Suasana taman sepi, Hyeri berdiri di sebelah bangku taman. Ia menunggu Hyungsik. Setelah berfikir selama beberapa minggu Hyeri sudah memutuskan apa yang akan dia katakan pada Hyungsik. Ia sudah berfikir, ternyata perasaan berdebarnya pada Hyungsik hanya sesaat, ia merasakan itu karena ia merasa senang ada laki-laki yang berani meminta izin pada kakak‐kakaknya. Dan ia melihat sifat Taehyung dan Hoseok pada diri Hyungsik sehingga ia mengira itu karena ia nyaman dan menyukai Hyungsik. Apalagi ia sedang fokus melupakan Jimin.
Setelah Hyeri berusaha menelaah yang ia rasakan, ia memutuskan ia tidak akan memberi harapan palsu pada Hyungsik. Saat ini ia tidak bisa fokus kepada laki-laki lain. Ia harus menyelesaikan masalah dikeluarga Kim. Terutama perasaannya pada Jimin dan perasaan Yoongi padanya. Ia tidak boleh melibatkan orang luar.
Sosok laki-laki yang memakai pakaian olahraga dan bertubuh tinggi menghampiri Hyeri.
"Maaf, kau lama menunggu ya?", tanya Hyungsik begitu berdiri dihadapan Hyeri. Hyeri menggeleng.
"Ada apa? Kenapa kau menghindariku beberapa hari ini?", tanya Hyungsik langsung tanpa basa basi. Sikapnya ini yang sempat membuat hati Hyeri goyah. Ia suka sikap Hyungsik yang tegas dan apa adanya.
"Duduk dulu, kau baru saja sampai langsung saja menodong ku dengan pertanyaan", Hyeri berusaha bercanda.
Mereka berdua duduk berdampingan di kursi, Hyeri menarik napas panjang. Ia sudah bulat dan siap menerima konsekuensinya saat memanggil Hyungsik.
"Jadi begini Hyungsik~ah, aku saat ini tidak bisa dekat dengan laki-laki lain. Ada yang harus ku selesaikan terlebih dahulu", Hyeri memulai penjelasannya.
"Kenapa? Aku pikir kamu menyukaiku", Hyungsik berkata dengan percaya diri.
Aku memang menyukaimu, tapi saat ini aku tidak mau membuat semua runyam dengan membawamu ke dalam masalahku. Apalagi aku belum yakin apakah aku benar-benar menyukaimu atau tidak, teriak Hyeri dalam hati.
"Kau benar, aku pikir aku menyukaimu, tapi ternyata itu karena aku kagum pada keberanianmu dan aku suka sikap tegas dan apa adanya dirimu. Tapi hanya sampai situ saja. Saat ini dihatiku masih ada laki-laki lain", Hyeri berusaha jujur, ia ingin menghargai Hyungsik yang telah jujur padanya.
Hyungsik diam, Hyeri pun melanjutkan kembali, "aku tidak minta kau mengerti, tapi saat kau mendekatiku aku memang sedang berusaha melupakan laki-laki ini. Tapi aku tidak mau menjadikanmu pelarian dan lagi ada laki-laki lain yang menyayangiku dan aku tidak mau menyakiti hatinya".
"Aku tidak peduli kau menjadikanku pelarian, karena aku yakin kamu pasti akan jatuh hati juga padaku", Hyeri tertegun mendengar perkataan Hyungsik.
"Tapi aku tidak bisa. Aku tidak mau menyakitimu dengan keadaanku saat ini", Hyeri nyaris menjerit putus asa. Kenapa sih Hyungsik harus keras kepala?
"Baiklah jika itu maumu, tapi kau harus tahu, aku akan tetap menunggumu, jika kau berubah pikiran kau bisa menghubungiku kapan saja", Hyungsik menepuk bahu Hyeri dan beranjak bangun.
"Ah, aku lupa, sepertinya teman-temanmu sedih karena kau tidak menceritakan pada mereka apa yang sedang kau alami. Ingat Hyeri~ya, kau tidak sendiri", Hyungsik pun berlalu meninggalkan Hyeri sendiri.
-----
Suara handphone Namjoon berbunyi saat ia sedang sibuk berkutat dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya. Ia mengabaikan pesan itu, karena ia pikir itu pasti bukan pesan penting.
Handphone Namjoon berbunyi kembali, kali ini nada telpon masuk. Ia melihat layar, nama Hyeri tertera. Namjoon pun langsung mengangkat telponnya.
"Halo adik kecil, ada apa? Tumben kau menelponku", Namjoon mengangkat telpon dan memakai earphone, ia tetap sibuk membolak balikan berkas.
"Kau tidak baca pesanku?", tanya Hyeri dengan nada merajuk.
Namjoon pun membuka pesan yang dikirim Hyeri.
From: Hyeri dongsaeng
Subject: Tolong aku!
Namjoon oppa, kau dimana? Aku butuh bantuanmu. Aku bisa gila kalau begini terus."Ya! Kau kenapa?", tanya Namjoon dengan nada khawatir.
"Akhirnya kau baca juga. Aku butuh bantuanmu oppa. Aku benar-benar sudah tidak tahu harus bagaimana", rengek Hyeri.
"Kau dimana? Kau ke kantorku saja", ucap Namjoon.
"Aku baru pulang sekolah. Baiklah aku ke sana-"
"Tunggu kau naik apa kemari?", Namjoon memotong ucapan Hyeri.
"Naik bus lah, naik apalagi?"
"Tidak ada yang bisa menjemputmu?"
"Aku kan sedang ngekos oppa, jadi tidak ada yang antar jemput aku"
"Ah, aku lupa. Baiklah kau tunggu disitu, aku akan minta Jimin menjemputmu dan mengantarmu kemari"
"Tidak, tidak. Aku berangkat sendiri saja, aku bisa oppa, aku bukan akan kecil lagi", Hyeri frustasi, kenapa kakaknya tidak ada yang percaya ia bisa mandiri.
Namjoon terdiam sebentar kemudian mengiyakan permintaan Hyeri dan memintanya berhati-hati.
-----
Hyeri datang dengan pakaian sekolah. Ia masuk ke dalam ruangan kerja Namjoon. Ia bisa melihat kesibukan Namjoon dibalik tumpukan kertas yang berada di mejanya.
"Kau sudah datang, tunggu sebentar ya. Aku selesaikan ini dulu, kau duduk saja di meja situ", Namjoon masih bekerja tanpa melirik sedikit pun ke Hyeri. Ia harus menyelesaikan ini dulu supaya ia bisa fokus ke cerita Hyeri.
15 menit kemudian, Namjoon meletakan pulpennya dan menumpuk kembali kertas yang ia tulis. Ia berjalan ke arah Hyeri yang saat itu hanya melihat-lihat ruangan Namjoon yang penuh buku dan berkas-berkas.
"Baiklah sekarang kau bisa cerita", Namjoon duduk dihadapan Hyeri. Hyeri merasa seperti sedang berdiskusi dengan Jaksa Namjoon bukan dengan kakaknya. Tapi ia tidak peduli, ia benar-benar butuh saran dari Namjoon.
Hyeri pun menceritakan yang sedang ia alami dan rasakan hanya saja ia menceritakan seolah-olah itu adalah temannya. Ia tidak ingin Namjoon mengetahui hal ini. Sudah cukup rumit semua tanpa harus ditambah lagi dengan Namjoon yang mengetahui semuanya.
"Hm, cukup rumit juga ya. Jadi temanmu anak angkat dan kakaknya menyatakan perasaan dia pada temanmu?", Namjoon bertanya untuk memastikan kembali ia menangkap dengan benar cerita Hyeri. Hyeri mengangguk.
Namjoon bisa merasakan bahwa gadis yang diceritakan Hyeri adalah dirinya sendiri, tapi ia akan bermain seperti yang Hyeri inginkan. Namjoon tidak menyangka ternyata keluarganya memiliki masalah seperti ini. Namjoon menghela napas sebelum menjawab dan memberikan saran pada Hyeri. Ia ingin yang terbaik untuk semua.
"Kau tahu apa yang terpenting saat ini? Bukan membuat semua orang senang, tapi yang terbaik buat temanmu. Saranku, temanmu harus mengikuti kata hatinya, tidak perlu takut menyakiti orang lain karena itu adalah proses pembelajaran diri", Namjoon diam sejenak. "Aku yakin apapun keputusan temanmu kakaknya akan bisa menerima itu. Karena selama ini dia bisa kan menjadi kakak yang baik. Dan tenang saja, luka akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu, tidak cepat tapi perlahan dan pasti".
Hyeri terdiam mendengar ucapan Namjoon. Ia sekarang yakin dengan keputusannya. Selama hidup sendiri, Hyeri sudah memikirkan semuanya dan kata-kata Namjoon menguatkan Hyeri agar berani melangkah. Memang tidak salah ia meminta saran dari Namjoon.
*****
-H-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Bulletproof [BTS FF | ✔]
FanfictionKim Seok Jin Anak sulung dari 7 bersaudara, bekerja sebagai Dokter sebuah RS swasta. Min Yoongi Anak kedua yang pendiam dan merupakan produser lagu. Kim Namjoon Anak ketiga dan bekerja sebagai jaksa umum. Sifatnya serius tapi terkadang manis. Jung H...