"tadi pagi, kau kekantorku?" gadis itu terdiam.
Hei! apa yang harus dikatakannya?bukankah ini salahnya juga, tak menghubungi lelaki dihadapannya ini, sebelum datang?
Apakah lelaki itu, akan memarahinya?memakinya? atau mengumpat-i nya?
"hyun, kau beneran datang kekantorku?" tanya lelaki itu lembut. Lelaki sejati tak akan pernah memaki, ataupun membuat gadisnya menangis. Eak. Tapi, yang kemarin khilaf. Hehe.
"iya." jawab gadis itu, singkat.
"kapan? dan kenapa tidak masuk langsung, keruanganku?" pertanyaan chanyeol membuat so hyun terdiam.
"hyun." panggil chanyeol sekali, lagi.
Entah kenapa, sekarang so hyun malah merasa suka mendengar, nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya itu, keluar dengan mulus dari, bibir cherry chanyeol.
"kenapa? apa kau ingin memarahiku?menyuruhku tak perlu lagi, datang kekantormu?" chanyeol mengernyitkan, dahinya.
"sudahlah. kurasa kau juga tak ingin, mendengar kapan aku datang." gadis itu, membalikkan badannya, dan berniat pergi.
Namun tangan kekar chanyeol berhasil, menahannya.
"tunggu, aku ingin dengar kapan kau datang. sungguh."so hyun membalikkan dirinya, kembali.
"saat kau sedang bercumbu mesra dengan, pujaan hatimu itu." chanyeol membelalakkan kedua matanya, terkejut. Haduh, dia tercyduck?
"tidak hyun, itu tidak seperti yang kau fikirkan, ah maksudku..." kenapa lelaki itu, gelagapan saat menjawabnya? seharusnya dirinya tak perlu, sepanik itu kan?
Yang berada dihadapannya ini, hanya seorang so hyun. Gadis yang dihamili olehnya, bukannya seorang ibu negara yang menikahi sang presiden yang berbudi luhur, baik, rajin menabung dan tidak sombong.
Bukankah begitu? Lalu, kenapa chanyeol harus bertingkah, berlebihan seperti ini?
"tidak perlu kau jelaskan. dia itu kekasihmu kan?" so hyun menatap chanyeol, dengan senyuman maklumnya.
"bukan! ah tidak maksudku, dia bukan pacarku."
"lalu? sekretaris baru? jadi ucapan selamat diterima untuk karyawanmu itu, dengan sebuah ciuman? saling melumat? atau sampai tidur, dengan mereka?" ucapan sinis so hyun bukannya membuat chanyeol marah, malah membuat chanyeol tertawa.
"tidak, bukan. Dia bukan sekretaris baruku, melainkan sekretaris lamaku. Lagipula kau itu ialah yang pertama." kedua pipi so hyun, kembali memerah.
Chanyeol terkekeh.
"mau jadi yang kedua juga?" so hyun mendelik kesal, kearah chanyeol yang menaik-naikkan kedua alisnya menggoda, mesum, dan hal yang dilakukannya itu, malahan menambah ketampanan wajah, pria itu. Ah, so hyun tak sanggup.
"yasudah, bayar tapi ya." ucapan so hyun, membuat chanyeol melotot.
"aish, aku bercanda. Aku tidak akan berurusan dengan uang haram itu lagi, seperti perjanjian kita." chanyeol mengangguk, lalu mengelus pelan rambut so hyun.
"gadis pintar." so hyun mendongak, ke arah tangan chanyeol.
"aku belum selesai, menanyakan satu hal ini. Jika dia itu memang sekretaris lamamu, kenapa kau menciumnya?" chanyeol kembali, terlihat panik.
"ah itu, dia itu mantan kekasihku, tapi!tenang saja. aku sudah menolak untuk, diajak balikkan kok! serius!" so hyun mengangguk.
"lalu, kenapa kalian berciuman?" sepertinya so hyun yang biasanya sudah kembali. lihat saja. So hyun itu selalu akan mencari tahu akar, dari permasalahan yang membuatnya terus berfikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby[?].✔️
General Fiction[[E N D !]] ❝stop talking. This's your baby.❞ Highest rank #53 in general fiction. #02 in sohyun. Warn! Khusus dewasa. Harsh words Adek-adek jan masuk ya. 9.9.17(start.) 12.1.18(end.) ©𝓟𝓲𝓴𝓪. ©pikachuu. 2017.