"Kau yakin dugaanmu tidak salah?", tanya Jin pada adik laki laki nya. Jimin memang lebih peka dibanding keluarga Kim yang lain.
"Tidak sih, kalo Hyeri aku belum yakin, tapi kalo mengenai Jungkook aku yakin sekali", ucap Jimin yakin.
"Ada apa denganku?", tanya Jungkook yang tiba-tiba muncul di belakang mereka.
Jin dan Jimin serempak berkata, "aniya", dan menggelengkan kepala.
Jungkook menjatuhkan bokongnya di kursi sebelah Jimin, membuat mereka bertiga duduk berdempetan.
"Ya! Sempit", dorong Jin pada Jungkook, tangannya melalui tubuh Jimin. Jimin pun refleks mundur dan tertawa.
"Kalian membicarakan aku ya?", tanya Jungkook menyipitkan matanya curiga.
"Kau percaya diri sekali. Ngapain kita membicarakanmu, ya kan Chim?", Jin memasang muka menyebalkan pada Jungkook.
"Kau baru pulang?", tanya Jimin pada Jungkook berusaha mengalihkan pembicaraan. Jungkook mengangguk dan merebahkan pundaknya pada senderan kursi.
Jin pun bangun dan bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk adik-adiknya. Jujur saja, ia penasaran bagaimana Jimin bisa berfikir seperti itu tentang Jungkook dan Hyeri. Tapi ia masih bisa bertanya besok pada Jimin.
"Ya hyung! Kau bicara apa tadi dengan Jin hyung?", tanya Jungkook pada Jimin saat mereka sudah berdua.
"Tidak ada apa-apa", ucap Jimin masih mengalihkan pembicaraan.
Jungkook pun menghela napas, "terus bagaimana dirimu melihat Sana di Seoul lagi?", tanya Jungkook. Ia tahu Jimin menyimpan rasa pada Sana, mantan kekasih Jin.
Jimin terkejut dan melihat ke arah Jungkook, tapi ia berusaha mengatur ekspresinya, sayang nya tatapannya sudah tertangkap oleh Jungkook.
"Apa yang kau bicarakan. Aku tidak paham", elak Jimin memandang ke depan. Jantungnya seakan sempat berhenti saat Jungkook bertanya seperti itu.
"Aku tahu dan aku pun tahu kau membicarakan perasaanku pada Hyeri tadi", ucap Jungkook pelan.
"Kau?", ucap Jimin terkejut, setengah tidak percaya. Adiknya yang cuek ini bisa tahu mengenai perasaannya.
Senyum lemah menghiasi wajah Jungkook, "aku tahu karena caramu memandang Sana sama seperti caraku memandang Hyeri".
-----
Taehyung berjalan di kampusnya sendiri. Ia tidak melihat Jimin hari ini, katanya sih saudaranya itu ingin pergi ke suatu tempat.
Tring.
Taehyung melihat handphonenya, ia melihat nama Hyeri di layar dan membuka pesan dari adik bungsu nya itu.
Hyeri: oppa~ dimana? Aku rindu~
Taehyung tersenyum membaca pesan Hyeri, si bungsu berbadan besar.
Taehyung menelpon Hyeri.
"Hyeri~ah", sapa Taehyung begitu mendengar suara Hyeri di seberang.
"Kau dimana oppa? Hari ini tidak ada yang menjemputku. Dan aku tahu hari ini kau membawa mobil Jin oppa kan. Jemput aku", ucap Hyeri merengek.
"Iya iya. Tapi aku masih ada kuliah lagi nanti sore. Kau mau menemaniku?", tanya Taehyung.
Diam sejenak di seberang. Taehyung tahu bahwa adiknya sedang berfikir. Tapi ia tahu Hyeri, pasti gadis itu akan mengiyakan ajakannya. Apalagi bisa berada di kampus yang diinginkannya.
"Baiklah~", ucap Hyeri akhirnya. Taehyung tersenyum, sudah tahu jawaban Hyeri.
-----
Hyeri duduk di kantin sementara Taehyung berada di depannya. Tae sibuk dengan buku gambarnya, ada tugas yang ingin ia sempurnakan sebelum nanti dikumpulkan.
"Oppa kalau aku masuk jurusan tari seperti Hoseok oppa bagaimana?", tiba-tiba Hyeri bertanya.
Selama ini ia selalu menyukai tari, tapi ia lebih suka tari tradisional dibanding tari moderen. Tapi karena ia takut keinginannya ditentang oleh Jin ia tidak pernah memikirkan mimpinya.
Jin selalu memarahi kakaknya Hoseok, dia nyaris tidak lulus saat SMA karena kesibukannya dengan tari. Padahal menurut Hyeri Hoseok merupakan penari yang sangat berbakat dan itu membuatnya bangga menjadi adik Hoseok.
Taehyung melihat ke arah Hyeri, "kau mau masuk jurusan tari?", tanya nya memainkan rambut Hyeri yang terkena angin.
Hyeri mengangguk, ia ingin menari, tari tradisional. Apalagi jika ia bisa keliling dunia sekaligus mempromosikan tarian tradisional Korea Selatan.
"Coba saja kalau memang minat mu disitu, sayangku", Hyeri tersenyum mendengar Taehyung mendukungnya. Ia tahu kakaknya yang satu ini pasti selalu mendukungnya.
"Menurutmu Jin oppa akan mendukungku?", tanya Hyeri sedikit ragu.
Taehyung tertawa dan mengacak-acak rambut adik perempuannya ini. "Kau meragukan rasa sayang Jin hyung padamu? Ia akan selalu mendukungmu asal itu positif. Tidak usah Jin hyung, kami semua akan selalu mendukungmu", ucap Taehyung.
Hyeri berdiri dan pindah tempat duduk di samping Taehyung, memeluk lengan Taehyung dan menyenderkan kepalanya di pundak Taehyung.
"Terima kasih Tae oppa, aku beruntung keluarga Kim mengadopsiku", ceplos Hyeri. Ia tidak sadar bahwa ia mengatakan hal yang harusnya tidak ia katakan, kakak kakaknya tidak ada yang tahu bahwa dirinya tahu kalau ia adalah anak adopsi.
Taehyung menoleh ke arah Hyeri, memegang kepala Hyeri dan menghadapkan ke arahnya.
"Apa kau bilang?", tanya Taehyung, meyakinkan pendengarannya.
Hyeri yang masih tidak paham apa yang terjadi melihat Taehyung dengan bingung.
"Kau bilang apa tadi? Beruntung diadopsi? Apa yang kau katakan?", suara Tae agak sedikit panik.
Wajah Hyeri memucat, matanya melebar. Sial, aku keceplosan, ucap nya dalam hati.
Hyeri menundukan kepalanya, ia tidak berani memandang Taehyung.
"Sejak kapan kau tahu?", tanya Tae lagi akhirnya, ia berfikir percuma pura-pura tidak tahu. Toh nyatanya gadis yang kecilnya selalu ia gendong di hadapannya ini sudah mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
"Sudah lama", jawab Hyeri, masih tidak berani menatap Taehyung dan mengarahkan pandangannya ke bawah.
"Lalu bagaimana perasaanmu?", tanya Taehyung hati-hati.
Hyeri melihat ke arah kakaknya, mata cokelat tua Taehyung menatapnya sedikit sedih. Taehyung tidak marah ataupun menyembunyikan hal itu tapi malah bertanya bagaimana perasaan Hyeri. Hyeri pun melingkarkan tangannya di sekeliling tubuh Taehyung, memeluknya.
"Tentu saja aku tetap menganggap kalian kakakku. Kalian adalah keluarga terbaik yang bisa aku dapatkan. Sepertinya dulu aku pernah menyelamatkan sebuah negara sehingga bisa mempunyai keluarga seperti kalian", ucap Hyeri tertahan.
"Aku -", Tae tidak melanjutkan kata-katanya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa mengusap pucuk kepala Hyeri.
Ternyata adiknya sudah tahu dan tetap masi menyayangi mereka layaknya keluarga. Ternyata dugaan Yoongi dan Jimin selama ini keliru.
*****
Huaaaahh. Aku yang baper nulis Taehyung peluk-peluk. Hahahaha ditunggu masukkan dan saran ya..
-H-
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are Bulletproof [BTS FF | ✔]
Fiksi PenggemarKim Seok Jin Anak sulung dari 7 bersaudara, bekerja sebagai Dokter sebuah RS swasta. Min Yoongi Anak kedua yang pendiam dan merupakan produser lagu. Kim Namjoon Anak ketiga dan bekerja sebagai jaksa umum. Sifatnya serius tapi terkadang manis. Jung H...