Happily Ever After
Author POV
Seorang anak laki-laki kecil sedang berlarian sambil membawa boneka tedy bear, sesekali Ia tertawa kecil, disusul oleh anak perempuan seusianya yang mengejar sambil memasang wajah jengkel.
"Logan.. kemarikan bonekaku." Teriak anak perempuan itu.
"Kau harus menangkapku dulu Emily." Ejek anak laki-laki yang bernama Logan itu, namun Ia jatuh terduduk saat Ia menabrak sesuatu, lebih tepatnya seseorang. Seorang pria tinggi besar dengan mengenakan setelan jas putih khas seorang dokter sedang menatap kesal sambil bersidekap. Logan hanya tersenyum takut melihatnya.
Sementara anak perempuan tadi sudah berada disamping seorang wanita dewasa yang menggunakan setelan blazer formal yang sedang menggendong bayi kecil.
"Kau selalu saja menjahili adikmu, harusnya kau menjaganya." Ucap Pria itu.
"Oh come on dad, I'm just having fun." Sahut Logan membela diri.
"No! It's not even fun for me! You took my tedy bear. It's make me sad." Sahut Emily seraya matanya berkaca-kaca.
Wanita itu, Christine hanya menggelengkan kepalanya, sambil menatap putranya dengan tatapan sayang.
"Logan, jika kau ingin bersenang-senang, jangan sampai membuat orang lain bersedih. Tidak baik tertawa diatas kesedihan orang lain. Coba bayangkan, jika mom mengambil mainan pesawat kesayanganmu, memainkannya seorang diri, tanpa mengajakmu. Perasaanmu sedih kan?" Ucap Christine."Of course mom." Bisik Logan pelan.
"Jadi kau tidak boleh seperti itu lagi. Kembalikan boneka adikmu dan minta maaflah padanya." Lanjut Christine seraya mengibaskan tangannya, meminta putra sulungnya itu mendekat.
Logan mengembalikan boneka itu pada adik yang hanya berjarak lahir 4 menit darinya itu lalu meminta maaf.
"Sekarang pergilah bermain, jangan terlalu dekat dengan kolam berenang ya." Ucap Christine mengingatkan, lalu dijawab oleh anggukan semangat anak-anaknya.
Aaron, hanya menggeleng gusar melihat tingkah anak kembarnya itu, lalu beralih menatap istrinya yang sedang menimang bayi ketiganya.
"Hey, jagoan dad, bagaimana kabarmu hari ini." Candanya dengan nada suara yang dibuat-buat, membuat Christine terkekeh.
"Aku baik saja daddy, bagaimana dengan harimu di rumah sakit, apakah menyenangkan?" Jawab Christine sembari menatap suaminya.
"Tentu saja menyenangkan. Daddy menolong banyak orang hari ini." Sahut Aaron, namun matanya menatap lekat Christine lalu mencium kening istrinya dengan sayang.
"Hah, bagaimana kau bisa mengatur waktu untuk mengurus mereka, sedangkan kau juga harus bekerja?" Desah Aaron untuk kesekian kalinya, semenjak Christine melahirkan bocah kembar itu, sampai hari ini, 8 tahun yang lalu.
"Sepertinya itu memang keahlianku menjadi seorang ibu." Jawab Christine sambil menggedikkan bahunya lalu terkekeh.
Setelah menikah, Christine melanjutkan kembali kuliah hukumnya yang tertunda dan berhasil membuka firma hukumnya sendiri, sehingga selain mengurus anak-anak. Christine juga harus mengurus firma hukum yang didirikannya.Suara tangisan bayi kecilnya mengalihkan perhatian mereka berdua.
"Oh jagoan daddy lapar, mommy cepat berikan ASI sebelum Ia mengamuk." Canda Aaron lagi.
Christine hanya tertawa dan mengangguk melihat tingkah ceria suaminya itu.Christine segera duduk di sofa, lalu memberikan ASI kepada bayi kecilnya, tapi Aaron masih bergeming di pintu mansionnya.
"Terimakasih Christine, untuk kebahagiaan yang sudah kau bawa kedalam hidupmu. Aku tahu 8 tahun barulah awal, namun aku yakin, selama kita bersama semua akan baik-baik saja."
Gumamnya sambil tersenyum lalu berjalan mendekat kearah Christine.--The End--
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...