Chirstine POV
Setelah berminggu-minggu dirumah sakit. Akhirnya aku diperbolehkan pulang. Aku merasa miris dengan hidupku sekarang, semua sibuk untuk membantuku. Turun dari ranjang, mendudukkanku di kursi roda, menaikanku ke mobil dan memasukanku kedalam rumah. Semua terlihat begitu sibuk.
"Welcome home girl." Ucap Sophie girang, ketika aku sudah berada didalam rumah. Aaron berada dibelakangku dengan kedua tas besar ditangannya.
"Thanks, Sophie." Aku menjawab singkat dan tersenyum.
Setelah semua beres, tanpa bantuanku, jelas. Karena sekarang aku tidak bisa apa-apa karena kakiku ini.
Sophie mendorongku ke meja makan. Disana duduk Aaron, Claire, Jerry dan Brian.
"Ayo kita rayakan kesembuhan Christine dengan bersulang." Kata Brian dengan mengangkat gelas minumannya. Semua mengikuti, hanya aku yang tidak, aku menunduk dalam tanpa berniat mengikuti mereka. Aku merasa semua orang memandangku sekarang.
"Kau baik-baik saja Christine?" Tanya Aaron, suaranya terdengar khawatir.
"Tidak, aku baik-baik saja." Jawabku singkat.
"Lalu kenapa kau diam saja?" Sekarang giliran Sophie yang menanyaiku.
"Maafkan aku, namun aku sama sekali belum merasa sembuh, tidak dengan kakiku ini, tidak dengan segala kerepotan kalian tanpa aku bisa membantu sedikitpun." Ucapku lalu berbalik dan mendorong kursi rodaku kearah taman belakang.Author POV
Semua oranh di meja makan terdiam oleh ucapan Christine. Terlebih Brian yang sekarang menampakkan raut wajah tidak enak. Sophie memandangnya dengan khawatir. Claire dan Jerry sama-sama terdiam.
"Tidak apa-apa, aku akan bicara dengannya, kalian makanlah dulu." Ucap Aaron sambil bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah taman belakang.
"Maaf aku merusak suasana." Ucap Christine, tahu bahwa seseorang berada dibelakangnya.
Aaron duduk disamping Christine tanpa menjawab, dan langsung menggenggam tangannya.
"No, kau berhak mengeluarkan seluruh ganjalan hatimu." Jawabnya sambil tersenyum menenangkan.
"Aku hanya tidak bisa, melihat orang sibuk kesana-kemari mempersiapkan sesuatu hanya karena aku, rasanya tidak berguna." Ucap Christine sambil menutup mata, agar airmatanya tidak mengalir keluar.
"Kau tahu, kami melakukan itu, karena kami menyayangimu, kami peduli padamu. Ketika manusia peduli pada sesamanya. Mereka akan melakukannya dengan sukarela. It's natural." Ucap Aaron sambil bersimpuh dihadapan Christine dan mengelus wajahnya.
"Terlebih aku, aku melakukannya karena aku mencintaimu." Lanjutnya, sambil tersenyum.
Christine tidak mampu menatap wajah Aaron yang kini ada didepannya dan memilih menunduk, namun tangan besar Aaron mengarahkan wajah Christine tepat kehadapannya dan langsung mencium lembut bibirnya. Ia menciumnya dengan begitu lembut, seakan Christine adalah sebuah Kristal berharga paling rapuh didunia.
Aaron melepas ciumannya, dan tertawa geli melihat wajah Christine yang sekarang merah padam.
"Kau ingin masuk sekarang? Mereka pasti menunggu kita." Ucap Aaron, tanpa bisa menyembunyikan senyum gelinya.
"Tidak, tidak dengan wajah ini." Jawabnya sambil memalingkan wajah.
Namun Aaron tidak mendengarkan, dan langsung mendorong kursi roda Christine kembali ke ruang makan.
Semua orang yang ada disana menoleh.
"It's work." Bisiknya pada Brian dan menempatkan Christine di posisinya. Brian hanya mengedipkan sebelah matanya.
"Maafkan aku sudah merusak suasana makan malam ini, maafkan aku Brian, aku sangat kasar." Ucap Christine dengan nada menyesal.
"It's okay, jika kami diposisimu, mungkin kami tidak bisa menahannya. Benarkan?" Ucap Brian diikuti anggukan yang lain.
"Mari lanjutkan makan malam kita." Ucap Sophie.
"Dimana Claire?" Tanya Christine, namun semua orang menggeleng. Baru tersadar bahwa salah satu anggota hilang.
Tiba-tiba suara letupan terdengar dari arah dapur. Jerry bangkit lebih dulu dan berlari kearah dapur.
Namun yang dilihat Jerry adalah seorang Claire yang sedang memegang botol wine yang berbuih.
"Aku menemukannya, kukira ini bisa mencairkan suasana." Ucap Claire sambil tersenyum lebar.
"Kau membuat semua orang panik. I'm Jerry by the way." Jawab Jerry dan mengulurkan tangannya.
"Claire." Ia menjawab dan menerima jabatan tangan Jerry.
"Mau kubantu?" Tanya Jerry.
"Tentu, aku tidak bisa menemukan gelas yang cocok, apa mereka tidak punya gelas wine ya?." Jawab Claire sambil membuka satu persatu rak yang ada di pantri.
"Nah ini dia." Ucapnya ketika Claire berhasil menemukan gelas yang ia cari. Ia menuangkan wine dan meletakannya di nampan. Jerry membantu membawa nampannya ke meja makan.
"Dari mana kau dapat... no... don't say that...." Brian mendadak panik, melihat Jerry membawa nampan berisi gelas-gelas wine.
"Chateau ku." Ucap Brian lemas.
"Ups, maaf, kukira ini milik Christine, jadi kubuka." Claire menatap Brian seolah menyesal, namun rautnya tidak menyesal sama sekali.
"It's okay Brian. Aku akan menggantinya dengan yang lebih baik." Ucap Sophie menenangkan, namun rautnya tampak menahan tawa. Walaupun harga wine itu tidak seberapa. Namun itu adalah wine yang Ia menangkan waktu bertaruh dengan Sophie, saat FIFA 2014.
Aaron hanya bisa menggeleng melihat tingkah Claire, jika sudah berkaitan dengan wine, Ia akan selalu mencari kesempatan untuk mencicipinya. Christine baru saja akan mengambil segelas wine, sebelum tangan Aaron menyambar gelas itu.
"No drinking." Kata Aaron sambil menatap Christine.
"Not fair. Semua teman-teman minum. Kenapa aku tidak?" Tanya Christine membalas tatapan Aaron dengan sebal.
"Kau baru saja pulang dari rumah sakit. Mana bisa kau meminum wine. Cukup ini saja." Aaron menyodorkan segelas air putih kehadapan Christine.
Christine melotot kearah Aaron tidak terima.
"No, I want it!" Ucapnya dan menyambar gelas wine dan meminumnya.
Aaron hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Christine, ia bahagia, mood Christine kembali membaik.
Mereka tertawa dan bersenda gurau, sesekali menjahili satu sama lain. Hingga waktu sudah menunjukan tengah malam. Claire pamit pulang, diikuti Jerry.
"Hey, kau akan pulang sendiri?" Tanya Jerry pada Claire.
"Yup, apartmentku tidak begitu jauh dari sini." Jawab Claire canggung.
"Boleh aku mengantarmu? Aku tidak tenang jika tahu, ada seorang wanita yang berjalan pulang sendiri dimalam hari." Ucap Jerry.
"Nope, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku seorang polisi. See?" Claire menyampirkan coat panjang yang dipakainya, memperlihatkan sebuah pistol yang disimpannya di kantong rahasia.
"I know. Tapi aku memaksa." Ucap Jerry tak menyerah.
"Baiklah. Terserah kau saja." Jawab Claire akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm in love with you, doc!
RomanceHidup Christine berubah setelah kemalangan datang bertubi-tubi. Ayahnya yang meninggal dan hutangnya yang menumpuk. Dan hampir saja kehilangan kehormatannya akibat terlalu percaya. Pikiran Aaron tidak bisa berpaling darinya, deja vu yang datang dan...