Christine POV
"Christine Melody Ariston. Will you marry me?" Aku melihat senyum tulus dari wajah Aaron.
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Hatiku menginginkannya. Tapi otakku menolaknya, logika mengatakan sudah cukup untukku merepotkan Aaron. Bagaimana seorang Dokter terkenal memiliki tunangan atau bahkan istri yang cacat.
"I can't." Bisikku sambil menangis.
Senyuman Aaron memudar, berubah menjadi raut khawatir.
"Kenapa?" Tanyanya sambil menggenggam tanganku
"Lihat aku Aaron. Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dariku." Ucapku sambil menyeka air mataku, berusaha menggerakkan kursi rodaku menjauh darinya. Namun Aaron menahan kursi rodakku.
"Aku melihatmu sekarang Christine. Dan aku tidak mampu menemukan wanita lain yang sesempurna dirimu." Ucapnya menggenggam kedua tanganku.
"Aku cacat Aaron. Apa yang akan dipikirkan oleh orang lain, jika kau memiliki seorang istri cacat nantinya." Ucapkku memalingkan wajahku darinya. Ia menarik daguku agar menyejajarkan wajahku dengannya.
"Aku tidak peduli dengan orang lain. Yang kuinginkan hanya dirimu. Fisikmu boleh cacat, namun hatimu sempurna dan tanpa cela mencintaiku. Itulah alasan aku melamarmu sekarang." Ucapnya sungguh-sungguh. Aku kehabisan kata-kata. Dalam hati aku sungguh terharu mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibirnya.
Air mataku turun karena terharu, tangan besarnya menyeka airmataku dengan lembut. Lalu mengambil tanganku, dan memasukkan cincin cantik itu ke jari manisku.
Aku melompat turun dari kursi rodaku dan memeluknya, menumpahkan semua airmata haru dan bahagiaku di pundaknya.
"Hey, easy girl. Kita bisa jatuh ke kolam berenang." Ucapnya terkekeh dan memelukku erat.
Aku tertawa bercampur tangisku. Membuat suaraku terdengar aneh. Tapi biarlah, sekarang aku adalah miliknya, milik Aaron.
"Ayo masuk, hawanya sudah mulai dingin." Ucapnya mendudukkanku kembali di kursi roda dan membawaku ke dalam mansion.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...