"Apa yang kau maksud Jimin oppa? Aku tidah mengerti", ucap Hyeri dengan suara sedikit gugup, tapi ia berusaha menjaga suaranya.
Jimin menatap Hyeri tajam, melihat ke dalam manik mata Hyeri. Pikirannya tidak tenang, ia menyayangi Hyeri begitu pertama kali melihat Hyeri dibawa ke rumah keluarga Kim saat dirinya masih kecil. Bahkan Jimin memperlakukan Hyeri dengan sangat spesial. Tapi kenapa sekarang adik yang disayanginya ini menjauhi dirinya.
"Jawab yang jujur Hyeri~ya!", tegas Jimin. Hyeri menelan ludah, jika Jimin sudah bersikap seperti ini ia tidak akan pergi sebelum mendapatkan jawaban yang ia mau. Akhirnya Hyeri menghela napas panjang dan menyuruh Jimin masuk ke kamarnya.
Jimin duduk di kursi meja belajar Hyeri yang bersebrangan dengan tempat tidurnya. Tatapannya masih menatap Hyeri tajam. Hyeri pun mendudukan dirinya di tempat tidur, menghadap Jimin.
"Aku tidak enak padamu, karena aku tidak pernah tahu kau menyukai Sana. Sedangkan aku terus saja mendorong agar Sana kembali lagi bersama Jin oppa", Hyeri menjawab, tidak sepenuhnya berbohong.
Jimin menatap Hyeri, mencari kebenaran dalam matanya. Tapi adiknya itu menatapnya balik, tidak dapat ia temukan kebohongan di dalam mata Hyeri.
"Terus kenapa kalau aku menyukai Sana? Itu kan perasaanku, kenapa kau yang jadi tidak enak padaku? Aku saja tidak masalah", suara Jimin sedikit tajam. Ia tidak suka jika adiknya bersikap aneh karena perempuan lain. Walaupun dirinya menyukai Sana, tapi Hyeri tetaplah nomor 1, keluarga selalu menjadi prioritas Jimin.
"Iya maafkan aku oppa. Aku hanya dapat merasakan saja apa yang kau rasakan"
"Memang apa yang ku rasakan? Kau sendiri kan belum pernah jatuh cinta"
"Aku tahu rasanya suka sama orang yang menyukai orang lain!", suara Hyeri meninggi. Kenapa sih kakaknya ini sok tahu, kesannya ia gadis kecil yang tidak pernah jatuh cinta. Selama ini ia sudah jatuh cinta pada kakak laki laki nya sendiri, yang mana membuat perasaan Hyeri campur aduk.
"Jadi benar kata Taehyung, kau menangis kemarin karena patah hati? Patah hati dengan siapa? Apa melihatku mengingatkanmu pada orang yang kau sukai?", tanya Jimin, nada suaranya agak melunak.
"Bukan urusanmu! Aku mau suka siapa itu urusanku! Sudah malam, aku lelah oppa. Lebih baik kau keluar. Good night", Hyeri mendorong tubuh Jimin agar keluar dari kamarnya. Jika lebih lama lagi ia takut tidak bisa menahan perasaannya. Perasaan yang selama ini selalu ia pendam dan tutup rapat-rapat.
-----
Tok. Tok.
Suara pintu kamar Hyeri diketuk, Hyeri terbangun, melihat jam di kamarnya. Jam 5 pagi, siapa yang pagi-pagi sudah menganggu tidurnya. Semalam ia baru bisa tidur jam 3 pagi jadi sekarang ia masih sangat mengantuk, apalagi sekarang hari Sabtu.
Ketukan terdengar lagi, kali ini lebih tidak sabaran.
"Tunggu", Hyeri bangun dan mengambil gaun tidurnya. Ia berjalan membuka pintu. Sosok Taehyung sudah berada di depannya, memakai pakaian olahraga.
"Bangun pemalas, ayo kita lari pagi", ajak Taehyung. Hyeri mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Taehyung olahraga pagi. Yang suka olahraga itu Jungkook dan Hoseok.
"Kau kesambet apa oppa?", pertanyaan polos terlontar dari mulut Hyeri.
Taehyung nyengir dan mendorong Hyeri agar ganti baju dan terus mengoceh bahwa olahraga pagi bagus untuk kesehatan.
Hyeri pun mau tidak mau berganti baju dan bersiap-siap lari pagi bersama kakaknya yang ajaib ini.
Selama lari pagi, Hyeri tidak berhenti menguap. Sedangkan Taehyung dengan cerianya menyanyi lagu yang ia dengarkan di earphonenya.
Tak jauh dari taman tempat mereka lari pagi, Taehyung mengajak Hyeri duduk di bangku taman. Membukakan botol minum dan menyuruh adiknya minum dulu.
"Ng, Hyeri sayang", panggil Taehyung sedikit menggantungkan nada bicaranya.
Hyeri menoleh dan melihat kakaknya ini gelisah, Taehyung memainkan jari tangannya.
"Kenapa Tae oppa?"
"Kau menangis kenapa? Bisakah kau ceritakan padaku?", Taehyung memutuskan menanyakan langsung tanpa basa basi.
Hyeri menarik napas, ia tidak menyangka Taehyung akan seniat ini demi menanyakan hal itu padanya. Hyeri berfikir, apakah sebaiknya ia menceritakan yang sejujurnya pada Taehyung atau tidak. Ia percaya pada kakaknya ini, karena Taehyung selalu mendukung dan bahkan membela Hyeri disaat apa pun. Tapi ini adalah hal tabu yang tidak bisa ia ceritakan pada orang lain.
"Mengenai yang kemarin? Aku sedih karena ternyata Jimin oppa menyukai orang yang sama dengan Jin oppa. Mereka sama-sama menyukai Sana dan aku jujur saja jadi tidak tahu harus mendukung yang mana. Jika salah satu tidak mendapatkannya maka mereka akan sedih kan? Aku tidak suka melihat kakak yang aku sayangi sedih", ucap Hyeri, terpaksa berbohong. Walaupun ia tidak sepenuhnya berbohong.
Taehyung mengangguk-angguk mengerti, Hyeri lega. Berbohong pada Taehyung tidak sesusah berbohong pada Jimin. Karena Taehyung tidak sepeka Jimin, walaupun Taehyung perhatian juga.
"Itu urusan mereka bertiga, aku yakin Jimin tahu yang terbaik", ucap Taehyung menepuk pundak Hyeri menenangkannya.
"Apakah aku boleh memberitahu Yoongi hyung? Karena ia sangat khawatir melihatmu menangis seperti kemarin", tanya Taehyung setelah beberapa saat. Hyeri menatap Taehyung, seperti nya kebohongan yang ia ceritakan akan menjadi rahasia publik. Hyeri mengangguk.
Terkadang berbohong demi kebaikan diperlukan.
*****
Hihihi updatenya lama yaaa..mianhee~ semoga tetep suka ya.. masukan ditampung yaaaa~
-H-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Bulletproof [BTS FF | ✔]
FanfictionKim Seok Jin Anak sulung dari 7 bersaudara, bekerja sebagai Dokter sebuah RS swasta. Min Yoongi Anak kedua yang pendiam dan merupakan produser lagu. Kim Namjoon Anak ketiga dan bekerja sebagai jaksa umum. Sifatnya serius tapi terkadang manis. Jung H...