Extra Part 2

4.5K 154 0
                                    

After Party

Christine POV
Matahari sudah tenggelam. Semua rangkaian acara pernikahan telah usai, dan tamupun sudah pamit pulang. Aku maklum karena lokasi pernikahanku adalah rumah sakit, tidak etis rasanya berpesta lama-lama.
Aaron mengamit lenganku dan mengajakku masuk kedalam sebuah mobil. Damn it Aaron. Dia selalu berganti mobil. Kali ini Rolls Royce Phantom terparkir manis didepan kami. Kukira sopirnya adalah Jack, namun bukan. Seorang pria yang tak kukenal duduk dikursi kemudi.
Mobil masuk ke carport mansion Aaron. Begitu aku keluar mobil, seseorang menutup mataku. Not again.
Aku mencoba membayangkan kemana aku digiring kali ini, namun gagal.
Lalu penutup mataku dibuka, sekali lagi aku tidak percaya.
Halaman belakang mansion Aaron telah dihias sebegitu indahnya , dengan perpaduan putih dan kerlap-kerlip lampu.
"Apa ini Aaron?" Tanyaku terharu.
"The after party of course. Aku tidak akan mengecewakan kolegaku dengan tidak menyediakan champagne kan?"jawabnya sambil tertawa.
Halaman ini sekarang dipenuhi oleh kolega Aaron, Brian, Sophie, Jack, May dan bahkan teman-temanku di New Orleans. Tapi ada satu wanita yang tak kukenali mendekat kearah kami berdua dan memeluk kami bergantian.
"Aaron, kau jahat tak memberitahu mom jika kau akan menikah." Ucapnya cemberut. Oh my god, dia ibu mertuaku.
"Mom, tapi aku memberitahumu kan? Ini Christine mom." Ucapnya memperkenalkan kami.
"Oh I know you. Kau wanita yang akhirnya bisa mengukir senyum abadi diwajah bocah beku ini." Jawab ibu Aaron sambil terus merangkulku ramah.
"What are we waiting for, We're supposed to having a fiesta!!!" Teriak Brian lantang dari sebuah mic. Lalu musik berdentum dan seluruh kolega dan teman-teman kami berdansa dengan riang.
Aaron menarik ku kedalam pelukannya dan mengajakku berdansa.
"I don't know how to dance." Ucapku sambil menunduk.
"Kemarilah." Ia malah mengangkatku, mengarahkan tanganku untuk memeluknya erat, dan membuatku menginjak kakinya. Dia bergerak dengan lihai, seolah aku tak berat.
"See, you dance now." Ucapnya sambil tersenyum manis. Aku hanya memeluknya erat, tanpa bisa menatap wajahnya yang tampan itu.
Terdengar Brian sedang menyanyikan sebuah lagu.
"Orang itu selalu saja ingin pamer." Ucap Aaron kesal. Menurunkanku lalu berjalan keatas panggung dan merebut mic yang dipegang Brian.
"Bro, what are you doing?" Protes Brian.
"Suaramu terlalu jelek, bisa-bisa tamuku berakhir di ruangan dokter James besok." Aku hanya terkekeh melihat Aaron meledek Brian.
"Memangnya suaramu lebih bagus dariku. Coba tunjukkan pada kami semua." Tantang Brian.
"Baiklah." Ucap Aaron, aku mengambil tempat duduk disebelah Sophie.
"Mereka hanya bocah." Ucap Sophie padaku, tanpa melepaskan pandangannya dari Brian.
"No doubt." Jawabku sambil terkekeh.
Terdengar alunan piano lembut. Dan Aaron mulai menyanyi. Tatapannya mengunci padaku
Wise men say
Only fools rush in
But I can't help falling in love with you
Shall I stay?
Would it be a sin
If I can't help falling in love with you?
Like a river flows
Surely to the sea
Darling, so it goes
Some things are meant to be
Take my hand,
Take my whole life, too
For I can't help falling in love with you.

Nyanyian Aaron diakhiri dengan tepuk tangan para tamu yang ada. Aku sangat terharu mendengarnya menyanyi lagu itu.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian pesan dan kesan.
"I like to purpose a toast to my girl Christine. Christine, selamat. Akhirnya kau menemukan pria yang akan selalu melindungimu, mengayomi dan selalu mencintaimu. Walaupun awalnya dia sangat brengsek. Tapi kau bisa membuatnya berjuang." Ucap Sophie diiringi kikikkan kecil dari para tamu.

"Congratulation to my bro, karena akhirnya menyelesaikan pengejarannya yang melelahkan, dan akhirnya Ia berhenti mengangguku saat berduaan dengan tunanganku, karena Christine. Terimakasih karena sudah menerimanya Christine. Sekarang dia masalahmu." Ucap Brian, kini tawa para tamu terdengar jelas, aku metatap Aaron sedang memberi tatapan membunuh pada Brian.

"Terimakasih, kepada Christine karena telah menerima dan mencintai anakku dengan tulus, aku sebagai ibunya tidak bisa berhenti mengucap syukur dan terimakasih." Ucap Ibu Aaron sambil mengusap airmatanya.

Berlanjut kepada para tamu lainnya. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, dan sekarang para tamu sudah benar-benar pulang.
Aaron sudah mengganti setelan tuxedonya dengan kemeja putih, akupun sudah mengganti bajuku dengan baju rumah yang santai. Ini hari yang melelahkan.
Tapi Aaron menarikku menuju mobilnya. Tanpa mengatakan apapun. Karena terlalu lelah, akupun tak melawan dan terlelap di mobil.

I'm in love with you, doc!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang