For You

3.4K 159 0
                                    

Christine POV
Seperti biasa, Aaron mengantarku ke training centre. Semangatku untuk bisa berjalan lagi meningkat drastis sejak Aaron melamarku seminggu lalu. Aku bertekad untuk sembuh agar ia tidak terbebani dan malu karena keadaanku. Tapi aku malah membuat Jane khawatir.
Saat itu aku baru saja menyelesaikan satu kali sirkuit, dan treadmil.
"Christine, tekad kuat memang bagus, namun memporsir tubuhmu seperti ini malah membuatmu kelelahan." Ucapnya mencoba menahanku.
"Oh, come on Jane, aku ingin cepat dapat berjalan lagi. Kau tidak tahu rasanya betapa malu dan tidak berdayanya aku. Saat orang yang kucintai kerepotan melayaniku setiap pagi. Hanya karena kaki bodohku ini." Ucapku sambil tetap berjalan diatas treadmil.
"I know, tapi setidaknya istirahatlah dulu." Sahutnya sambil menyodorkan handuk kecil padaku.
"Baiklah." Ucapku turun dari treadmil.
Sebuah ide gila muncul dibenakku. Jika Jane tahu, aku pasti akan dibunuh olehnya. Ketika suasana sepi karena Jane sedang ke ruangannya, aku mencoba bangkit berdiri tanpa penyangga nenek-nenek yang biasa kupakai. Aku tertatih seperti balita, berusaha setidaknya mencapai ke tembok yang ada diseberangku. Rasanya sangat sulit, namun ketika akhirnya tanganku menyentuh tembok, sebuah suara mengagetkanku.
"Christine. You walked." Suara Aaron terdengar bahagia. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum kaku. Ia menghampiriku dan memelukku erat.
"Oh God. Thank Goodness. You walk again." Ucapnya sambil menangkup pipiku dan mencium bibirku, aku tak sempat bereaksi, membeku ditempat.
Christine, dia tunanganmu. Beranilah. Jangan jadi pengecut. Batinku.
Aku lalu membalas ciumannya perlahan. Ciumannya menghanyutkanku. Aksi kami berhenti setelah Jane berdehem.
"Well done Christine. You pass." Ucapnya sambil tersenyum jahil dan memberikan laporan kesehatanku.
"Namun kau harus tetap kemari setidaknya sebulan sekali untuk mengecek kondisimu." Lanjutnya.
Aku mengangguk mengerti. Aaron membantuku mengambilkan tas jinjingku dan melangkah ke mobil. Ia menggenggam tanganku erat, ketika aku pertama kalinya berjalan sendiri setelah lebih dari enam bulan merepotkan orang lain.
Telepon Aaron berdering, Ia mengkerutkan dahinya sejenak dan menjawabnya.
"This is Harris." Ucapnya.
"......"
"Ya, aku akan kesana. Thanks John." Sahutnya lalu mematikan telepon.
Aku menoleh dengan tatapan 'ada apa'.
"Oh.. aku lupa hari ini aku harus menghadiri rapat pimpinan rumah sakit. Jadi John hanya mengingatkanku." Jawabnya sambil tersenyum lebar menampakkan gigi putihnya yang rapi.
"Kau seorang dokter dan kau lupa hari ini rapat penting. Great." Ucapku menggelengkan kepala.

I'm in love with you, doc!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang