Christine POV
Aku terbangun dari tidurku. Ingatanku kembali pada saat kemarin. Membuat jantungku berdetak dan perutku kembali dipenuhi oleh kupu-kupu yang membuat perutku bergolak. Aku menengok jam di nakas yang sudah menunjukan pukul 5 pagi.
Pandanganku beralih ke arah pintu kamar mandiku yang terbuka, dan menampakkan pemandangan yang membuat wanita manapun akan tergoda. Huft. Entah dari mana lahirnya otak mesumku ini.
Aaron berjalan keluar kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk di pinggangnya. Tetes-tetes air yang menuruni rambut dan tubuhnya, lalu aroma maskulin yang merembak benar-benar membuatku berekspektasi liar. Emosi aneh itu kembali bergolak dalam diriku. Karena tidak tahan, aku berusaha memalingkan wajahku dengan membalikan badanku memunggunginya. Sepertinya ia tak menyadari jika aku memperhatikannya dari tadi.Aaron POV
Aku menyelesaikan ritual mandiku yang berjalan 30 menit. Dan segera keluar dari kamar mandi. Namun mataku menangkap Christine yang sedang mengamatiku, tatapannya seolah akan menelanku bulat-bulat. Namun aku berpura-pura tak menyadarinya. Ekspresinya sungguh membuatku geli. Wajahnya mulai memerah dan ia memalingkan wajahnya.
Aku melanjutkan urusanku, dan memakai pakaianku.
Setelahnya, aku mengelus punggung Christine lembut, mencoba membangunkannya, padahal aku tahu dia sudah bangun.
"Christine, bangun." Ucapku lembut.
Ia segera membalikan badannya. Aku melihat wajahnya memerah. Saking gemasnya aku tidak tahan dan mengecup bibirnya sekilas.
Lalu aku mengangkat tubuhnya dan mendudukkannya di kursi roda. Dan membiarkannya bersiap-siap.
"Aku sudah selesai." Ucapnya. Hah setelah bermenit-menit dalam keheningan. Akhirnya ia berbicara juga. Aku menurunkan koper dan kursi rodanya ke lantai bawah.
Lalu menggendongnya dan turun.
"Wow, what a view. How romantic." Ucap Brian sambil bertepuk tangan dramatis.
"Kau tidak pernah menggendongku seperti itu." Protes Sophie dengan nada bercanda.
"Aku akan menggendongmu sampai keujung dunia jika kau mau babe." Jawab Brian sambil merangkul Sophie.
"Shut up, Brian. And good morning Sophie." Ucapku. Christine tak bicara sepatah katapun, karena wajahnya sudah memerah sempurna sekarang.Author POV
Mereka duduk di meja makan dan sibuk dengan aktifitas makan masing-masing.
Diantara mereka hanya Christine yang tak bersuara.
"Anything wrong Christine?" Tanya Sophie khawatir.
"Tidak, aku hanya memikirkan, betapa aku akan merindukanmu Sophie." Ucapnya sambil menunduk.
"Aww my girl. Aku akan sering mengunjungimu di Seattle. Kita akan video call setiap hari. Agar kita bisa saling melepas rindu." Jawab Sophie sambil menggenggam tangan Christine.
"Habiskan makananmu, ini akan menjadi penerbangan yang panjang." Lanjutnya.
Christine mengangguk dan memakan sarapannya sampai habis.
Brian dan Sophie melambaikan tangan mereka saat taksi membawa Aaron dan Christine ke bandara.Christine POV
Kami tiba di Bandara, namun taksi tidak berhenti dan langsung melaju ke jalur VIP. Disana sebuah jet menunggu kami. Aaron sudah membukakan pintu mobil dan menyiapkan kursi roda, tapi aku tak bergeming.
"Christine, ayo" ucap Aaron. Namun aku memberikan tatapan tak mengerti sebagai jawabannya.
"Oh, seorang kolegaku meminjamkan tumpangan. Aku tidak mau kau berdesakkan dan kelelahan. Jadi kuterima." Lanjutnya dengan santai. Lalu mengangkatku dan mendaratkanku di kursi roda. Perlahan Aaron mendorongku mendekati jet yang bertuliskan Ross Industries itu.
"Kau terlalu berlebihan Aaron. Berapa banyak lagi hutang budiku padamu." Keluhku begitu pesawat sudah lepas landas.
Aaron mendelik dan mengangkat gelas Champagne nya seakan ingin menyiramku, lalu menggelengkan kepala.
"Aku tidak menerima penolakan. Ini semua kulakukan karena aku menyayangimu." Ucapnya kemudian sambil meneguk isi gelasnya sampai tandas.
Setelah itu aku tidak mengeluarkan suara protes lagi.
Perjalanan membuatku mengantuk dan tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...