Don't give up pt.2

4.2K 198 1
                                    

Aaron POV
Dihari setelah Christine bangun, semangatku kembali bangkit, dan kebahagiaan seakan menghampiriku. Namun yang sekarang sedang menganggu pikiranku adalah. Bagaimana memberitahu tentang keadaannya saat ini. Biasanya aku dengan gamblang memberitahu keadaan pasienku. Tapi Christine? Entah dia akan histeris atau akan kehilangan semangat.
Namun keadaan Christine sebenarnya dapat pulih, jika Ia mempunyai semangat untuk pulih. Tapi jika Christine kehilangan semangatnya?! Ahh!! Aku menggelengkan kepalaku dengan frustasi.
"Ada apa?" Tanya Christine. Mungkin bingung melihat tingkahku.
"Ah.. tidak ada apa-apa. Bagaimana perasaanmu?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Aku baik-baik saja. Namun aku masih merasa kebas dibagian kakiku. Mungkin karena aku terlalu lama berbaring ya.." jawaban Christine itu cukup membuatku panas dingin.
"Mmm Christine. Aku tahu ini bukan saat yang tepat untuk memberitahumu tentang sesuatu. Tapi.." aku tidak mampu melanjutkan kata-kataku.
"Ada apa? Kenapa kau gugup?" Tanya Christine.
"Karena dampak dari kecelakaan itu. Beberapa sarafmu mengalami cedera jadi.. kau tidak akan mampu berjalan selama beberapa bulan ini." Kataku sambil tertunduk.
Tidak ada jawaban keluar dari mulutnya.
"Tapi kau tenang saja, aku akan merawatmu dan akan membantumu agar dapat berjalan lagi." Aku semakin gugup.
"Hmm... aku tidak mau merepotkanmu." Ucapnya lirih.
"Tidak. Kau tidak akan merepotkan. Apapun akan kulakukan untuk orang yang kucintai." Ucapku sungguh-sungguh.
Kepalanya yang awalnya tertunduk, dan wajahnya yang awalnya sendu. Berubah menjadi semburat merah. Aku tidak menyangka kata-kataku yang meluncur begitu saja dapat merubah suasana hatinya.
"Terimakasih Aaron." Ucapnya.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk sambil menggenggam tangannya erat.
"Lalu bagaimana dengan orang yang menabrakku? Apa dia sudah ditemukan?" Tanyanya kemudian.
"Ia sudah tertangkap. Namun polisi belum dapat mengungkap motifnya." Tepat saat aku menjawab pertanyaannya, ponselku berdering karena panggilan dari letnan Brody.
"Halo?" Ucapku
"...."
"Aku sedang dirumah sakit. Apa aku bisa kesana nanti sore?"
"...."
"Baiklah, aku akan mengusahakannya. Terimakasih Letnan." Ucapku sambil memutus sambungan telepon.
"Ada apa?" Tanya Christine.
"Letnan Brody. Yang menangani kasusmu, memintaku untuk datang ke kantor polisi sekarang." Jawabku sambil mengetik pesan di ponselku.
"Pergilah.." ucapnya padaku.
"Tapi tidak ada yang menjagamu. Aku tidak tenang jika meninggalkanmu sendirian." Aku menolaknya dengan keras. Kenapa? Karena aku merasa janggal dengan kejadian ini. Karena aku sama sekali tidak mengenal pelaku. Dan jika memang itu kelalaiannya dalam berkendara. Itu tidak mungkin. Karena aku sudah melihat rekaman kamera cctv yang sempat merekam kecelakaan itu. Polanya sangat janggal.
Makanya aku tidak mau mengambil resiko meninggalkan Christine sendirian.
Ponselku bergetar karena sebuah pesan masuk.
Aku tersenyum, karena seorang temanku dapat meluangkan waktu untuk menggantikanku menjaga Christine. Aku sudah menghubungi Sophie, Brian, Jerry dan teman-teman yang lain, namun mereka tidak dapat menggantikanku dengan berbagai alasan.
"Temanku akan kemari nanti untuk menjagamu, dia teman baikku, jadi tidak akan ada masalah." Ucapku pada Christine.
"Kau tidak perlu sampai melakukan itu, kau bisa panggil perawat untuk menjagaku." Protesnya.
"Perawat tidak akan memprioritaskanmu seorang. Tolonglah dengarkan aku sekali saja." Erangku frustasi.
"Baiklah..." ucapnya lemah.
Aku menoleh kearah pintu yang terketuk. Pintu terbuka dan aku melihat Claire temanku.
"Hey Claire, apa kabarmu?" Ucapku sambil memeluknya.
" baik, kau apa kabar? Ini tunanganmu?" Jawabnya seraya membalas pelukanku.
"Iya, perkenalkan ini Christine." Mereka saling memperkenalkan diri dan berjabat tangan.
"Maafkan aku sudah merepotkanmu Claire. Aku sudah memberitahu Aaron, bahwa aku baik-baik saja. Dia bersikeras." Ucap Christine dan mengabaikan bahwa aku ada diruangan ini.
"Tidak apa-apa, kekhawatirannya beralasan. Karena kudengar penyelidikan masih berlangsung, sangat perlu untuk menjaga keselamatan korban. Lagipula aku sedang libur dari bertugas." Jawab Claire sambil tersenyum.
"Bertugas?" Tanya Christine bingung.
"Aku bekerja sebagai polisi, namun hari ini aku sedang libur. Aku juga ingin bertemu wanita yang mampu meluluhkan si hati beku ini." Ucap Claire sambil terkekeh dan melirikku.
"Okay, okay, kalau begitu aku berangkat dulu. Bye Christine." Ucapku sambil mengecup keningnya.
Aku melihat semburat merah di pipinya, membuatku terkekeh geli.

Aku tiba di kantor polisi dan Letnan Brody sudah menungguku.
"Ada apa Letnan?" Tanyaku langsung.
"Kami sudah memperdalam penyelidikan dan kami menduga bahwa Winston hanyalah suruhan. Jadi, kami akan memburu dalangnya terlebih dahulu." Ucapnya.
"Bagaimana kau bisa menyimpulkan hal itu Letnan? Kukira ini hanyalah kelalaian berkendara." Jawabku bingung.
"Kami melakukan beberapa penyelidikan, termasuk meginterogasi semua kawan pelaku, dan memeriksa rekeningnya. Dalam riwayat transaksinya. Ia mendapat kiriman uang dengan jumlah besar, oleh pengirim tanpa nama. Seminggu sebelum kejadian. Dan kami mengetahui bahwa tersangka tidak memiliki pekerjaan tetap. Itu yang membuat kami curiga bahwa ada pihak ketiga yang terlibat. Sekarang saya minta anda mengatakan, apakah anda memiliki masalah dengan orang lain?" Jelas Letnan Brody.
Aku terdiam sejenak. Aku tidak merasa memiliki masalah dengan orang lain, tapi pikiranku kembali pada saat aku menolong Christine dari Ryan. Namun Ryan tidak mungkin melakukan itu, ia dipenjara.
"Tidak ada, aku tidak merasa memiliki masalah dengan siapapun." Jawabku akhirnya.
"Baiklah, itu saja yang dapat saya sampaikan saat ini Mr. Aaron." Ucap Letnan Brody.
Aku mengangguk dan kembali kerumah sakit

I'm in love with you, doc!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang