Bruk.
Tubuh Jin menabrak seseorang di rumah sakit. Ia langsung refleks menahan tangan gadis yang di tabraknya. Dirinya memang salah, ia terburu-buru karena harus visit ke pasien gawat.
"Kau tidak apa-apa?", tanya Jin pada perempuan bertubuh mungil di hadapannya. Sekilas ia mirip seseorang yang dikenalnya. Tapi wajahnya tertutup rambut panjang sehingga Jin tidak dapat melihat dengan jelas.
"Aku baik-baik saja Jin oppa", ucap Sana. Jin langsung melepaskan tangannya yang masih memegang lengan Sana.
"Kau --", Jin menggantungkan pembicaraannya, tidak jadi melanjutkan. Ia langsung meninggalkan Sana dan bergegas keruangan pasien yang harus di visit olehnya.
Sana terdiam memandang sosok Jin yang semakin menjauh.
-----
Sana PoV
Hari ini aku ke RS karena ingin menemui Jin oppa, aku harus menjelaskan alasanku meninggalkannya dulu. Aku tidak ingin seperti ini dengannya. Aku pun melangkah gontai ke arah kursi, menunggu Jin menyelesaikan pekerjaannya. Aku melihat handphoneku, Jimin tidak pernah membalas pesan yang ku kirimkan. Aku tidak tahu kenapa Jimin menjauhiku. Padahal ia adalah sahabatku dan aku membutuhkan sarannya.
Sosok laki laki bertubuh tinggi dengan rambut cokelat dan mengenakan jubah putih lewat di hadapanku. Aku pun langsung berdiri dan menghentikannya, aku dapat melihat wajah Jin oppa yang memucat dan wajah nya langsung berubah dingin. Wajah yang aku tidak sangka akan aku lihat dari dirinya.
Suaraku tidak keluar, padahal aku sudah memberanikan diri untuk mendatangi tempat kerjanya. Tapi tatapan dingin Jin membuat nyali ku menciut, aku takut, takut dibenci oleh orang yang sangat aku sayangi ini.
"Oppa--", suaraku menghilang. Jin tidak mau menatapku, ia tetap memandang ke depan tapi tidak juga meninggalkan ku, jadi aku memberanikan diri lagi untuk berbicara padanya.
"Oppa, bisakah kita bicara sebentar?", ucapku akhirnya menatap Jin penuh harap. Jin melihat ke arahku dan mengangguk kecil, memintaku mengikutinya.
-----
Jimin berjalan ke arah RS tempat Jin bekerja, Hyeri menitipkan makanan untuk Jin, karena hari ini Jin tidak akan pulang. Jadi Hyeri pun meminta Jimin mengantar bekal untuk Jin.
Begitu sampai lobby RS, Jimin melihat kakaknya berjalan ke arah taman rumah sakit, Jimin baru saja mau memanggil Jin saat ia melihat sosok yang dia sangat kenal mengikuti Jin dari belakang. Refleks, Jimin menunduk dan menyembunyikan diri.
Jin dan Sana berjalan ke arah taman, Jimin pun mengikuti dari belakang. Berusaha agar tidak ketahuan oleh mereka berdua.
Tiba-tiba Jin berhenti di salah satu tempat duduk dan seperti menyuruh Sana untuk duduk dan ia sendiri pun duduk saat Sana sudah duduk.
Jimin pun berusaha sedikit mendekat, tanpa ia sadari ia penasaran apa yang di bicarakan oleh mereka berdua. Apalagi setau dirinya Jin sudah tidak mau bertemu dengan Sana.
"Oppa, apakah kau membenciku?", suara Sana yang lembut terdengar, membuat dada Jimin bergetar seketika. Ah, betapa ia merindukan gadis itu.
Jimin dapat melihat Jin menoleh ke arah Sana, "tidak. Aku tidak membencimu", jawabnya singkat.
"Tapi kenapa kau menghindariku? Apa salahku?", tanya Sana lagi, kali ini suaranya agak bergetar seperti menahan air mata.
Jimin mengintip dari balik pohon, karena ia lama tidak mendengar respon Jin. Jimin dapat melihat Jin tetap memandang ke depan. Wajahnya sedikit kaku.
"Kau telah menyakitiku, kau meninggalkanku", jawab Jin akhirnya.
"Tapi kan kau tahu alasannya. Aku --"
"Karena kau harus pulang ke negara asalmu? Lalu buat apa kau sekarang kembali ke Seoul? Hah?", Jin memotong ucapan Sana.
Sana terdiam, "karena aku masih ingin bersama mu lebih lama".
Hati Jimin rasanya mencelos, gadis itu masih mencintai Jin. Layaknya dirinya yang masih mencintai Sana. Akhirnya Jimin tidak kuat lagi dan beranjak pergi.
Jimin menitipkan makanan pada suster jaga yang ada disitu, para suster menatapnya dengan tatapan kagum. Ya, keluarga Kim terkenal dengan ketampanan anak laki-laki nya.
-----
"Jiminie, ada apa denganmu?", tanya Taehyung menjatuhkan dirinya ke kursi disamping Jimin.
Raut wajah Jimin yang sendu membuat Taehyung tidak tega. Karena itu saat ia melihat Jimin , Taehyung langsung menanyakannya.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja. Begini toh rasanya patah hati dengan orang yang sama", ucap nya.
Taehyung melihat ke arah Jimin. Taehyung pernah tahu Jimin menyukai satu perempuan semenjak SMA. Tapi ia tidak tahu siapa, padahal ia satu SMA dengan Jimin.
"Aku belum pernah jatuh cinta jadi aku tidak tahu bagaimana rasanya, tapi kenapa kau tidak mencoba mengejarnya?", Taehyung mencoba bersikap bijak. Padahal ia tidak pernah merasakan rasanya jatuh cinta, baginya saat ini kuliahnya dan keluarga nomor satu.
"Tidak bisa, jika ia menjadi milik saudaramu", jawab Jimin tanpa sadar. Taehyung menoleh ke arahnya, siapa yang dibicarakan Jimin? Apakah Hyeri? Tapi masa sih Jimin suka juga sama Hyeri? Seperti Jungkook. Wah, bisa gawat ini, pikir Taehyung.
"Kau tidak boleh menyukai adikmu sendiri. BODOH!", Taehyung mengetuk kepala Jimin pelan.
Jimin membuka mulutnya mendengar ocehan Taehyung yang tidak masuk akal, anak ini dapat ide gila dari mana kalau ia suka Hyeri. Jimin pun melayangkan tangannya ke arah kepala Taehyung dan memukul nya.
"Kau yang bodoh! Siapa yang bilang aku suka Hyeri? Bodoh", Jimin bangun dari kursi dan meninggalkan Taehyung yang menggosok-gosokan kepalanya yang dipukul Jimin. Saudaranya itu memukulnya sungguh-sungguh.
-----
Hyeri mendengar pembicaraan Taehyung dan Jimin, hatinya mencelos. Ternyata kakaknya suka dengan Sana. Dan payahnya, Hyeri tidak menyadari itu. Mungkin karena Jimin terbiasa dekat dengan perempuan jadi Hyeri tidak menyadari kalau gelagat Jimin terhadap Sana itu aneh. Aneh karena mereka menjadi jauh semenjak Sana pacaran dengan Jin, apalagi setelah putus. Dan bodohnya ia tidak bertanya pada Jimin, kenapa menjauhi Sana. Hyeri pikir Jimin sama seperti saudara nya yang lain. Menjauhi Sana karena mencoba tenggang rasa dengan Jin.
Tangan Hyeri memegang dadanya, ternyata ini rasanya benar-benar patah hati. Selama ini ia biasa saja setiap melihat Jimin dekat dengan wanita manapun, karena ia tahu Jimin tidak serius. Tapi kali ini berbeda, Jimin serius menyukai Sana. Dan itu membuat hatinya sakit.
Sebenarnya sudah lama Hyeri menyukai Jimin, bukan karena sikap Jimin yang playboy dan jago merayu wanita. Tapi karena Hyeri tahu kakaknya itu benar-benar seperti seorang malaikat. Sifatnya yang baik dan perhatian pada keluarga Kim yang lain serta dirinya, membuat Hyeri tidak bisa menganggapnya seorang kakak. Selama ini dirinya sangat pandai menyembunyikan perasaanya, sehingga ia bisa bersikap biasa saja pada Jimin.
"hey! Sedang apa kau bengong di situ?", tanya Yoongi menepuk pundak Hyeri.
Hyeri menoleh dan tanpa ia sadari air mata mengalir di pipinya. Yoongi langsung terkejut melihat Hyeri menangis, mengusap pelan pipi Hyeri dan memeluknya.
"Ada apa Hyeri~ah?", tanya Yoongi lembut. Hyeri malah makin terisak dibuatnya. Taehyung yang mendengar suara dari ruang tamu pun masuk dan melihat Hyeri yang menangis dipelukan Yoongi.
"Ya! Yoongi hyung! Apa yang kau lakukan pada Hyeri? Aku adukan pada Jin hyung dan yang lain nih. Kau membuat Hyeri menangis", teriak Taehyung.
Yoongi melempar sendal yang digunakannya dengan kaki ke arah Taehyung, "siapa yang bikin nangis? Kau itu kebiasaan deh, sok tahu!", kesal Yoongi. Taehyung pun nyengir dan bertanya kenapa Hyeri menangis, Yoongi hanya mengangkat bahu. Taehyung pun menghampiri mereka dan ikut menenangkan Hyeri.
*****
Uhhhhhhhhh, dipeluk daegu boys.......mauuuuuuuuuuuuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Bulletproof [BTS FF | ✔]
FanfictionKim Seok Jin Anak sulung dari 7 bersaudara, bekerja sebagai Dokter sebuah RS swasta. Min Yoongi Anak kedua yang pendiam dan merupakan produser lagu. Kim Namjoon Anak ketiga dan bekerja sebagai jaksa umum. Sifatnya serius tapi terkadang manis. Jung H...