihat Ia masih tertidur, suhu badannya masih panas. Aku duduk di tepi ranjang sambil memegang tangannya. Saat akan memindahkan tanganku, ada yang menahannya. Ia terbangun, well.. mengigau sepertinya. Matanya setengah terbuka sambil memegang tanganku. "Jangan pergi, aku takut. Aku kesepian." Katanya. Dan kemudian tertidur kembali.
Aku menghela nafas kasar. Kegundahanku tidak mau hilang. Aku mengambil lap didahinya dan menggantinya dengan yang baru. Lalu aku beranjak ke ranjang dan merebahkan diriku. Aku menyelimutinya.

Christine POV
Aku terbangun, kepalaku pusing, sebuah benda jatuh dari dahiku, sebuah lap? Dimana ini? Kurasa aku tertidur di perpustakaan? Sekarang aku berada disebuah kamar. Kamar siapa? Aku melihat sekelilingku. Tidak, ini bukan kamarku. Aku melirik kesebelahku dan mendapati Aaron tengah tertidur. Berarti aku di kamar Aaron. Aku berusaha beranjak dari ranjang namun sebuah tangan menahanku.
"'Kau akan pergi kemana?minumlah obat yang ada di nakas, kemudian tidurlah disini, agar aku bisa mengawasi keadaanmu. Kau sedang sakit." Ucapnya, masih dengan mata tertutup. Sejak kapan Ia khawatir seperti itu padaku? Padahal hal yang biasa dia lakukan hanya memarahiku. Tapi mendengar ia khawatir seperti itu membuat hatiku menghangat. Jantungku tiba-tiba berdetak tak beraturan sampai-sampai aku memegang dadaku, takut kalau sampai ia bisa mendengarnya. Aku menuruti perkataannya dan kembali tidur. Aku terkejut saat ia tiba-tiba merapatkan badannya dan memelukku. Sembari mengelus puncak kepalaku. Pipiku memanas, dan jantungku berdebar heboh. Aku tidak tahu harus bagaimana. Lama setelah akhirnya badanku menyerah oleh kantuk dan tertidur.

I'm in love with you, doc!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang