Sana: Eodiya?
Jimin menghela napas membaca pesan yang hanya berisi satu kata dari Sana. Kenapa sih gadis ini masih membuatnya berdebar. Jimin men-scroll pesan Sana, tidak pernah sedikit pun Jimin membalas pesan gadis keturunan Jepang itu semenjak ia putus dengan Jin.
"Jimin ah~", panggil seorang gadis berambut panjang cokelat sepundak pada Jimin. Jimin menengok ke belakang dan tersenyum dengan eye smile nya melihat Sana berlari menghampirinya.
"Kau mau kemana?", tanya Sana pada teman sekelasnya. Ia merupakan teman sekelas Jimin semenjak sekolah menengah pertama (SMP). Sana yang merupakan murid pindahan dari Jepang masuk ke kelas Jimin dan langsung akrab dengannya, karena sifat Jimin yang supel membuat Sana nyaman berada disampingnya.
"Aku mau pulang", ucap Jimin menunggu Sana berjalan disebelahnya.
"Aku ikut ya. Kebetulan aku mau ketemu Hyeri chan", Sana menggandeng lengan Jimin santai.
Jimin mengangguk.
Hyeri sudah pulang dari sekolah dan sedang membantu Jin memasak di dapur, Jimin menghampiri saudaranya dan memberitahu bahwa Sana datang main. Hyeri lantas berlari memeluk Sana. Ia dekat dengan Sana seperti Jimin dekat dengan Sana. Jin tersenyum melihat Sana dan menyuruhnya duduk dulu di ruang keluarga sementara ia menyiapkan makanan.
Jimin pamit ke kamar untuk berganti baju, saat ia keluar sehabis mandi dan berganti pakaian, ia melihat Jin dan Sana sedang berbicara berdua di taman belakang rumah.
Jin memegang tangan Sana dan menatap temannya itu lembut. Jimin tadinya ingin menghampiri mereka sampai ia mendengar kata-kata Jin.
"Maukah kau menjadi pacarku?".
Jimin terpaku di tempat ia berdiri, melihat pemandangan di hadapannya di balik tembok. Ternyata Sana ke rumahnya bukan untuk menemui Hyeri melainkan untuk bertemu dengan Jin.
Sana mengangguk dan saat itulah dunia Jimin runtuh.
"Oppa", panggil Hyeri.
Jimin menatap Hyeri bingung, ah iya ia sedang bersama Hyeri ingin mengantarnya belanja hadiah untuk Yoongi. Tapi karena pesan Sana, ia jadi teringat kenangan menyakitkan yang selalu berusaha ia lupakan.
"Kau menangis?", tanya Hyeri mengusap air mata yang tanpa Jimin sadari menetes di pipinya.
Jimin menggeleng.
"Mataku kelelahan", ucapnya berbohong. Hyeri menatap Jimin tidak percaya. Kakaknya ini walaupun terlihat paling supel tapi paling tertutup di antara kakaknya yang lain.
"Kau kenapa?", tanya Hyeri lembut.
"Ayo, aku antar kau ke Lotte dan biarkan Yoongi hyung menjemputmu", ucap Jimin mengalihkan pembicaraan. Hyeri tahu ia tidak akan pernah tahu apa yang membuat kakaknya ini menangis. Mungkin ia akan meminta Yoongi atau Taehyung untuk bertanya pada Jimin nanti.
-----
Yoongi menghampiri Hyeri yang membawa kado yang terbungkus rapi di dadanya.
"Kado untuk siapa?", tanya Yoongi pada Hyeri, rasanya ia ingin merutuki kebodohannya sendiri karena minta dijemput oleh Yoongi. Padahal sudah bagus tadi ia diantar oleh Jimin.
"Ada deh, nanti kuberitahu jika sudah waktunya. Oppa akan tahu sendiri kok", ucap Hyeri tidak menjawab pertanyaan Yoongi. Hyeri menggandeng lengan Yoongi.
"Oppa, kau kurusan ya?", tanya Hyeri ia memegang lengan atas Yoongi yang kecil, hampir seukuran lengannya.
"Bukan aku yang kurusan tapi kau yang menggemuk", ledek Yoongi dengan senyum sinisnya.
Hyeri mencubit lengan kakak laki laki nya itu, Yoongi pun mengaduh kesakitan tapi ia tersenyum manis.
-----
Jimin terduduk di kamarnya. Ia masih memandang chat dari Sana yang tidak ia balas. Sana tidak pernah menelponnya, walapun pesannya selalu diacuhkan oleh Jimin. Sesungguhnya Jimin menunggu telpon Sana, meminta bertemu dengannya, membutuhkannya.
Tring.
Terkejut, Jimin nyaris saja melempar handphone yang sedang dipegang olehnya. Ia melihat pengirim pesan tersebut, Seulgi, gadis yang saat ini menjadi teman kencannya.
Ia pun menelpon Seulgi.
"Ne, Jimin ah~. Kau dimana?", tanya Seulgi begitu mengangkat telpon dari Jimin.
"Di rumah. Aku tidak enak badan, maaf ya tidak jadi bertemu setelah mengantar Hyeri", ucap Jimin meminta maaf.
"Ah, gwaenchanha. Aku juga sudah dijemput oleh Siwan Ia yang menemaniku kencan malam ini. Apa kau cemburu?", pancing Seulgi. Gadis cantik itu selalu merasa bahwa Jimin tidak benar-benar tertarik padanya.
Jimin tertawa mendengar pertanyaan bodoh Seulgi, ia paling anti terlibat drama. Apalagi berkaitan dengan perempuan.
"Tidak. Kau bebas berkencan dengan siapa saja. Baiklah, aku tidur dulu", Jimin pun menutup telponnya dan merebahkan diri di kasur.
"Jiminie!", teriak Jin dari ruang keluarga. Jimin langsung terduduk dan berdiri keluar kamar.
"Ada apa hyung?", tanya Jimin dengan napas terengah-engah karena sedikit berlari.
"Tidak apa-apa, kemana Hyeri?", tanya Jin menepuk tangannya ke kursi agar Jimin duduk di sebelahnya.
Jimin pun duduk di sebelah Jin dan menjawab, "tadi aku menurunkannya di Lotte. Dia dijemput Yoongi hyung tadi sebelum aku meninggalkannya".
"Kenapa kau menggoda Hyeri? Memberitahunya bahwa Jungkook punya pacar", tanya Jin.
Jimin mengangkat bahu, "tidak tahu. Tapi aku merasa Hyeri menyukai Jungkook lebih dari kakak. Dan aku rasa Jungkook pun menyukainya, tapi Jungkook tidak pernah cerita padaku. Jadi aku juga tidak bertanya", ucap Jimin menyuarakan apa yang selama ini ia lihat.
Jin menatap Jimin terkejut.
*****
Aaahh mian. Updatenya lama dan sedikit..hehehhee
Maklum masih jadi pengantin baru~ semoga tetep suka ceritanya yaa..💕-H-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Bulletproof [BTS FF | ✔]
FanfictionKim Seok Jin Anak sulung dari 7 bersaudara, bekerja sebagai Dokter sebuah RS swasta. Min Yoongi Anak kedua yang pendiam dan merupakan produser lagu. Kim Namjoon Anak ketiga dan bekerja sebagai jaksa umum. Sifatnya serius tapi terkadang manis. Jung H...